02. Tulang rusuk dokter Aidil

3.9K 226 2
                                    


Jangan lupa vote and coment. Karena suara kalian adalah semangat ku.

_______

Kata terbaik untuk pernikahan seorang teman adalah doa untuk kebaikan itu sendiri. "Katakanlah, 'Barakallahu lakum wa baraka alaikum' (semoga Allah memberkatimu dan kebaikan berlimpah.

~Tulang rusuk dokter Aidil ~

Zahra tengah berbincang dengan beberapa teman masa sekolahnya dulu, sebut saja sebuah reuni dadakan yang di gelar di acara pernikahan Mukti malam ini. Gadis berparas ayu itu mengenakan baju gamis berwarna merah maroon, dengan paduan jilbab hitam yang sengaja sama dengan tema pesta pernikahan Mukti malam ini. Zahra datang bersama Sabrina, di antar oleh Ayah Sabrina.

Cling..! Handphone Zahra berdering, ada panggilan masuk dari Ummi-nya.

"Sebentar ya, aku angkat telpon dulu," pamit Zahra, seraya mecolek lengan Sabrina mengisyaratkan untuk ikut bersamanya. Sabrina pun berjalan mengikuti Zahra dari belakang.

"Iya Ummi, Zahra kan baru datang. Masa di suruh pulang sekarang?" Zahra sedikit berbisik saat menerima telpon dari sang Umminya, pasalanya dia selalu saja tidak pernah bisa bebas saat menghadiri acara apapun yang atas nama sebuah pesta. Kata Abi, itu tidak baik, akan banyak mengundang maksiat.

"Zahra, kamu itu anak perempuan, tidak baik berlama-lama di luar sana," jelas Zahira, Ummi Zahra," kamu sama Sabrina kan?"

"Iya Ummi, Zahra sama Sabrina. Kami janji gak akan pulang lewat dari jam sepuluh kok." Zahra menepis tangan Sabrina yang sejak tadi mencolek-coleknya. "Diem," bisik Zahra kepada Sabrina.

"Jam sepuluh itu kemalaman. Jam sembilan, ya?"

"Yaudah setengah sepuluh, deh," nego Zahra.

"Jam sembilan,titik. Enggak ada nego-nego."

"Setengah sepuluh, Ummi," pinta Zahra seraya merengek seperti bocah.

"Zahra, Abi mau kamu pulang jam sembilan. atau tidak ada lagi keluar malas setelah ini?" tiba tiba terdengar suara Ghufron. Abi Zahra. "Abi kasih kamu waktu sampai jam sembilan di acara Mukti. Paham?"

Bibir Zahra mengerucut, bahunya meemas pasrah, kalau sudah Abi-nya yang bicara dia tidak bisa membantah atau mengeluarkan elakan. Mengingat didikan Abi-nya memang keras, karena dia adalah anak perempuan satu-satunya. "Iya Abi Ummi, Abi, jam sembilan Zahra pulang. Yaudah ya Assalamualaikum," pamit Zahra.

"Waalaikumsalam, nak," Zahirah memutuskan sambungan telpon mereka lebih dulu.

"Gimana?" tanya Sabrina dengan mata berkaca-kaca bak kucing garong yang mengharapkan ikan asin menghampirinya, Sabirna ingin sekali bisa menyaksikan acara lempar bunga dari pengantin malam ini. "Jam berapa pulangnya? Sepuluh? Aku pengen dapet bunga Mukti, Zar."

Zahra menggeleng cemberut. "Jam sembilan," tutur Zahra.

"Yah, kalau kamu pulang jam sembilan ya aku ikut." Sabrina juga ikut kecewa, padahal Sabrina sangat ingin mendapatkan bunga pengantin dan cepat-cepat menyusul ke pelaminan bersama Riski, tunangan Sabrina yang tengah menjalani studi di Turki.

"Iya kalau kamu yang dapet, lah kalau aku? Gimana?" tanya Zahra dengan wajah serius.

"Yaudah ke butik aja. Gak susah kan?" Sabrina menaikkan kedua bahunya, sambil tersenyum licik.

"Ngapain ke butik?"

"Kan di butik ada patung cowok tu, lumayan buat kamu menghayal sementara sebelum dapet pasangan yang sesungguhnya." tawa Sabrina meledak, mengisi ruangan kosong tempat mereka berdiri saat ini. Sabrina, terkadang memang suka sembarang bicara. Dia hampir setiap waktu meledek Zahra yang belum juga menemukan dambaan hatinya. Ya, mengingat status Zahra yang jomblo dan tidak dekat dengan lelaki manapun.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang