DUA SENJATA PEMUSNAH MASAL

26 9 0
                                    

Sesaat setelah Tessa melewati pemindai keamanan bandara, dia mendapatkan sebuah pesan dari Bumi yang bertuliskan misi selesai. Tampak senyum simpul mengembang diwajahnya ketika membaca pesan itu. Tessa tidak akan pernah meragukan kemampuan adiknya meskipun dia telah memberikan misi yang sulit .

Fiza langsung mengambil posisi tidur, sementara Tessa masih melihat keluar jendela dimana aktivitas di landasan pacu sangat ramai. Setelah beberapa menit mengudara, Tessa memutuskan untuk menyusul Fiza. Tessa menutup matanya dan segera kehilangan kesadaran sepenuhnya.

“Fokuskan energi ke satu titik yaitu tinjuanmu!” Ujar pria gagah itu sambil memutari posisi seorang anak laki laki yang memasang kuda kuda. Anak laki laki itu mengatur napasnya dan dengan gerakan yang tepat, anak itu meninju tiga buah batangan beton dengan panjang empat puluh lima sentimeter dan tebal sekitar sepuluh sentimeter. Ketiga batangan beton itu jatuh ke tanah, setiap batang patah terbagi menjadi dua.

“Bagus!” Ujar pria gagah itu sambil berjalan menuju seorag gadis yang berada di samping anak laki laki itu. “Giliranmu!” Langsung saja, gadis itu mengambil napas dalam dalam dan mengambil posisi. Desiran udara sejuk dari danau membelai tubuhnya seakan mengirim kekuatan tambahan baginya. Gadis itu melepaskan pukulannya yang sangat cepat, seketika tiga batangan beton itu terbelah menjadi dua.

Tapi raut muka pria gagah itu tampak tidak terlalu senang, sepertinya ada kesalahan yang dilakukan oleh gadis itu. “Batangan beton ini memiliki rasio satu banding dua semen dan pasir. Kuat dank eras namun tidak elastis. Dengan serangan yang kuat dan cepat, kamu bisa mematahkan batangan ini dengan mudah. Kamu tahu dimana titik paling mudah untuk mematahkannya? Titik itu berada di tengah. Kamu bisa lihat potonganmu masih panjang salah satunya, kamu masih belum mengenai tengahnya.” Ujar pria gagah itu.

Raut muka gadis itu nampak berubah menjadi sedih, dia telah gagal untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Pria itupun terseyum dan mengusap usap rambut gadis itu. “Tidak perlu bersedih, selalu ada kesempatan ke dua. Saat kamu dihadapkan sebuah rintangan, jangan pernah berusaha melawan rintangan itu, berusahalah untuk mengalahkannya!” Ujar pria gagah itu dengan lembut.

Gadis itu kembali tersenyum manis “Baik Yah!” Ujarnya sambil melompat memeluk ayahnya. Sang adik pun ikut melompat ke tubuh ayahnya mengikuti sang kakak dan mereka terjatuh ke atas rerumputan yang basah. Pagi itu dihabiskan untuk bercanda dan bercerita.

Mata Tessa terbuka lebar, kaget mendapatkan mimpi tentang masa lalunya lagi. Tessa memandang ke luar jendela kembali, ternyata pesawat sudah mulai turun. Memang penerbangan ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Tak lama kemudian kapten memberi pengumuan untuk memasang sabuk pengaman dan hal lainnya yang harus dilakukan sebelum mendarat. Terlihat juga beberapa pramugari yang lalu lalang mengecek penumpang.

“Kamu sudah bangun?” Tanya Fiza sesaat setalah dia bangun dari tidurnya. Tessa hanya mengangguk dan tersenyum tipis tanpa berkata apapun. Mereka berdua segera turun dan menuju ke parkiran mobil, mencari sedan berwarna putih dengan lambang lingakaran biru putih di hidungnya.

Tak perlu menunggu lama, sedan itu memang tampak mencolok disbanding mobil lainnya. Bumi segera menyambut kedatangan kakaknya dan Fiza. Mereka segera meninggalkan bandara dan menuju save house.

“Bagaimana tesmu?” Ujar Tessa sambil menggigit burger yang dibeli oleh Bumi sebelumnya. Bumi tertawa terbahak bahak seakan meremehkan tes dari kakaknya. Seakan tugas yang diberikan Tessa adalah tugas yang sangat mudah bagi dirinya,

“Jadi, bagaimana kamu mengeluarkan Gavin dari dalam Sektor 29?” Kembali Tessa tampak penasaran dengan jawaban adiknya. Bumi melirik kakaknya sambil mengangkat satu alisnya. Dia menggoda Tessa, membuatnya semakin penasaran.

Danau yang Menyimpan Kenangan : PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang