5. Mengkhitbah

2.9K 192 6
                                    

________

Tak perlu ku ucapkan kalimat cinta seribu kali kepadamu, aku hanya perlu menemui orang tuamu untuk melamar dan mengikrarkan akad di kemudian.

~Aidil Putra Bahtiar.

________

"Jadi bagaimana nak Zahra?" tanya Bahtiar kepada Zahra yang memasang wajah bingung saat ini.

Zahra masih diam, pandangannya menyapu ketiga lelaki yang duduk di hadapannya, ada Papa Aidil, Aidil dan satu lagi sepertinya adik Aidil, lalu di mana Mamanya? Pikiran Zahra entah kemana mana.

"Zahra," Zahira menyenggol lengan putrinya.

"Hah, iya? Astaghfirullah. Maaf," Zahra terbangun dari lamunannya, tidak seharusnya dia seperti ini.

"Sebelumnya Zahra boleh bertanya kenapa Aidil?" tanya Zahra.

Aidil tersenyum. "Boleh silahkan."

"Apa Aidil mengharapkan pinangan ini saya terima?" pertanyaan Zahra begitu unik di telinga Aidil. Gadis aneh yang penuh keajaiban, entah mengapa Aidil menyukai pilihan Papanya yang satu ini.

"Tentu saja saya sangat mengharapkan pinangan ini di terima, bukan karena perjodohan namun memang hati saya yang mengharapkannya," jawab Aidil jujur.

"Bagaimana jika sebenarnya Zahra tidak sebaik pemikiran Aidil?"

Lagi lagi Aidil melontarkan senyuman. "Menikah adalah ibadah, dan seorang istri akan menyempurnakan iman suami, dan sudah tugas suami membimbing istri menuju jalan yang lebih baik. Jika kamu memiliki kekuarang maka akan aku bantu menyempurnakan. Dan jika aku masih jauh dari kesempurnaan tugas mu adalah menutupi aib suamimu."

Zahra lega mendengar ucapan Aidil barusan. Lelaki yang pernah ia cap sebagai orang jahat dan mempermainkan saudara yang menderita adalah lelaki yang penuh tanggung jawab dan ilmu yang melimpah. Bukan hanya ilmu umunya, namun agama Aidil juga sangat mantap.

"Aidil, kalau Zahra mengajukan sarat bagaimana?"

Gufron dan Zahira hanya diam, begitu juga dengan Bahtiar dan Andika. Karena mereka tau yang akan menjalani kehidupan mereka berdua, biarkan saja mereka menata beberapa hal yang perlu di perjelas saat ini.

"Silahkan, kalau saya bisa memenuhi insya Allah akan saya penuhi."

"Kata kata ini mungkin tidak akan terdengar asing di telinga Aidil, karena sudah pernah tayang di sebuah film."

"Tidak apa apa."

"Aku ingin seperti Khadijah, yang selama masa hidupnya tidak pernah di madu oleh Rasulullah. Dan aku ingin seperti Fatimah yang selagi ia mampu mengurus rumah tangga dan anak anak, tidak perlu ada pembantu di rumah kita nanti. Bagaimana?"

Aidil tersenyum. "Aku akan memenuhinya Zahra. Sebagaimana engkau juga menghormati kelak seperti Khadijah kepada Rasulullah dan Fatimah kepada Ali."

"Insya Allah," jawab Zahra tersenyum.

"Jadi bagaimana Zahra, apakah lamaran Aidil di terima?" tanya Bahtiar sekali lagi.

Zahra menariknya napasnya dan mengeluarkannya secara perlaha. Kemudian tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Iya Zahra terima."

"Alhamdulilah," ujar semua orang yang ada.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Aidil saat ini. Hatinya terasa plong dan senang, meskipun awalnya sempat ragu Zahra akan menolaknya karena kejadian waktu itu. Namun akhirnya dia bersyukur karena Allah mendengarkan doa doanya selama ini. Ikhtiar nya meminta Zahra di kabulkan oleh Allah. Gadis dambaan penuh keimanan sudah di genggam oleh Aidil.

******

Zahra : Man teman, aku mau nikah.

Mukti : Apa? Kamu halu lagi ya🤪

Zahra : Pasti gak percaya.

Sabrina : Masyaallah, tabarokallah temen halu ku.

Zahra : aku serius.

Anggun : Besok Hafiz mau ke Jogja beberapa hari, aku join dong masuk group halunya kalian. Wkwk.

Wenny : sama siapa Zar? Sama Firman? Wow.

Zahra : send you foto.

Mukti : sumpah kamu Sama Aidil?

Anggun : sumpah kamu sama Aidil? (2)

Sabrina : sumpah kamu sama Aidil? (3)

Wenny : wajahnya nenangin ya, selamat ya Zahra, akhirnya ketemu juga.

Sabrina : beneran Zat?

Anggun : Typo aja terus, Sampek Riski pulang kari Mesir.

Sabrina : Yah, ngehalu sendiri deh.

Anggun : acaranya kapan?

Zahra : insyaallah bulan depan.

Mukti : kenapa gak ngasih kabar?

Zahra : mendadak, Abi sama Ummi yang punya rencana.

Anggun : enggak apa apa. Pokoknya kamu bahagia dan harus sakinah.

Wenny : iya.

Sabrina : iya

Mukti : iya.

Zahra tersenyum, akhirnya teman temannya percaya kalau dia akan segera menikah. Sekarang dia tidak perlu takut lagi bila di tanya kapan nikah. Ada Aidil lelaki berani yang menjadi penyelamat hidupnya.

××××××

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA.

BTW, AUTO BAPER SAMA AIDIL WKWK

SALAM AUTHOR 🌸

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang