8. Pentingnya Persahabatan

2.9K 181 9
                                    

________

Seorang teman tidak bisa disebut sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga keadaan.
1) Pada saat kamu membutuhkannya, 2) Bagaimana sikap yang ia tunjukkan di belakangmu.
3) Bagaimana sikapnya setelah kematianmu.

– Ali bin Abi Thalib

________

"Kamu serius?" tanya Anggun dengan raut wajah tak biasa, seperti akan mengamuk kepada Riski saat ini juga karena sudah mempermainkan Sabrina.

"Aku serius, dia udah bilang sama Ayah," Sabrina gundah ingin rasanya dia menangis saat ini juga.

"Dia janji akan pulang selepas kuliah S satunya selesai kan? Kenapa dia berubah pikiran mau lanjut s dua?" tanya Zahra yang juga ikut kesal dengan pernyataan Riski.

"Coba kamu tanya baik baik Sab, siapa tau dia lanjut s dua tapi nikah dulu dan kamu ikut dia ke sana?" imbuh Wenny yang berusaha membuat keadaan menjadi sedikit menenang.

Mukti hanya diam, dari tadi sibuk mengirimi Riski pesan yang tak kunjung menerima balasan. Dulu sewaktu masih sekolah di pondok pesantren, Riski dan Mukti adalah teman dekat, karena sama sama mengikuti debat bahasa Arab ke seluruh penjuru Indonesia. Riski juga tidak pernah meninggalkan tanggung jawabnya selama ini, jadi mustahil bagi Mukti kalau Riski melepaskan Sabrina cuma cuma seperti ini.

"Benar tu," sahut Mukti. "Riski enggak mungkin kayak gitu, kamu harus bisa tanam kesabaran dan kepercayaan Sab."

Akhirnya ponsel Mukti bergetar, ada pesan masuk tapi bukan dari Riski melainkan dari suaminya.

Alfi : Nanti kalau sudah selesai kabarin ya, aku jemput.

Mukti : memangnya Abi enggak kerja?

Alfi : Lagi kosong.

"Dari siapa?" tanya Zahra.

"Alfi," Mukti menyeringai. "Suami aku."

"Huaaaa," Sabrina justru menangis melihat kemesraan pengantin baru yang satu ini. Dari dulu Sabrina sudah menyukai Riski, sejak mereka masih kelas satu MTS. Sejak pertama kali masuk ke pondok pesantren, lalu Riski datang meminangnya dan menjadikan kehidupan asmara Sabrina menjadi berwarna. Namun setelah kurang lebih dua tahun penantian, Riski justru memilih untuk melanjutkan sekolahnya? Apakah penantian Sabrina sia sia saja?.

"Aduh kok nangis sih?" Anggun dan Zahra menjadi panik seketika. Bingung harus berbuat apa, jika sudah menyangkut urusan hati seperti ini.

Ponsel Mukti berbunyi kali ini balasan pesan dari Riski. Buru buru Mukti membukanya dan membaca isi pesan tersebut.

Riski_mdn : Iya Muk.

MuktiAulia : Iya gimana? Terus nasib Sabrina gimana?

Riski_mdn : Iya baik baik aja.

MuktiAulia : yang jelas dong Ki. Kamu mau lanjut s dua gitu? Nikah sama Sabrina kapan? Tanggung jawab dong Ki.

Riski_mdn : maksudnya apa sih? Ya planning awal tetep kok.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang