11. Kapan Nyusul (2)

2.3K 150 15
                                    

________

Anak itu adalah rezeki yang Allah berikan dengan penuh kepercayaan. Datang tidak pula bisa di percepat atau di undur undur.
Jadi, harap bersabar yaa...

________

Hari ini semuanya tengah berkumpul di rumah kediaman keluarga orang tua Hafiz, suami Anggun. Malam tadi, Anggun menelpon Zahra dan memberi tahu kabar baik yang sangat mengejutkan. Akhirnya selama kurang lebih dua tahun pernikahannya dengan Hafiz, ia di berikan kepercayaan oleh Allah untuk menjadi orang tua.

Rasanya dia begitu senang, ada makhluk Allah yang hidup di rahimnya. Dari tadi Anggun selalu saja tersenyum, begitu juga dengan Hafiz yang selalu menggandeng Anggun kemanapun. Seolah wanita tomboi itu benar benar lemah saat ini. Bukan lemah, dia hanya perlu di manjakan saja saat ini.

Zahra diam, menatap Anggun yang sedari tadi selalu saja tertawa dan cerita ceria. Dia senang melihat sahabatnya begitu bahagia saat ini. Namun, terbesit rasa iri di hatinya saat ini, Zahra juga ingin menjadi seorang ibu saat ini. Meskipun umur pernikahannya dengan Aidil baru menginjak tiga bulan, tetap saja ia ingin segera memiliki seorang anak.

"Kenapa diem?" tanya Sabrina, membuat Zahra tersadar dari lamunannya. "Ada masalah sama Aidil?"

Zahra menggeleng, lalu tersenyum. "Aku cuman ingin seperti Anggun, Sab."

Sabrina tersenyum. "Tenang sayang, semua ada waktunya, sabar aja."

"Eh, Zahra sama Aidil kapan nyusul?" suara Bunda Eri terserang. Bunda Eri adalah ibu kandung Hafiz.

"Bener bener, kapan nyusul?" imbuh Hafiz.

Aidil hanya tersenyum singkat. "Anak itu rezeki dari Allah, kapan datangnya kita gak tau kapan. Kalau waktu itu di tanyain kapan nikah bisa jawab rencananya, kalau di tanya kapan punya dedeknya cuman Allah yang tau."

Jawaban Aidil mengundang gelak tawa dari yang lainnya. Ekspresi Aidil menyampaikan jawabannya Mempu memecahkan suasana di meja tamu kala itu. Setidaknya Zahra bisa bernapas lega, suaminya bisa mengatasi masalah ini dengan mudah.

"Insya Allah secepatnya ya nak," imbuh Bunda Eri.

"Aamiin, doain aja ya Bunda," kekeh Aidil.

Hafiz melirik Sabrina sekilas, yang tengah asik berbincang sambil memakan cake cokelat. Muncullah ide licik milik Hafiz.

"Kalau Sabrina kapan nyusul?" tanya Hafiz. Semuanya menghening, tatapannya berarah kepada Sabrina kini yang sedang menyuap cake cokelatnya.

"Ha?" Sabrina mengehentikan sendoknya di depan mulut, kemudian mengembalikannya ke atas piring. Bersiap mengamuk menyembur Hafiz dengan kalimat kalimat duku.

"Iiih, HAFIZ!" Pekik Sabrina. "Nikah aja aku belum, malah di tanyain kapan hamil. Kamu ini gimana sih?"

Semuanya tertawa mendengar jawaban dan raut wajah kesal Sabrina. Tentu saja begitu, Hafiz sangat gemar menggoda dan mengolok olok sepupunya itu sejak mereka kecil.

"Tante, Hafiz ngeselin," rengek Sabrina kepada Bunda Eri.

"Hafiz," Bunda Eri mencubit lengan Hafiz pelan, namun menimbulkan rasa sakit.

"Mampus," Sabrina menjulurkan lidahnya.

"Yeee, pengadu."

"Bodo."

*****

Bayu duduk di meja kamarnya, sesekali memandangi wajah wanita yang beberapa hari lalu ia temui di tepi jalan. Cantik, jangan di tanya lagi. Namun, hati Bayu seketika remuk saat mengetahui wanita itu sudah bersuami. Sepertinya wanita itu memilih untuk nikah muda.

Bayu terus menatap foto yang ada di akun Instagram milik wanita itu, namanya @MuktiAulia. Banyak foto dirinya dengan sang suami, ada yang tertawa dan ada pula yang tengah memproklamasikan beberapa barang.

"Woi, ngapain bang?" tanya Andika yang tiba tiba masuk ke dalam kamar Bayu. Andika, selai adik Aidil sahabat Bayu dia juga teman baik adik Bayu.

"Ih gak sopan, masuk kamar orang tanpa izin," protes Bayu.

"Lho," Andika merampas ponsel Bayu.  "Inikan Kak Mukti, kenapa Abang stalk Instagram istri orang?" tanya Andika penuh selidik.

"Abang jugak baru tau dia istri orang."

"Ooh, kok bisa kenal?"

"Harusnya Abang yang nanya, kenapa kamu bisa kenal dia?"

"Ya jelas, diakan temennya Kak Zahra istrinya Bang Aidil. Dia istrinya Tuan Alfi, pengusaha muda di bidang properti."

"Oh, gitu. Kalah dong Abang."

"Gak ada yang kalah Bang, yang menang Bang Alfi, kan dia istrinya," Andika terkekeh.

Bayu hanya mengangguk faham. Tak ingin mengetahui lebih lanjut soal Alfi ataupun Mukti.

"Udah istighfar, jangan suka sama istri orang," ledek Andika tertawa.

"Siapa uang suka istri orang? Udah sana keluar," Bauu mendorong paksa tubuh Andika keluar, dan menutup pintu kamarnya rapat rapat.

Bayu meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian mengenaskan tidak tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya. Matanya menyapu langit langit kamar. Bayu sadar dirinya salah, sudah saatnya untuk tak lagi berharap pada wanita bernama Mukti itu.

××××××××

OH TERNYATA CEWEK YANG DI TEMUI BAYU ITU MUKTI.

SELAMAT MEMBACA..

SEMOGA SUKA

SALAM AUTHOR.


Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang