calista and the genk.

154 6 0
                                    

Alarm sudah berbunyi, membuat Meli terbangun dari tidurnya.

"Hoam.. Mari kita mandi." ucap Meli masih dalam keadaan setengah sadar.

-----()()()-----


Hari ini adalah hari senin, hari dimana semua orang paling malas melakukan semua kegiatan.
Apalagi bagi seorang pelajar, ya.. kalian taulah pasti.

Meli pun sampai ke sekolah dengan menaik ojek online, Raka bilang ia tidak bisa menjemputnya karena ada keperluan.

"Risa!" panggil Meli saat melihat risa sudah datang lebih dulu.

"Eh, Mel!! Ayo kelapangan, udah mau mulai upacaranya," ajak Risa riang seperti biasanya.

"Huft, gue baru aja sampe." Meli mendengus sebal, belum sempat ia menjejakkan bokongnya untuk duduk.

Mereka pun berjalan di koridor menuju lapangan tempat di laksanakannya upacara bendera.

"Eh? Mel! gue kelupaan bawa topi anjir ada di atas meja, lo ga ngingetin si?!" omel risa.

"Dari tadi lo jalan ga berasa lagi ga bawa topi? udah sana ambil, gue tunggu disini."

"Ya lo juga ga nyadar kan? Yaudah deh, bener ya awas aja gue ditinggal lagi!" ucap Risa berlari kembali ke kelas.

Karena merasa lama dan bosan Meli pun pergi ke toilet yg letaknya tidak jauh di tempat ia berdiri.

Pas sampai di pintu kamar mandi ia pun diseret entah oleh siapa, mulutnya di bekap.

"Hmp! mph!"

"Diem!"

Meli pun dimasukkan ke salah satu kamar mandi yg sudah tidak terpakai.
Bekapan di mulutnya sudah dilepas.

Orang yg membekap nya memunculkan diri, dan betapa terkejutnya Meli ternyata itu adalah Calista dan dua temannya yang lain. Ia tahu siapa nama se-gengnya Calista. Yaitu Iren, Jasmine, dan Calista sendiri.

"Kak.. Calista?!" Ia sempat tercekat beberapa saat, masih mencoba menelaah apa yang sedang terjadi.

"Iya, kenapa? hah? kaget? iya?!" Hardik Calista menatap Meli tajam seolah ingin membunuhnya sekarang juga.

"Kenapa kakak bawa aku ke sini?" Meli berusaha sesopan mungkin, karena ia tahu bagaimana cara bertatakrama yang baik kepada seniornya.

"Lo gak inget apa yang gue bilang di lapangan waktu itu?!" Cerca Calista merasa geram.

Meli sempat berfikir sejenak lalu, otakjya seperti memutar kilas balik kejadian saat di lapangan waktu itu. Ia menghembuskan nafasnya pelan, nekat juga mereka.

"Iya kak." Meli menjawab dengan malas, entahlah ia tidak mau melawan. Takut kena imbasnya.

"Gue akan lakuin itu ke lo hari ini!"

"Berani beraninya lo rebut Raka? gue suka sama dia udah dari lama asal lo tau. Dan lo segampang itu dapetin dia?! Heh! muka lo tuh nggak seberapa sama muka gue! Gue famous dan lo nggak!" emosi Calista sambil mulai mencengkram dagu Meli kuat.

Meli hanya menatap nyalang ke arah Calista membuat calista meneguk ludahnya kasar.

"Apa-apaan tatapan lo itu?! lo harus tanggung semua rasa malu gue!"

Plakk!
Plakk!

"AKH!"

Sebuah rintihan lolos dari mulutnya, sudut bibir Meli sudah berdarah, hidungnya pun mulai mengeluarkan darah anyir.

Tak berniat untuk melawan, biarkan saja apa yang akan terjadi padanya.

"MAU LAGI?! HAH?!" Calista berteriak seperti orang kesetanan, memukulinya tanpa jeda.

Plak!
Plak!
Dug!

Calista menendang kaki Meli kuat, hingga muncul lebam biru keunguan di area betisnya.

"Mau sampai kapan lo siksa gue, hah?" lirih Meli, ia sudah tidak memiliki kekuatan, lagi lagi ia lebih memilih mengalah daripada harus berurusan dengan mereka.

Calista memberikan senyum miring kearah Meli, "Sampai lo mati, boleh?"

"Bowleh.." Disana Iren dan Jasmine menyauti perkataan Calista, lalu mereka tertawa nyaring.

"HAHAHAHAHAHAHA!"

Teman-teman calista pun maju dan juga ikut menganiaya Meli.

Iren menjambak rambutnya kuat hingga ada beberapa rambutnya yang rontok.

Lalu Jasmine mengambil air dingin dan menyiramnya ketubuh meli yang sudah di penuhi luka dan lebam dimana-mana.

Pada akhirnya Meli pun tidak sadarkan diri.

calista dkk pun meninggalkan Meli, dan di kuncinya pintu kamar mandi itu.

dilapangan..


'Duh, Meli mana sih? Ya ampun perasaan gue nggak enak.' gumam Risa dalam hati.


My Annoying Boyfriend (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang