{Revisi Sebagian}
April 2020-Agustus 2020
"Jika Allah SWT menghendaki, cinta itu akan berlanjut sampai ke surga.
Cinta kita adalah yang terbaik, karena imanku bertambah. Kau membantuku di dunia, dan karena itu aku ingin kembali bertemu denganmu di s...
Play now. (Ost, Master sun) 'Hyorin, Crazy of you'
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________
Karena sudah janjiku di dalam jabatan tangan kepada ayahmu saat akad nikah, senantiasa menemani dan menjagamu. Dalam suka maupun duka, aku akan selalu menjadi tempat engkau berpulang, tempat engkau selalu mengadu dan tempat engkau selalu mendapatkan perlindungan.
_________
'Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya". (HR. Muslim no. 2573)
Karena di balik segala sesuatunya pasti ada rahasia Allah yang penuh akan kebaikan.
Aidil mengangkat wajahnya, menatap wajah istrinya dari bawah. Zahra duduk di atas sofa dan Aidil memilih untuk berlutut di hadapannya. Menggenggam tangan Zahra dengan erat, menatap wajah Zahra lekat lekat.
Zahra menundukkan kepalanya dalam dalam, ia tak sanggup menatap wajah Aidil saat ini. Dirinya merasa bersalah karena telah membuat bayinya dalam bahaya saat ini. Zahra tau Aidil sangat mendambakan dan menyayangi calon anaknya, dan dia takut akan mengecewakan suaminya.
"Lihat aku," Aidil menarik dagu Zahra pelan, hingga kini dirinya bisa melihat wajah istrinya secara keseluruhan. Aidil merapikan rambut Zahra yang terlihat berantakan, rambut panjang Zahra tergerai begitu saja.
"Kenapa rambut kamu berantakan? Ikat ribut kamu di mana?"
Zahra masih diam, berapa sabar dan tulusnya Aidil kepadanya hingga hal yang sepele saja di perhatikan olehnya.
Zahra membuka genggaman tangannya dan memperlihatkan ikat rambutnya.
Aidil tersenyum, kemudian mengambil ikat rambut mini berwarna merah muda itu. Aidil sedikit berdiri, merapikan helaian rambut Zahra dan mengikatnya menjadi satu. Meski tidak rapi setidaknya Aidil bisa melihat wajah Zahra dengan jelas saat ini.
Aidil kembali menggenggam tangan Zahra. "Enggak apa apa, kita lewatin sama sama ya. Aku akan ekstra jaga kesehatan kamu mulai saat ini."
"Tapi, aku gak akan bisa sembuh," kata Zahra.
Aidil tak sedikitpun terlihat sedih di depan Zahra. "Sembuh itu hanya kemungkinan kecil, tapi kamu bisa mengatasinya dengan pola hidup sehat. Kamu percaya sama aku kan? Allah enggak mungkin menguji hambanya melewati batas."
Zahra mengangguk.
"Zahra," panggil Aidil. "Maaf, aku gak bisa menepati janji aku saat aku melamar kamu."