2

396 22 0
                                        

Brakk

Tubuh Kia kembali terlempar ke dinding hingga Kia merasa sesak, di merangkak kebelakang hingga tubuhnya merapat ke samping tangga. Di rabanya bagian bawah tanggan itu, terasa sebuah pengganjal menghalangi pintu bawah tangga yang baru Kia sadari.

Tak

Pengganjal tersebut terbuka, hantu tadi sudah menghilang kala dari atas tangga ada seorang siswi yang turun. Kia masuk ke ruangan pengap dan berdebu tersebut dan kembali mengganjal pintunya. Ruangan tersebut penuh dengan bercak darah yang sudah menghitam dan di ujung ruangan ada sebuah tas berdebu tergeletak, Kia dengan susah payah menyeret tubuhnya ke tempat tas tersebut. Di bukanya cepat tas tersebut, banyak buku pelajaran dan alat tulis, semua buku atas nama Leonard Rakasa.

"Leonard Ra-kasa?"tanya Kia.

Dibukanya buku pelajaran tersebut, tertulis tahun yang membuatnya menegang dan saat diingat tahun tersebut adalah 2 tahun yang lalu.

Deg

"A-apa dia korban pembunuhan atau pembunuh?"tanya Kia susah payah.

Brakk

Tubuhnya kembali terlempar kedinding hingga pandangannya buram dan hitam. Setelah beberapa menit Kia pingsan, dia bangun dan mencoba duduk dengan susah payah.

"Arrgghhh..."ringisnya saat tubuhnya sangat sulit untuk bangun.

Lagi-lagi hantu tersebut muncul di depanya, tapi kali ini dia menunjukkan wujudnya dan dia sangat tampan.

"A-yolah, badan gue udah terasa remuk. Lo mau bunuh gue hah, lo hantu kok gak punya perasaan?"dumel Kia.

"Siapa lo?"

"Gu-e murid baru."jawab Kia.

"Lo bisa lihat gue?"

"Gue Indigo."jawab Kia.

"Ngomong-ngomong lo korban pembunuhan ya?"tanya Kia.

"Gak tau, gue cuma ingat Balok Kayu menghantam kepala gue!"jawabnya terdengar ketus.

"Terus ini ruangan apa?"tanya Kia.

"Disini gue di pukul."jawab Hantu tersebut.

"Ini tas lo?"tanya Kia.

"Hm"dehemnya.

"Oke Leo, lo harus tanggung jawab atas uhuk-uhuk-uhuk.."Kia memuntahkan darah sagar dari mulutnya.

Rupanya saat Kia terlempar, dadanya lebih banyak mengenai dinding dan membuat darah naik ke tenggorokan.

"Hah-hah...!"nafas Kia memburu kala darah terus mengalir dari mulutnya.

Kia mengelap darah di mulutnya dengan sapu tangan kecil yang selalu dia bawa di saku rok, sapu tangan tersebut sudah berubah warna menjadi merah karena darah.

"S-suda-h cukup, gue-sa-kit"ucap Kia terbata saat dadanya menyesak.

Kia tiarap dan menyeret tubuhnya menuju pintu, tapi hantu tersebut malah menahan Kia agar tidak keluar. Leo menyandarkan Kia dan memaksa Kia mengangkat dagunya, terpampang jelas bekas tusukan kuku Leo saat mencekik Kia yang sedikit mengalirkan darah.

Diusap Leo pelan darah tersebut dengan lembut menggunakan ibu jari dinginnya, rasanya tubuh Kia merinding saat jari tersebut bergerak lembut di lehernya hingga Kia meneguk Salivanya susah payah.

Leo hanya menyeringai geli saat tahu Kia menelan Salivanya, terus diusapnya leher Kia yang sudah bersih dan terus membuat Kia menegang sendirinya.

"Kenapa?"tanya suara berat nan dingin tersebut.

"G-gak, cuma sakit."jawab Kia gugup.

"Yakin?"tanya Leo lagi sambil memdekatkan wajahnya pada Kia dan Jarinya masih di leher Kia.

"Y-Yakin"jawab Kia semakin gugup.

Leo menjauhkan diri dengan melayang kebelakang, dia tahu kalaupun dia tertarik dengan Kia ia akan berpisah dengan Kia nantinya.

"Maaf."suara berat dan dingin itu meminta maaf pada Kia.

"Hm."dehem Kia.

Kia masih susah untuk berbicara, dadanya masih sakit dan tubuhnya masih terasa remuk.

Ghost In The School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang