9

374 19 0
                                    

"Memangnya ada apa kalian menanyakan hal itu?"tanya Nathan  berubah menjadi datar.

"Di minum dulu tehnya."ucap Mama Nathan.

"Aduh tante, jadi ngerepotin."ucap Vivi.

"Gak apa-apa kok,"balas Mama Nathan lalu duduk di samping Nathan.

"Ngomong-ngomong kalian ini mau apa ya?"tanya Mama Nathan.

"Aku Akia Emily dan Vivian Acdrela, kami murid kelas X di Sekolah Nusa Bakti. Kami merupakan teman Leonard Rakasa, tapi kami ingin mengetahui peristiwa 2 tahun yang lalu dari teman gengnya langsung."ucap Kia sambil menyeringai.

"DI MANA KAMU TAHU TENTANG ITU?"teriak Nathan marah.

"Aku tak suka dengan laki-laki kasar, bisakah bersikap lebih baik sebagai tuan rumah?"tanya Kia dingin.

"Lebih baik kalian pergi dari sini."ucap Nathan.

"Tante, Kak Leo duduk di samping kanan Tante!"ucap Kia sambil terseyum ke arah Leo.

"Maaf Tante, maklumi dia indigo"ucap Vivi.

"Gue gak percaya."ucap Nathan.

"Kak Leo, tolong ambilkan secangkir teh bisa?"tanya Kia.

Dengan malas Leo mengangkat secangkir teh dan menyodorkanya pada Kia.

"Makasih."ucap Kia sambil menyesap tehnya.

"Percaya?"tanya Vivi dengan senyum miring.

"Ayolah, bisakah jelaskan peristiwa sebenarnya?"tanya Kia memasang Puppy Eyesnya.

"Huh. Semuanya belum selesai, kasus ini di tutup oleh pihak yang berwajib. Setahu gue semua tidak ada hubunganya dengan pembullyan yang di lakukan oleh Jian, gue rasa Jian gak pernah pukul Leo sama balok dan dorong Vian dari lantai 3!"jelas Nathan.

"Terus siapa pelakunya?"tanya Vivi.

"Tunggu, Kakak tahu sama yang namanya Farhan?"tanya Kia.

"Dia juga temen se geng kami."jawab Nathan.

"Kakak tahu rumahnya?"tanya Kia.

"Rumah ber cat hitam setelah lima rumah di samping kanan rumah gue."jawab Nathan.

"Ayo."ucap Kia sambil menarik Nathan.

"TANTE, KAMI PINJAM KAK NATHAN SEBENTAR!"teriak Kia dari luar rumah.

"BAWA AJA, GAK USAH DI KEMBALIIN SEKALIAN!"balas Mama Nathan.

Nathan hanya memasang tampang kesal, bisa-bisanya mamanya memberikannya pada orang lain.

"Ini?"tanya Vivi.

"Iya."jawab Nathan.

"FARHAN, GUE MASUK!"teriak Nathan.

"Budeg telinga aku, Kak!"dumel Kia yang berada di samping Nathan.

Ceklek

Nathan masuk di iringin Kia dan Vivi, mereka duduk di ruang tamu.

"Apaan?"tanya Farhan.

"Kakak tahu sama Leonard Rakasa?"sambar Kia.

Farhan memandang Nathan meminta jawaban.

"Yaudah, anggap aja kenal. Kakak tahu bagaimana  Kak Leo di sekolah?"tanya Kia dingin.

"Yang gue tahu sih Leo itu dingin-"ucapan Nathan terpotong.

"AKU NANYA SAMA KAK FARHAN, BUKAN SAMA KAK NATHAN!"teriak Kia kesal.

"Mampus."ucap Vivi.

"Leo itu dingin, sering berantem, paling pintar, gak pernah punya pacar, paling anti sama cabe-cabean, gak ikut bully, dan dia sudah meninggal!"jelas Farhan.

Tak sadar Kia meneteskan air matanya saat mendengar kalimat terakhir, tapi mengapa dia bisa menyentuh Leo.

"Ya, Kia. Lo kenapa nangis?"tanya Vivi.

"Apa benar Kak Leo udah meninggal?"tanya Kia.

"Iya, Leo udah meninggal"jawab Farhan.

"Kak Leo, kenapa aku bisa sentuh kamu?"tanya Kia memandang Leo yang berada di sampingnya.

Leo mendekap Kia, Sakit rasanya saat melihat cairan bening terus mengalir dari pelupuk mata gadis kecil tersebut.

"Kenapa Kak, kenapa aku bisa peluk kakak? Aku gak percaya kakak udah meniggal, kakak bohong kan?"tanya Kia sambil menangis dan Vivi hanya menunduk.

"Tapi mereka bilang aku udah meninggal, Kia."jawab Leo.

"Gak mau, kita harus secepatnya memecahkan semua ini dan mencari tahu tentang Kak Leo"tangis Kia.

"Udah Ya, muka kamu udah merah."bujuk Leo.

"Kakak gak ninggalin Kia kan?"tanya Kia.

Ghost In The School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang