bertanya-tanya.

191 8 0
                                    

Sinar matahari menembus kamar Meli, ia mengucek-ucek matanya yg masih terasa berat.
Oh? Ia melihat ibunya didepan pintu kamar.

"Meli.. bangun sayang, ayo sarapan dulu." Samar samar meli mendengar suara ibundanya memanggil untuk pergi sarapan.

"Iya Bunda.." jawab meli masih setengah sadar.

Meli pun bergegas mandi dan bersiap-siap memakai baju sekolah.

"Pagi, semuanya!" sapa Meli pada keluarganya, dimeja makan sudah ada ayahnya—Edi, sang Ibunda—Rena, dan Rendi—adiknya.

"Pagi juga, kak." sapa Rendi seraya tersenyum pada Kakaknya, omong-omong Rendi masih kelas 2 SMP.

Lalu mereka mulai menyantap makanan masing-masing.

Di sela-sela kegiatan makan, Edi bersuara, "Meli, nanti Ayah antar ya."

mendengar penuturan ayahnya, Meli tersenyum ceria,  pasalnya, Ayahnya itu memang jarang mengantar atau menjemput Meli karena sibuk keluar Kota.

"Eh? iya, Yah." masa bodo sama Raka, dia juga tidak jelas.

                          ***

"Finally, gue ga telat." Meli pun duduk di kursinya.

"Eh, mel!" sapa Risa yg baru datang.

"Oi Risa, ke perpus yuk? gue mau minjem novel baru." ajak Meli, sepertinya ia sudah lama sekali tidak membaca novel.

"Oke, ayo."

Mereka akhirnya menuju perpustakaan yang berada di lantai 2, mumpung bel masuk masih sekitar 20 menit lagi, ia harus memanfaatkannya dengan baik.

Di perjalanan menuju kantin banyak yg menyapa Meli, tapi Meli hanya menjawab dengan senyuman atau anggukan kecil.

Setelah sampai di Perpustakaan mereka pun berpencar mencari Novel yg mereka incar.

Meli menemukan novel yg ia cari, namun karna novel nya berada di rak paling tinggi, Meli tidak dapat menjangkaunya.

Ia berusaha mengambil novel yang ia dambakan sedari kemarin, tapi hasilnya nihil, ia tidak sampai.

Saat tangannya hampir menjangkau novel tersebut ada tangan yang memegang tangannya, lalu membantu ia mengambil novel tersebut.

"Eh.. Raka? ma—makasih ya."
Duh, kenapa malah gugup gini sih?biasanya biasa saja?

"Iya sama-sama, by the way maaf ya gue ga jadi anter lo, tadi pagi gue harus anter kue jualan mamah." jelas Raka, agar Meli tidak salah paham, pikirnya.

"Oh. iya gapapa, lagi pula gue emang ga mau di jemput sama lo kan? yaudah makasih ya sekali lagi." Melk segera meninggalkan Raka, entah kenapa ia merasa tidak enak sudah mengucapkan hal seperti itu.

"Tunggu, Mel." cerca Raka sambil menahan tangan Meli, dengan kasar Meli melepas tangannya.

"Kenapa? ngomong aja." ucap Meli dingin, ia malas berurusan dengan Raka hari ini.

"Gue cuma mau bilang, kalo gue mungkin punya rasa sama lo," omongannya terpotong, "Jadi, tolong jangan jauhin gue."setelah berucap seperti itu Raka pergi meninggalkan Meli yg terbengong.

Meli menepuk pipinya kencang, berharap perkataan Raka tadi hanya mimpinya belaka. namun, pipinya terasa sakit.

"Apaan sih dia bilang kayak gitu? nambah-nambah pikiran aja!" Meli pun berlari ke toilet meninggalkan Risa yg masih sibuk mencari novelnya.

My Annoying Boyfriend (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang