06.

31 5 0
                                    

"Ayo! Yujin, Sarah, Sihyeon, Sohee, maju!"

Pak guru PE mengabsen satu-satu muridnya untuk penilaian lari dua ratus meter pagi ini.

Mereka berempat masuk kelompok terakhir. Sementara beberapa anak yang lain udah balik ke kelas, maupun ke kantin.

"Sar, lo pucet banget. Ga usah ikutan deh."

Sakura menahan Sarah yang udah siap maju untuk berdiri di belakang garis start.

"Gue gapapa, Ra. Lagian ini bentar doang."

"Tapi badan lo anget juga."

"Gapapa."

Pelan Sarah melepas tangan Sakura yang menggandengnya. Memang benar kalo kondisi badan Sarah lagi ga fit sekarang.

Kalo mau dijelasin secara ringkas-

Kemarin siang gajadi makan gara-gara nasinya lembek.

Sorenya nonton bareng Yuvin, Yuvinnya mendadak pulang karena ada les piano.

Sarah ditinggal sendiri padahal hapenya mati dan ujan deres banget. Ditambah bioskopnya lumayan jauh dari rumah.

Berakhirlah Sarah pulang naik bus, ga bawa payung jadi basah-basahan, sampe rumah udah malem dan cuma ada Minhee yang ga tau kalo Sarah sampe rumah basah kuyup. Mamah papah ada perjalanan bisnis di NY.

Paginya, Sarah kesiangan dan buru-buru berangkat.

So, sekarang pandangan Sarah udah ga karuan. Semuanya silau. Semakin silau ketika peluit dibunyikan oleh pak guru.

Brrukk.

Sarah ambruk.

"Sarah!"

***

Bau obat.

Langit-langit putih.

Selang infus.

Sarah mengerjapkan matanya berkali-kali. Badannya kerasa lemes banget. Lidahnya pahit ga karuan.

"Mah?" Sarah mengigau.

Seseorang yang dari tadi nungguin Sarah disamping nakas, beralih dari ponselnya dan berbalik melihat Sarah.

"Lo udah bangun?"

Sarah memandang sampingnya. Huft, dia kecewa banget lihat siapa yang nemenin dia sekarang.

"Ngapain disini. Pergi aja."

Sosok itu ga jawab apapun. Dia malah ngambil bubur yang dari tadi mangkrak di atas meja.

"Makan."

Sarah makin jengah. Kesel lihat muka orang itu. Gatau apa kalo kepalanya makin pusing dengan adanya orang itu. Sekarang malah nyuruh makan.

"Kakak mending balik ke kelas. Belajar."

Wooseok naruh mangkuk buburnya ke atas meja. Sekarang dia serius ngeliatin Sarah.

"Siapa yang jamin lo bakal makan kalo gue cabut? Makan sekarang."

"Ga usah maksa. Ga selera gue."

"Sarah."

Sarah menaikkan selimutnya sampai ke atas dan berbalik memunggungi Wooseok.

Wooseok mengelus dadanya biar bisa lebih bersabar ngadepin Sarah. Dia ambil lagi mangkuknya.

"Sar, makan dulu. Dari kemarin lo belum makan kan."

Sarah diam.

"Keburu dingin ntar lo ga doyan."

Sarah masih diam.

"Masa iya gue suapin kaya jaman dulu pas SD."

Sarah buru-buru mengambil alih bubur di tangan Wooseok dan mulai memakannya.

"Laper gila."

Wooseok terkekeh pelan denger Sarah yang menggerutu. Gimana bisa ada anak SMA betah ga makan seharian. Mana ada pelajaran PE.

Wooseok sadar kalo Sarah masih ga berubah dari dulu. Masih suka makan. Tapi pilih-pilih. Nasi lembek dikit aja gamau padahal masih bisa dimakan.

Giliran sakit, sakitnya gara-gara telat makan.

"Gue balik kelas. Harus habis buburnya."

"Iya, iya. Bawel."

Tanpa sadar Wooseok tersenyum tanpa diketahui Sarah.

***

"Gimana Sarah? Gapapa?"

Wooseok mengangguk mengiyakan pertanyaan Joy.

"Syukurlah. Harusnya kamu baik-baik sama adik kamu sendiri."

"Udah aku bilang dia buka adik aku. Dia cuma sering main ke rumah pas kecil dulu."

Wooseok harus berkali-kali jelasin ke Joy kalo Sarah bukan saudaranya. Meskipun Wooseok tau yang dimaksud Joy bukan saudara kandung, tapi tetep aja.

"Sama aja. Terus nanti dia pulang sama siapa?"

Joy keliatan khawatir banget sama Sarah meskipun dia ga terlalu kenal. Dia cuma kaget aja pas Wooseok langsung pergi gitu aja habis ditelfon maminya.

"Dijemput supirnya mungkin. Dia mandiri kok. Kamu ga perlu cemas."

Joy senyum lagi. Dia cuma pengen Wooseok baik-baik aja.

***

"Sarah!"

Tampak Yuvin berlari ke arahnya dengan nafas memburu. Jelas cowok itu ngejar Sarah sampe gerbang sekolah.

"Gue anterin pulang ya. Sori banget. Gara-gara gue kemarin lo jadi sakit."

Sarah berusaha ramah. Soal kemarin itu menurutnya bukan sepenuhnya salah Yuvin. Sarah aja yang kekanakan dan males makan, jadi sakit.

"Gue udah gapapa ko sekarang. Gue bisa pulang sendiri."

"Gue ga enak sama lo, Sar. Gue anterin ya. Gue udah dijemput di depan."

"Engga, Vin. Makasih. Gue pulang sendiri aja."

"Serius, Sar. Lo masih pucet gitu. Gue anter ya?"

Sementara tanpa Sarah sadari, ada Wooseok dan Joy yang memperhatikan mereka dari jauh.

"Ga usah, Vin. Rumah gue agak jauh dari sini. Rumah lo kan deket. Nanti jadi bolak-balik."

Jujur Sarah makin ga nyaman. Keberadaan Yuvin yang tiba-tiba dan memaksa adalah hal yang paling dia ga suka.

"Sar, plis. Gue anterin. Entar kalo lo-"

"Dia bilang gamau ya ga usah dipaksa."

Wooseok beraksi. Dia menengahi debat diantara Sarah dan Yuvin. Meninggalkan Joy yang masih membeku di tempat.

Padahal dia sendiri suka maksa Sarah. Apalagi kalo soal makan.

Mata elang Wooseok tajam menusuk tatapan Yuvin.

"Sar, pulang."

Wooseok menarik Sarah menjauh dari sana dan membawanya masuk ke mobil jemputan yang udah nungguin di depan. Yuvin dan Joy sama-sama speechless melihat apa yang dilakukan Wooseok.

"Wooseok-ah." Gumam Joy.


....

Happy Reading ♡

Missing | Kim Wooseok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang