17

350 18 1
                                    

Kelas sudah sepi, hanya ada Fika si gadis pembawa bekal, Dodi si cowok cupu, Rena dan Yusi sedang bergosip, dan Keano sedang main game dengan Jiham.

Cup

Cup

Cup

Cup

"Puas?"tanya Kia mencium selurih wajah Leo.

"Makasih, Sayang!"ucap Leo memeluk Kia.

"Sama-sama, Sayangku"balas Kia membalas pelukan Leo.

"Ngomong-ngomong Nathan kayaknya suka deh sama Kia"goda Leo.

"Kakak ih, jangan bicara tentang itu dulu"rajuk Kia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Leo.

Leo tersenyum melihat Kia malu hanya karena itu, dia suka melihat pipi gadis kecil itu memerah.

"Udah ah, kok Kia sembunyi terus?"tanya Leo.

"Kia, lo gila ya?"tanya Jiham.

Semua yang berada di kelas memandang Kia aneh, mereka tak sengaja melihat Kia bicara sendiri.

"Gue kagak gila, tapi beda"jawab Kia.

"Maksudnya?"tanya Fika.

Leo menggendong Kia hingga Kia terlihat melayang di udara, semua melongo.

"Woyyy...turunin aku, kaget tau"ucap Kia

"Gue Indigo"jawab Kia.

"Ah beneran lu?"tanya Yusi.

"Aelah, kagak percayaan amat"dengus Kia.

"Vi, siap gak?"tanya Kia.

"Siap dong"jawab Vivi.

Leo menerbangkan Vivi hingga hampir menyentuh langit-langis kelas, mereka yang berada di kelas tak bisa bicara lagi.

Buk

"Aduh, Kak lu sengaja ya?"tanya Vivi kesal saat dia jatuh dengan tidak elitnya di atas meja.

"Vivi indigo?"tanya Keano.

"Gak, gue cuma temen kecil Kia. Kia yang indigo!"jawab Vivi.

"Terima dia, atau penjaganya ngamuk dan membawa kesialan menghampiri kalian!"ancam Vivi.

Pletak

"Lu ancem orang kok kek gituan, gimana kalau Kak Leo marah?"tanya Kia.

"Uhuk-uhuk"darah keluar dari mulut Kia setelah dia berkata seperti itu.

"Ya, Kia. Kenapa lu?"tanya Rena panik.

"Diam"tegur Vivi.

"Kak, dada gue belum sembuh. Kakak tadi ada tekan dada aku?"tanya Kia terengah-engah.

"Kakak gak sengaja nekan saat kamu peluk Kakak, maaf"jawab Leo panik.

"Gak apa-apa"balas Kia sambil duduk di lantai merasakan apakah darah ingin keluar lagi.

"Ya, ke UKS aja"usul Fika.

"Gak apa-apa kok, tadi Kakak gue gak sengaja nekan dada gue"balas Kia tersenyum.

"Kakak lo ada di sini?"tanya Jiham.

"Hm"dehem Kia.

Vivi mengusap bibir Kia yang masih mengalir darah dari mulutnya dengan tisu miliknya, dia khawatir dengan Kia.

"Makanya jangan terlalu banyak aktifitas, Kak Leo kan gak tau kalau dada lo belum sembuh"nasehat Vivi.

"Iya, Maaf"ucap Kia.

Krriing kriing

"Sial!"batin Kia.

"Bisa berdiri gak?"tanya Vivi.

Kia mencoba berdiri namun dadanya semakin sesak saat dia berdiri, Leo pun turun tangan dengan menggendong Kia duduk di kursinya.

"DARAH!!"teriakan Kesie menggema seluruh kelas.

"Darah siapa?"tanya Hendra sang ketua kelas.

"DIAM!"teriak Vivi membuat semua diam.

Vivi mempel darah Kia tadi dan mencuci pelnya dengan air bersih, sedangkan Kia masih setia merebahkan kepalanya.

"Ada apa sebenarnya?"tanya Ucup.

"Tadi ada yang bocor"jawab Keano.

Pletak

"Apaan yang bocor?"tanya Yusi galak.

"A-itu, ada yang kedatangan bulan"jawab Keano.

"Kok lu tau banget urusan perempuan, ngintip emak lu ya?"tanya Zani curiga.

"Akkhh...lo pada kok bilangin gue gitu sih, gue kan jawab pertanyaan kalian"kesal Keano.

"Permisi anak-anak!"ucap seorang guru Perempuan.

"Karena Ibu Xiao Ne sedang ada urusan, jadi kalian belajar sendiri-sendiri di kelas. Jangan ribut ya!"ucap Ibu Kako.

Kyaaa...nama gurunya kok kek cina-cinaan.....

"Free Class!!"teriak Hendra setelah Ibu Kako keluar dari kelas.

Ghost In The School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang