27. Wajahmu

1.4K 100 0
                                    

_________

Bermipilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi.

_______

"ZAHRA!" teriak Aidil. Napas Aidil menderu deru karena terkejut. Keringatnya bercucuran karena panasnya malam hari ini. Tiba tiba saja Aidil terbangun dari tidurnya karena mimpi buruknya.

Sudah sebulan lebih Aidil di negeri orang, dan dirinya benar benar rindu kepada istrinya saat ini. Belum lagi kandungan istrinya sudah menginjak usia tiga bulan, namun Aidil tak sempat menemani Zahra USG Minggu lalu. Tapi syukurlah, bayi dan ibunya baik baik saja kata dokter.

Aidil mengambil gelas berisikan air putih di atas meja, lalu meminumnya. Mimpi Aidil barusan benar benar mengerikan, dirinya tak habis pikir harus bagaimana jika kehilangan Zahra.

"Astaghfirullah," Aidil mengusap dadanya beberapa kali sambil mengucapkan istighfar. Kemudian Aidil kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan mengambil selimut untuk menyelimuti dirinya.

Di liriknya jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Hatinya gundah, dan satu satunya obat adalah menelpon Zahra, namun jam sudah tengah malam. Akankah Zahra mau mengangkat telpon? Lihat nanti saja, yang penting Aidil menghubungi Zahra dan memastikan bahwa istrinya baik baik saja.

Aidil menghubungi nomor Zahra, dan beberapa detik kemudian Zahra mengangkat panggilannya.

"Assalamualaikum," ujar Zahra serak, sepertinya istrinya terbangun dari tidurnya. "Ada apa mas?" tanya Zahra lemas.

"Waalaikumsalam," jawab Aidil lirih dan hampir tak terdengar oleh Zahra.

"Mas, kenapa nelpon malam malam? Kamu baik baik aja kan?" tanya Zahra.

".....,"

Aidil hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan Zahra sekalipun.

"Hallo? Kamu gak sengaja kepencet nomor aku apa gimana?" tanya Zahra.

"....,"

"Ya Allah, yaudah aku matiin aja ya. Kamu tidur-_"

"Aku kangen."

Satu kalimat keluar dari bibir Aidil dan membuat Zahra tersenyum di sana. Zahra pikir ada apa karena Aidil menelponnya malam malam seperti ini.

"Kamu buat aku khawatir aja, aku pikir kenapa."

"Kenapa lagi? Gak ada hal lain yang bisa buat aku hubungin kamu tengah malam kecuali karena aku kangen sama kamu," ujar Aidil.

Zahra tekekeh di sana. Dan Aidil ikut tersenyum mendengar lelehan istrinya. Begini saja sudah membuat istrinya senang apalagi jika dirinya nanti pulang, pasti Zahra tidak mau melepaskan pelukannya selama seminggu. Bisa gawat dong!.

"Kamu baik baik aja kan?" tanya Aidil.

"Hmm, aku baik baik aja. Tadi siang aku baru pulang dari rumah Papa sama Sabrina," jawab Zahra. Iya, Zahra sedikit lebih sering berkunjung ke rumah Papa mertuanya sejak ia tinggal di rumah orang tuanya. Hanya merasa segan, dan mencoba untuk adil kepada kedua orangtuanya, karena orang tua suaminya adalah orangtuanya juga.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang