_________
Ada kalanya seorang dokter harus siap menyampaikan kabar buruk kepada pasien. Kepada pasien yang penyakitnya tidak dapat di sembuhkan dan kepada pihak keluarga ketika nyawa pasien tidak tertolong.
________
"Assalamualaikum," ucapan salam Aidil langsung di jawab oleh Zahra yang tengah berbenah dapur setelah memasak. Zahra langsung menghampiri Aidil dan mencium punggung tangan suaminya. Ya, sejak dua bulan yang lalu Aidil sudah mulai koas di rumah sakit ternama di kota Jakarta, pasien yang banyak membuat Aidil selalu kelelahan.
"Mau susu hangat dulu, Mas?" tanya Zahra.
Aidil mengangguk, kemudian duduk di atas sofa rumahnya. Zahra buru buru meletakkan tas dan dadi Aidil di kamar kemudian mengambilkan susu hangat yang sudah ia sediakan di dalam termos agar tetap hangat, sehingga saat suaminya pulang bisa langsung di sajikan.
"Ini," Zahra memberikannya kepada Aidil.
"Makasih," Aidil langsung meminumnya.
"Capek banget? Mau langsung mandi atau aku pijit dulu?" tanya Zahra. Zahra kasihan dan iba melihat Aidil yang terlihat sangat lelah, mungkin karena Aidil memiliki jam jaga dari jam delapan malam hingga pagi ini.
Aidil tersenyum. Beruntung dirinya mendapatkan istri Solehah dan pengertian seperti Zahra. Sedangkan di luar sana masih banyak orang yang lebih lelah di banding dirinya yang tak mendapatkan perlakuan spesial seperti saat ini. "Aku bauk, emangnya enggak apa apa?"
Zahra amenggeleng. "Tetes keringatmu itu, karena berjuang untuk ku dan untuk umat Allah. Meskipun koas ini tidak di gaji, tapi aku bangga punya suami yang bisa menyelamatkan banyak umat."
Tangan Aidil meraih rambut panjang Zahra, kemudian mengelusnya lembut. "Allah benar benar menjadikan aku lelaki beruntung yang bisa mendapatkan kamu."
Zahra menggeleng. "Aku yang beruntung, mendapatkan suami tampan, mapan, Sholeh dan sosok penyelamat umat."
"Iya iya, jadi kapan pijitnya?" tanya Aidil.
Zahra terkekeh kemudian memijit area tangan kanan Aidil.
"Kamu tau, apa hal yang paling dokter beratkan?" tanya Aidil kepada Zahra.
"Apa?"
"Pertama ketika dokter harus menyampaikan kabar buruk kepada pasien yang penyakitnya tidak dapat di sembuhkan, kedua kepada pihak keluarga karena nyawa pasien tidak dapat terselamatkan."
Zahra diam, sungguh berat tanggung jawa suaminya ini. Selain menjadi penyelamat, mereka juga bisa memberikan kabar dengan kekecewaan besar kepada orang orang. "Tanggung jawabmu besar, aku harap kamu terus memohon kepada Allah agar di permudah."
"Itu sudah pasti. Kamu pernah doain aku gak?"
"Jangan di tanya lagi, setiap detik aku ada doa untuk kamu mas," Zahra tersenyum.
"Sini deh," Aidil menghentikan pijitan Zahra, kemudian menyuruh Zahra untuk duduk di sebelahnya. Zahra mendekat, Aidil membawanya kedalam pelukan hangat Aidil. Tidak peduli seberapa bau dirinya saat ini, rasa rindu dan ketenangan yang di beri istrinya ini benar benar luar biasa. Kerinduannya selama ini akan kasih sayang Ibunda, terbayar sudah dengan adanya seorang istri. Tempat ia kembali pulang, setiap kali lelah menghampirinya.
"Aku akan selalu jaga kamu."
"Aku akan slalu ada, di setiap susahmu, menemani dan selalu mengiringi langkahku," Zahra membalas pelukan Aidil dengan hangat.
Aidil melepas pelukan mereka. "Tadi malam ada pasien yang datang, dia menderita Sarkoma."
"Sarkoma itu apa?"
" Sarkoma adalah kelompok kanker jarang yang muncul di tulang, dan jaringan ikat seperti lemak dan otot. Pada kebanyakan kasus, penyebab sarkoma tidaklah jelas. Riwayat keluarga dan paparan bahan kimia atau radiasi dapat memperbesar risiko."
"Gejala yang timbul pada pasien yang kamu temui, bagaimana?"
"Dia, wajahnya membengkak sampek sebagian matanya hampir tertutup. Dan itu udah bener bener bahaya."
"Masih bisa di sembuhkan?"
"Masih, dengan cara operasi maka wajahnya akan hilang sebagian. Tapi kalau dengan kemoterapi itu membutuhkan waktu yang lama, kalaupun di terima tapi jika tubuh menolak justru akan menjadi racun."
"Kamu takut?" Zahra mengambil tangan Aidil dan menggenggamnya.
Aidil mengangguk. "Tadi malam waktu akan kasih hasil tes darah dia, itu saat paling aku takutkan, aku takut di syok dan drop. Tapi ternyata dia dan pihak keluarga dia menerima dengan lapang dada."
Zahra mengelus punggung suaminya. "Yaudah, sekarang kamu mandi dulu, terus sarapan. Aku udah masak buat kamu."
Aidil mengangguk. "Aku mandi dulu ya," pamitnya kemudian pergi ke kamar untuk segera mandi.
Sudah sebagai kewajiban seorang istri menghibur sang suami jikala sedih dan lelahnya. Menjadi bagian dari kebahagiaanya juga mengambil peluh sesak kesedihan dan lelahnya. Tidak ada kata yang lebih indah dari semua hal selain ucapan semangat dari istri untuk suaminya.
×××××××
SELAMAT MEMBACA.....
BAPER COMENT DAN VOTE YA.
FOLLOW IG @a.yen__
INI PART PENDEK YA..HEHEH
![](https://img.wattpad.com/cover/220431530-288-k177692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)
Espiritual{Revisi Sebagian} April 2020-Agustus 2020 "Jika Allah SWT menghendaki, cinta itu akan berlanjut sampai ke surga. Cinta kita adalah yang terbaik, karena imanku bertambah. Kau membantuku di dunia, dan karena itu aku ingin kembali bertemu denganmu di s...