"WOYY!! PARA KAKAK-KAKAK COGAN, KEMANA AJA KALIAN?"teriak Vivi.
"Tau. Kita udah muter-muter taman cariin ni dua cecuguk, ternyata nongkrong di sini!"balas Kia saat melihat Nathan dan Farhan duduk di kursi taman paling pojok.
"Apaan dah?"tanya Farhan.
Kia dan Vivi duduk di tengah-tengah mereka, Farhan kesal melihat kelakuan Kia dan Vivi yang seperti anak kecil berebut tempat duduk.
Nathan-Kia-Vivi-Farhan
Itulah posisi mereka dalam satu kursi taman panjang.
"Pinggiran dikit, Kak!"ucap Vivi mencoba menggeser Farhan.
"Set, pinggiran lagi gue yang jatoh"ucap Farhan.
"Hehehe..gak jadi deh."ucap Vivi sambil cengengesan.
"Gak apa-apa Kakak jatoh, kan masih ada hati Vivi yang kosong dan Kakak bisa jatoh ke sana!"ucap Kia.
"Di mana kamu belajar gombal, hm?"tanya Nathan sambil mencubit pipi Kia.
"Ahehehe...peace!"ucap Kia.
"Kia, kapan lo jadi kek gini. Perasaan dari lahir lo gak pernah kek gini, ketularan Kak Nathan ya?"tanya Vivi sambil tersenyum geli.
"Eh Viviande, ngarang aja lo!"ucap Nathan.
"Gimana Kak, setuju gak yang tadi?"tanya Kia pada Farhan.
"Setuju."balas Farhan membuat muka Vivi memerah.
"Huaaa...Kakak gue Blushing!"heboh Kia.
"Kyaaa...lo Ya, jan di benerin elah"kesal Vivi.
"Mau gak jadi pacar gue?"tanya Farhan.
"Aduh, nangis gue Vi. Terima aja, kalau gak lo harus minggat dari rumah gue!"ancam Kia.
Vivi hanya mengangguk, Farhan tersenyum kemenangan pada Nathan.
"Yaudah, gue ama Vivi jalan-jalan dulu!"ucap Farhan menarik Vivi.
"KAKAK AKU JAN DI APA-APAIN, KAKFAR"teriak Kia dan di balas acungan jempol dari Farhan.
Kia menatap Leo dengan tatapan memelas, Leo pun menghilang mungkin pulang.
"Kak, Kakak tahu di mana keluarga Kak Leo?"tanya Kia.
"Mereka pindah ke London!"jawab Nathan.
Hening, tak ada lagi percakapan dan tak ada yang ingin memulai percakapan hingga hari mulai gelap.
"Pulang!"ucap Nathan.
"Duluan aja!"ucap Kia.
Nathan pergi meninggalkan Kia sendirian di kursi taman yang mulai sepi, tapi dia tidak benar-benar pergi dan bersembunyi di gang kecil dan gelap.
"Siapa sih mereka, kenapa selalu datang?"tanya Kia.
"Siapa yang memasuki alam mimpiku, atau itu memori?"
"Gak mungkin, kejadian itu gak pernah terjadi!"
"Kenapa kamu?"tanya Nathan yang sudah berada di belakang kursi Kia.
"Gak kenapa-napa."jawab Kia.
"Aku tau kamu ada masalah!"bisik Nathan tepat di telinga Kia.
Merinding rasanya saat suara dingin tersebut menerpa indra pendengaranya.
"Itu cuma mimpi buruk!"ucap Kia tanpa ingin mendongak ke atas.
"Lihat aku!"ucap Nathan.
Kia mendongak dan tepat berhenti di dua netra coklat terang tersebut.
"Apa?"tanya Kia.
Cup
Nathan mencium pipi kiri Kia, membuat pipinya merah merona dan Nathan terlihat salting dengan semburat merah kecil di pipinya. Untung saja waktu itu hampir gelap, jadi Kia tidak bersusah payah untuk menutup pipinya.
"K-ak-"ucap Kia.
"Maaf"ucap Nathan.
"Yuk pulang, Vivi kayaknya udah nungguin di Rumah kakak!"ucap Kia sambil menarik tangan Nathan.
Nathan hanya diam, sepanjang jalan pulang mereka bisa di katakan bergandengan.
"Wadawww....baru sebentar di tinggal udah gandengan aja, hati-hati nanti jatuh"tawa Vivi.
Kia yang mendengar itu dengan cepat menarik genggamannya di tangan Nathan, Kia menatap Vivi dan Farhan dengan tatapan kesal. Mereka kini berada di depan rumah Nathan, sepeda Kia Vivi parkir di depan mereka.
"Pulang atau nginap?"tqnya Vivi.
"Gak mau pulang, di pohon depan Cafe ada hantu-"
"Huahahahaaa...masih aja lo takut ama tuh hantu?"tawa Vivi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost In The School [END]
Misteri / ThrillerCERITA INI MENGISAHKAN DUA GADIS YANG BERJUANG UNTUK MEMECAHKAN MISTERI INSIDEN YANG TERJADI PADA ANGKATAN DUA TAHUN YANG LALU, SALAH SATU DARI MEREKA MEMILIKI INDIGO DAN MEMPERMUDAH MEREKA MEMECAHKAN SEMUA MISTERI. HAYALAN AUTHOR YA, BUKAN BENERAN...