09.

42 5 0
                                    

Sarah melepas heels-nya yang bikin pegel. Ga peduli mau dilihatin orang-orang. Sarah lebih pilih pake sendal jepit dari pada heels menyakitkan ini.

"Cewek dikit kenapa sih."

"Bawel."

Oke fix. Sarah ngambek as always. Wooseok tau begini kebiasaan Sarah kalo ngambek. Sekarepe dewe. (Seenaknya sendiri)

"Kasian tu rumput diinjek kaki lo. Bau katanya."

Sarah melempari Wooseok dengan rumput yang sudah dia cabut.

"Makan tuh rumput, dasar penyihir."

Wooseok cuma terkekeh. Ga nyangka aja Sarah masih kekanakan kaya gitu.

"Duduk sini, Sar."

Wooseok memberi instruksi Sarah untuk duduk di sebelahnya. Dan cewek itu nurut aja. Lagian mau kemana-mana dia ga hapal tempat ini.

Mereka berdua cuma diem sebelahan doang. Untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Wooseok membuka suara terlebih dahulu.

"Jidat lo kenapa? Biru gitu?"

Sarah buru-buru menutupi keningnya dengan poni panjangnya.

"Kejedot meja pas nyoba heels." Balas Sarah cepat.

Wooseok cuma geleng-geleng. Sarah, masih aja pecicilan. Pikirnya.

Keduanya terdiam lagi hingga Wooseok membuka pembicaraan.

"Gue gatau kalo penentangan lo udah sejauh ini. Lo serius gamau dijodohin sama gue?"

Wooseok ngasih lihat sebuah foto di hapenya dimana ada Sarah dan Yuvin di pemakaman tadi siang. Sarah agak terkejut darimana Wooseok bisa dapet foto itu.

"Ini dari Joy. Dia sepupu Yuvin dan dateng ke acara itu. Dia kaget pas Yuvin ngenalin lo sebagai pacar ke pamannya."

"Bukan gue yang mau, tapi Yuvin yang maksa. Gue ga pernah ngeiyain jadi pacar Yuvin. Jadi temen aja engga."

Emosi Sarah mulai tersulut. Kenapa sekarang Wooseok jadi ikut-ikutan masalah dia. Bukannya dulu Wooseok ngasih peringatan ke dia untuk ga ikut campur urusan sama Joy?

"Jangan bahas Yuvin deh. Males."

Sarah memutar badannya mengarah ke Wooseok. Sorot matanya penuh tekad.

"Kak, kalo kita berdua kerjasama menentang perjodohan ini, gue yakin pasti mamah papah om tante bakalan-"

"Sar."

Sarah berhenti seketika Wooseok memotong kata-katanya. Wooseok menatap Sarah serius. Menurutnya ini timing yang tepat untuk menyampaikan isi pikirannya ke Sarah.

"Dengerin. Gue cuma ngomong sekali. Gue tau lo mungkin ga suka atau malah benci mau dijodohin sama gue. Awalnya pun gue gitu. Gue shock, kaget, kenapa harus dijodohinnya sama lo."

Sarah masih dalam mode mendengar. Dia masih belum bisa nerawang arah pembicaraan Wooseok. Jarang-jarang Sarah lihat Wooseok ngobrol setenang ini setelah kabar perjodohan mereka muncul.

Wooseok memberi jeda.

"Kenapa dari sekian banyak cewek, harus lo yang disuruh nikah sama gue. Oke, ini mungkin karena urusan orang dewasa, jadi kita ga perlu repot soal itu."

Sarah masih ga ngerti. Pikirannya ga nyampe.

"Awalnya gue menentang, Sar. Gue gamau lo terkekang cuma gara-gara dipaksa nikah sama gue. Gue tau lo ga suka dipaksa."

Sarah menelan ludah. Kenal Wooseok hampir seumur hidupnya masih belum bisa bikin Sarah paham bagaimana sebenarnya seorang Wooseok itu.

"Tapi sekarang, setelah berkali-kali gue berusaha mempengaruhi mami, setelah gue coba berpikir berkali-kali, gue jadi ga pengen perjodohan ini batal."

"What?! M-maksud lo apa? L-lo m-mau..."

"Gue gamau putus sama Joy. Tapi gue juga ga pengen perjodohan ini batal, Sar. Gue gamau lo justru nanti nikah sama orang yang belum tentu cinta sama lo."

Wait, apa yang dimaksud oknum Kim Wooseok sekarang.

"Gue serakah gasih kalo gue juga suka sama lo?"

....

Happy Reading :))

Missing | Kim Wooseok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang