15.

28 2 0
                                    

"Siapa?"

Tanya Wooseok pada Joy. Mereka lagi makan bareng habis selesai les.

"Gatau. Spam mungkin. Ga ada suaranya sama sekali."

Joy kembali masukim hapenya ke dalam kantung dan lanjut makan.

"Gimana tes uji coba kamu? Lancar?"

Joy mengangguk. Dia seneng kalo Wooseok perhatian. Soalnya beberapa waktu ini, Wooseok jarang pengen keluar sama dia.

"Lancar. Mungkin aku perlu ambil tes sekali lagi biar makin yakin. Nanti kita jalan bareng ya, kalo udah kelar tesnya."

Wooseok cuma ngangguk. Dia juga merasa bersalah sama Joy karena egonya sendiri. Pacarnya itu pasti rindu berat. Sampai-sampai pengen nge-date terus.

"Kamu gimana? Lancar?"

Wooseok menggidikkan bahunya. "Aku harus tes uji coba lagi. Yang terakhir kurang memuaskan."

Wajah Joy tampak sedih. Kenapa bisa pacarnya itu ga lolos tes uji coba? Padahal Wooseok jelas lebih pinter dari dia.

"Kan udah kubilang, kalo capek belajar istirahat dulu. Kamu pasti maksa kan?"

Wooseok meraih telapak tangan Joy dan mengusapnya pelan. Entah kenapa semakin kesini dia makin gamau kehilangan Joy. Tapi juga gamau batal nikah sama Sarah :')

Tiap hari Joy ngasih dia perhatian dan semangat selama persiapannya masuk kuliah dan ujian akhir. Kata-kata lembut yang keluar dari mulut Joy selalu bisa bikin Wooseok merasa ga terbebani sama sekali.

Tapi disisi lain, Wooseok juga kepikiran sama yang dibilang mami tadi pagi. Sebelum berangkat sekolah.

"Mami sama mamah Sarah udah sepakat tanggalnya."

***


Sarah, Yujin sama Jungkook bareng-bareng makan siang di kantin. Sarah udah ga peduli dengan cicitan anak-anak lain soal dirinya yang dibilang pelakor atau apa. Ga penting.

"Kok lo bisa bikin deteksi gini, Kuk? Ajarin gue dong."

Yujin dari kemarin excited banget sama kemampuan Jungkook yang lihai ngehack sistem-sistem keamanan dan data-data rahasia.

"Nanti, nanti gue ajarin. Sekarang fokus nyari orangnya dulu nih."

"Lo yakin orang sekolah sini?" Tanya Sarah ragu.

"Kemarin lo ga yakin sama orangnya kan? Gue cek lagi ini ke detect di sini dari pagi. Makanya gue bawain nih orangnya buat lo kesini."

Jungkook bingung mau jelasin gimana ke dua orang ini. Yang satu ga yakin, ya satu ga paham sama sekali.

"Nih, orangnya mau masuk."

Sedetik itu juga sepasang kekasih memasuki kantin dimana sang cewek tampak sibuk dengan panggilannya.

"Halo?"

Yujin sama Jungkook kompak melotot. Ga percaya dengan apa yang mereka liat.

"K-kak Joy?" Gumam Yujin gabisa menyembunyikan keterkejutannya. Untung ga kenceng.

"Sar, gue setuju sih kalo kemarin lo bilang ga percaya. Tapi semua nomer registrasi, data, semuanya bener kok." Kali ini Jungkook yang ikutan ga percaya.

"Kak Joy, pacar kak Wooseok. Our school ambassadors. Ga percaya gue." Gumam Yujin setengah bengong.

Sarah masih diam. Dia perhatiin Joy sama Wooseok jalan bareng ngantri ambil makanan.

Dalam hati Sarah berpikir gimana caranya jelasin dan minta jawaban atas alasan permainan ga jelas yang ditujukan ke dia.

"Sar, lo mau kemana? Sarah?!"

Percuma Yujin manggil-manggil Sarah yang udah  nyamperin Joy duluan. Cewek itu larinya kenceng banget. Mana udah diliatin anak sekantin pula.

"Sar?" Ujar Wooseok yang menyadari ada Sarah disana.

"Eh ada Sarah. Hai, Sarㅡ"

"Kak, kita perlu bicara."

Sarah menarik pelan lengan Joy untuk menjauh dari kantin.

Sementara Wooseok dan teman-teman Sarah yang tadi ditinggal, penasaran dengan apa yang dilakukan cewek itu.

***

"Sarah, kenapa?"

Denger pertanyaan Joy dengan suara lembut, membuat Sarah pengen ketawa. Ketawa konyol karena dibalik suara lembutnya ada seekor serigala berbulu domba.

Tapi tahan. Dia ga pengen mengakhiri permainan ini dengan cepat.

"Kak. Tolong dengerin ini bentar."

Sarah memutar rekaman telefon Joy dan Yuvin yang berhasil dia dapatkan berkat bantuan Jungkook dan Jinhyuk. Sebuah telefon yang berisi kesepakatan dan semua imbalan dari permainan ini.

Tangan Joy mengepal. Namun dia mencoba tetap tenang di depan Sarah. Bagaimana pun dia berusaha biar gak keliatan sebagai pelaku.

"Aku mau cepet aja, kak. Alasan kakak begini, apa?"

"Maksud kamu apa, Sar? K-kamu dapet itu darimana?"

Joy berusaha masih ramah. Padahal amarahnya dalam dada udah membuncah. Mulai cemas kalo kejahatannya terungkap.

"Awalnya aku juga gamau percaya. Mana mungkin orang sebaik kak Joy bakal kaya gini. Makanya aku mau konfirmasi ke kakak sendiri. Ini bener kak?"

"Sarah, bisa jadi itu direkayasa. Kenapa kamu percaya?"

"Jadi ini bukan kakak?"

Sarah lagi-lagi buka sesuatu di ponselnya. Isinya salinan chat punya Yuvin sama Joy.

"Kakak nyuruh Yuvin buat deketin aku, biar apa? Aku gapaham."

Joy tampak berubah jadi tersenyum sinis.

"Biar lo jauh-jauh dari Wooseok."

Sarah tertegun. "Kenapa? Aku bikin salah sama kakak?"

"Lo sama Wooseok tunangan, gue tau. Dan gue gasuka."

Sarah masih diam. Sekilas ada pikiran terlintas. Kalo Joy ga suka dia tunangan sama Wooseok, kenapa ga kerjasama aja sama dia. Kenapa malah bikin Sarah celaka. Jadi war gini kan.

"Gue pengen lo jauhin Wooseok. Lo udah punya Yuvin, jadi ga ada alasan buat deketin Wooseok."

Mo gimana pun juga mereka udah tunangan. Semua kuasa ada ditangan orang tua. Dia mah gabisa apa-apa.

"Kak, kakak tau kan kalo ini salah? Kenapa juga harus pake Yuvin? Kenapa harus nyuruh anak-anak cewek itu nyamperin gue hampir tiap hari?"

Sarah sebenarnya gamau bahas hal-hal busuk ini. Tapi mau gimana lagi. Tiap hari ngadepin anak buah Joy bikin Sarah kewalahan.

Untung Sarah pernah ikut taekwondo bareng Hangyul sampai lulus SMP. Jadi ga parah-parah lukanya. Lebih parah anak buah Joy malah jadinya.

"Karena gue ga suka lo aja. Dari awal gue ketemu lo."

Dasar serigala berbulu domba. Rutuk Sarah dalam hati.

"Ini kekanakan banget. Kalo kakak ga suka sama gue, kenapa ga langsung ngomong aja? Ga perlu repot-repot sewa orang buat bikin gue celaka."

Emosi Joy udah ga tertahan. Entah kenapa tiba-tiba Joy ambruk dan kejang-kejang ga karuan. Keringat dingin mulai bermunculan.

Sarah yang terkejut langsung nyamperin Joy dan nepuk pipi cewek itu pelan. Berharap kesadarannya kembali.

"Kak?! Kak Joy?!"

....

Happy Reading and click vote ya :)

Missing | Kim Wooseok Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang