KONVOI

26 9 0
                                    

Tessa dan Fiza segera masuk ke dalam taksi yang sudah mereka pesan. Tessa memberitahu sebuah alamat dan taksi itupun segera meluncur ditangah dinginnya malam. Dua puluh menit kemudian, taksi itu berhenti di depan rumah yang cukup besar di perumahan yang tampak bersih da tertata rapi.

Tessa dan Fiza keluar dari taksi. Tanpa pikir panjang, Tessa segera membuka pintu gerbang yang memang tidak dikunci itu. tampak di halaman depan ada dua mobil terparkir rapi yang berarti para penghuni rumah itu dalam kondisi yang lengkap.

Tessa memencet bel di samping kiri daun pintu. Tak lama seorang pria dengan jenggot dan kumis tipis membukakan pintu. “Malam Kak Roby!” Sapa Tessa enteng. Pria yang dipanggil Roby itu tampak kaget buka kepalang meilhat wajah Tessa. Pria itu langsung menarik lengan kiri Tessa masuk ke dalam rumah. Fizapun ikut masuk ke dalam bahkan sebelum pemilik rumah mengizinkannya.

“Apa yang kamu lakukan disini?” Tanya Roby. “Aku kesini untuk menjengukmu kak, dan juga untuk menitipkan gadis cantik ini.” Jelas Tessa sambil menunjuk ke arah Fiza. Roby pun menepuk jidatnya tanda tak habis pikir dengan kelakuan Tessa.

“Kamu tahu, kamu itu orang paling dicari di wilayah tenggara ini! da ini, kamu mebawa cucu sultan kemari? Kamu ingin melibatkanku dalam kekacauan yang telah kamu buat?” Ujar Roby dengan nada tinggi seakan kesal bagaimana bisa Tessa membuat keributan seperti ini. “Heem, aku tahu!” Jawab Tessa enteng.

“Fiza, kenalkan kakak sepupuku, Roby. Kak Roby, kenalkan Fiza, cucu kesayangan Sultan!” Ujar Tessa sambil berlalu melewati Roby yang masih tidak percaya. Tessa menunjukan kamar tamu untuk Fiza.

“Kamu yakin ini tidak apa?” Tanya Fiza yang tampak cemas karena kehadirannya tampak tidak diharapkan. Tessa tersenyum lembut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Senyum itu sudah cukup untuk membuat hati Fiza yang bimbang menjadi lebih tenang.

“Mulai sekarang, Fiza aku titipkan padamu. Cukupi semua kebutuhannya dan jangan biarkan dia keluar. Jika dia ingin sesuatu, langsung belikan. Aku tidak ingin melakukan ini tapi kakak harus ingat bahwa aku yang menyelamatkan bisnis kakak dari mafia birokrasi delapan bulan yang lalu, juga dua tahun yang lalu, juga tiga setengah tahun yang lalu dan juga..” Sebelum sempat melanjutkan kalimatnya, Roby sudah memotong.

“Baiklah, aku memang banyak berutang padamu.” Tessa tersenyum lembut mendengar pengakuan kakak sepupunya itu. kemudian dia menyerahkan sebuah kartu kepada Roby. “Untuk memenuhi semua kebutuhan Fiza.” Ujar Tessa pelan. Roby hanya membalas dengan anggukan.

Fiza berlari menyusul Tessa yang melangkah keluar, gadis itu memeluk Tessa dari belakang sambil menangis sesenggukan. Tessa membalikan badan, membiarkan Fiza memeluknya lebih nyaman. “Berhati hatilah!” Ujar Fiza ditengah tangisnya.

Tessa membalas pelukan Fiza dengan lembut. “Tenanglah, kamu tahu aku orang yang seperti apa dan seberapa jauh kemampuanku. Aku pasti tidak akan kenapa napa.” Fiza terus mempererat pelukannya dan menangis lebih keras seakan dia tidak ingin melepas Tessa, dia tidak ingin Tessa pergi dan melakukan aksi yang berbahaya yang bisa merenggut nyawanya. Mungkin sangat aneh tapi Fiza merasa Tessa benar benar teman terbaik yang pernah dimilikinya.

Keesokan Harinya

Tessa mengenakan baju exo-skeleton sementara Bumi dan Dara mengecek perlengkapannya masing masing. Terlihat Bumi sedang menyesuaikan tenaga untuk setiap peluru, dia menyetelnya ke setelan medium yang berarti peluru akan melaju sekitar tiga kali kecepatan suara. Itu sudah lebih dari cukup untuk menembus baja pelindung di mobil konvoi.

“Konvoi terlihat, arah jam sembilan, jarak lima ratus meter!” Ujar Api sebagai pilot helijet. Bumi segera mengambil tempatnya di jendela sisi kiri. “Tembak dua mobil pengawal hitam itu, nanti mobil bayangannya akan menunjukan diri dengan sendirinya!” Ujar Tessa dari radio.

Danau yang Menyimpan Kenangan : PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang