______
Adil itu memberikan sesuatu sesuai takarannya. Bukan sebanding nilainya.
______Hari ini Aidil mendapat jadwal singa untuk tugas koasnya, kebetulan hari ini dia berjaga bersama Bayu dan Syahila. Aidil hanya duduk santai sambil mendata beberapa pasien yang masuk hari ini, sedangkan Bayu bertugas mencek pasien di ruangannya masing masing dan Syahila hari ini menjadi dokter UGD.
Aidil duduk lemas, sepi dan sunyi. Tidak ada pesan dari Zahra, tidak ada pasien yang datang dan tidak ada perawat perawat yang biasanya menggosip di dekat meja resepsionis. Mereka sedang bekerja, karena ini saat jam kerja belum waktunya istirahat.
"Kenapa kamu?" tanya Syahila yang beridir di hadapan Aidil. Aidil melengos melihat Syahila.
"Duduk," jawab Aidil datar.
"Ya, aku tau kamu duduk. Wajah di tekuk gitu kenapa?" tanya Aidil.
"Enggak apa apa, Bayu kemana ya?" tanya Aidil melengos sana melengos sini, dia enggan untuk meladeni Syahila sebab menjaga kepercayaan Zahra.
"Kamu kenapa sih, dari kemarin kayaknya hindari aku terus?" tanya Syahila yang merasa aneh denga sikap Aidil. "Kamu takut calon istri kamu cemburu?"
"Aku udah nikah, status dia berubah jadi istri," tutur Aidil.
"Menikah? Kapan?" tentu saja Syahila terkejut, maksud Syahila tadi hanyalah menyindir Aidil yang dari dulu jomblo dan tidak mau menerima cinta Syahila. Bukan tidak mau, mereka bahkan sempat berpacaran satu tahun lamanya, hingga Aidil sadar kalau yang mereka lakukan adalah dosa besar.
"Kamu ke German bulan lalu, aku enggak sempat ngundang."
"Tapi kita..."
"Enggak ada kata kita antara aku sama kamu, Hil," tegas Aidil.
"Aidil!" teriak Bayu, kemudian berlari menghampiri Aidil dan Syahila.
"Kenapa?" tanya Aidil.
"Angga, pasien Sarkoma kemarin manggil kamu untuk temuin dia di kamarnya."
"Mau ngapain?"
"Enggak tau, cuman kayaknya penting banget deh."
"Oh yaudah aku kesana, aku permisi dulu ya," pamit Aidil kepada Syahila. "Bay, tolong gantiin kerja gue sebentar ya."
"Siap," Bayu mengambil posisi duduk di meja resepsionis. "Kamu kenapa pasang muka masam gitu?" tanya Bayu kepada Syahila.
"Sejak kapan Aidil nikah? Istrinya cantik? Keluarga orang kaya isterinya? Apa latar belakang istri dia? Apa lebih dari pada aku?"
Bayu bergeming, tentu saja semuanya lebih baik di bandingkan Syahila. Zahra salah gadis muslimah yang senantiasa berjalan di jalan Allah, sedangkan Syahila? Dari cara menyembah tuhannya saja sudah berbeda.
******
Aidil membuka kenop pintu rawat inap Anggrek, Aidil masuk menemui pasien yang bernama Angga itu. Pasien yang datang dua hari yang lalu, dengan pernyakit Sarkoma yang sulit untuk di sembuhkan.
"Kamu memanggil saya Angga?" tanya Aidil. Entah kanapa Aidil mendatangi Angga, padahal setiap dokter memiliki jadwal periksanya masing masing, tidak bisa di panggil panggil begitu saja.
"Aku mau bertanya tentang dirimu," ujar Angga yang duduk bersila di atas brankar rumah sakit.
"Tentang diriku?" Aidil duduk di bangku dekat brankar Angga.
"Iya, padamu dan keyakinan mu akan agama Islam," ujar Angga. Ya, Angga adalah non muslim, Angga terlahir dari keluarga Tionghoa, kulit mutih mata sipit keturunan asli China.
"Maksud kamu apa sebenarnya?"
"Aku mau bersyahadat setelah Sarkoma hilang dari tubuhku."
"Alhamdulilah, tapi apa tidak sebaiknya saat ini engkau bersyahadat. Insyaallah, penyakit yang ada di dalam tubuhmu di angkat oleh Allah."
"Bagaimana caranya? Apa denganmu aku bisa bersyahadat?"
Aidil menggeleng pelan. "Aku belum cukup iman untuk itu saudaraku, besok akan aku bawa Ayah mertuaku padamu, dia akan membantumu."
"Kamu sudah menikah?" tanya Angga. Seharusnya jika dirinya baik baik saja, Angga sudah seperti Aidil. Angga adalah anak fakultas kedokteran tahun lalu, namun harus berhenti karena penyakit yang di deritanya.
"Iya, sebulan yang lalu aku menikah."
"Istrimu berhijab?"
Aidil mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan dokter wanita yang kerap bersama mu?"
"Dia teman."
"Ooh," Angga mengangguk faham. "Aku pikir dirimu masih lajang, masih muda soalnya."
Aidil terkekeh. "Keputusan ku nikah muda tidak salah. Ayahku senang dengan pilihanku, dan aku mendapatkan istri Sholehah."
"Aku iri kepadamu."
"Jangan iri, Allah itu adil."
"Mana bukti kalau Tuhan adil? Aku sakit saat ini."
"Adil itu bulan sebanding, tapi memberikan sesuatu sesuai takarannya. Jangan pernah su'udzon sama Allah."
Angga tertawa pelan. "Iya iya, maaf."
×××××××
Ini tentang Pasiennya Aidil yang orang China, Dian di serang sarkoma.
Happy reading..wkwk
Part Abal Abal aja yaaa...Selamat membaca 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)
Spiritual{Revisi Sebagian} April 2020-Agustus 2020 "Jika Allah SWT menghendaki, cinta itu akan berlanjut sampai ke surga. Cinta kita adalah yang terbaik, karena imanku bertambah. Kau membantuku di dunia, dan karena itu aku ingin kembali bertemu denganmu di s...