WANITA YANG PALING DICINTAI TESSA

22 9 0
                                    

Ponsel pintar Bumi berdering pelan, ada panggilan masuk. Tampak kontak itu tidak mencantumkan nama dan nomor, seorang anonymous. Bumi mengangkatnya dan mendapati suara laki laki yang berat yang sangat dia kenal. Pria itu menanyakan kabar dan keadaan Bumi.

“Ayah?” Pria di ujung lainnya itu ternyata ayah Bumi. Beliau memberitahu bahwa baru saja dia didatangi segerombolan polisi yang menanyakan tentang Keberadaan Tessa. Dara yang masih memakai jubbah mandi langsung mendekati Bumi dan ikut mendengarkan percakapannya.

“Kamu tahu ayah sudah menyerahkan semua urusan kepada generasi muda dan ayah juga berusaha tidak mencampuri urusan yang harusnya bisa diselesaikan oleh generasi sekarang. Sepertinya Tessa sedang merencanakan sesuatu yang besar ya. Kalian memang sangat mirip sekaligus sangat berbeda!” Ujar ayah Bumi.

“Iya, Tessa sedang merencanakan semacam kudeta. Dia berencana membuat perubahan, dia juga mencuri sebuah bom elektromagnetik yang bisa membuat satu kota besar berubah menjadi medan tempur, dan dia juga menculik anak dan istri Komandan Ken.” Jawab Bumi. Pria bersuara serak dan berat itu tampak diam sesaat setelah mendengar apa saja yang sudah dilakukan Tessa.

“Sepertinya aku harus meminta maaf kepada Kenan karena kelakukan Tessa. Bumi, dengarkan baik baik, ini adalah urusan generasi kalian, kalian lah yang membuat perubahan di dunia. Orang seperti ayah hanyalah cerita di masa lalu yang membawa sesuatu yang baik untuk kalian dan tugas kalian adalah untuk membuat sesuatu yang baik itu jadi lebih baik lagi!” Ujar Ayah Bumi.

“Iya yah!” Jawab Bumi singkat. “Kalian harus saling menjaga satu sama lain, sama seperti saat kakakmu menjagamu dan saat dirimu menjaga kakamu. Kalian yang harus menentukan mau dibawa kemana bangsa ini dan kalianlah masa depannya. Jadi ayah mohon jaga kakakmu, jika dia salah, bawalah kembali ke jalan yang benar.” Pinta Ayah Bumi.

Panggilan itu diakhiri, Dara yang sendari tadi mendengarkan dengan jelas meremas pelan bhu kiri Bumi yang nampak muram dan penuh dengan beban tanggungjawab. “Kamu bisa menceritakan semuanya padaku jika ingin!” Ujar Dara dengan senyum yang mengembang di wajahnya yang cantik itu. Bumi membalas senyumannya dan kembali memandang ke arah langit yang lebih merah daripada sebelumnya.

“Hari ini, tepat empat belas tahun yang lalu, ibu berpulang karena sakit kanker paru paru.” Ujar Bumi lirih.

Empat Belas Tahun yang Lalu

Tampak dua orang anak sedang mengendap endap sambil membawa kue yang sudah dihias berbagai ornament diatasnya. Tak lupa lilin yang akan ditiup karena kue akan digunakan untuk merayakan ulang tahun seseorang. Kedua anak itu membuka pintu ke sebuah ruang kerja yang di dalamnya ada seorang wanita yang sedang fokus dengan laptopnya.

“Selamat ulang tahun!” Teriak kedua anak itu mengagetkan sang ibu. Wanita itu meloncat sambil memegangi dadanya seakan mengisyaratkan bahwa kedua anaknya yang mulai beranjak remaja itu berhasil mengagetkannya. “Kalian berdua memang kalau berjalan tidak terdengar sama sekali, seprti hantu!” Ujar sang ibu yang lalu memeluk kedua anaknya.

Sang ibu memejamkan matanya untuk membuat keinginan di hari spesialnya itu dan setelah itu dengan kuat meniup lilin yang sudha disiapkan. Sesaat lilin itu padam, sorak sorai memenuhi ruangan dan kedua anak menggemaskan itu menari dan berloncatan merayakan ulang tahun ibu mereka.

Tiba tiba, sang ibu mulai batuk tak terkontrol, nampak lebih parah daripada sebelum sebelumnya. Dari batuk itu, keluar bercak darah yang tampak sedikit kehitaman. Itulah pertama kalinya anak gadis dan anak laki lakinya melihat ibu mereka batuk dengan bercak darah.

Seketika suasana yang awalnya ceria dan hangat menjadi panik dan kebingungan. Sang putri dengan cepat berlari menuju telfon rumah dan menelfon ambulan sementara adiknya berusaha menuntun ibunya yang terus terbatuk batuk untuk duduk kembali.

Danau yang Menyimpan Kenangan : PerubahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang