18. Oh My God

1.2K 134 3
                                    

Perth mondar mandir di kamarnya. Ia merasa sangat cemas sekarang. Ini sudah jam 11 tapi Saint tak kunjung sampai dirumah.

Dengan cepat ia segera menyambar jaketnya dan pergi untuk menjemput Saint. Inilah untungnya tak ada jam malam. Ia bisa bebas keluar kemanapun.

Perth menunju ke jalan raya berharap bahwa ada bis ataupun taksi yang menurunkan Saint. Namun itu mustahil. Bahkan jalanan mulai sepi pada saat itu.

Karena ia terlanjur cemas, Perth segera berjalan kaki menjemput Saint di tempat kerjanya.

Masih ingat kan, ban mobil Perth bocor jadi mobilnya sekarang masih ada di bengkel.

Ia melewati gang kecil yang pernah ia lewati bersama Saint waktu pertama kali mengantar Saint ke tempat kerja

Masih ingat?

Baru setengah perjalanan, Perth mendengar suara berisik seperti ada yang sedang dipukuli. Karena ia merasa terketuk untuk menolong sekaligus penasaran, Perth terus berjalan sampai melihat punggung seseorang berbaju serba hitam sedang memukuli seorang lelaki mungil.

Perth tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena pencahayaan disana memang remang. Karena melihat lelaki mungil itu tersungkur dan tidak membalas sama sekali. Perth berlari berniat menolong.

"Hei, apa yang kau lakukan," teriak Perth yang membuat orang yang berpakaian serba hitam menghentikan aksinya dan berlari kabur.

Perth menghampiri sang korban yang bahkan terus meringis kesakitan dan tak mampi bangkit lagi.

"Kau tak apa-apa?" tanya Perth sambil membantu orang itu berdiri

Ketika sang korban menolehkan wajahnya, Perth terkejut bukan main.















"Saint!!!"

👦👦

Setelah tahu bahwa yang jadi korban itu Saint. Perth tidak bisa menahan rasa paniknya. Ditambah lagi wajah Saint yang seputih salju itu sudah dihiasi dengan jejak darah dan memar.

Karena Saint tidak mau di bawa ke rumah sakit, maka mereka memutuskan untuk kembali ke asrama.

Sesampainya mereka di asrama, Perth menuntun Saint yang sedikit susah untuk berjalan menuju tempat tidur. Perth mendudukkan Saint dengan bersandar headboard kasur.

Ia segera mencari kotak obat dan kembali menuju Saint.

Suasana yang sunyi menyelimuti mereka. Tidak ada siapapun yang memulai pembicaraan. Saint yang masih berusaha menahan rasa sakit di sekujur tubuh dan wajahnya. Serta Perth yang fokus mengobati wajah Saint.

"Apa ada lagi yang terluka selain wajahmu Saint?" tanya Perth

"Hhah?" Saint terkejut karena ia terlalu fokus pada wajah Perth sampai  ia tidak mendengar perkataan Perth

"Aku bilang apa ada luka lain selain di wajahmu," tanya Perth sekali lagi sambil mendekatkan wajahnya ke arah Saint. Wajah Saint mulai memanas karena jarak wajah mereka yang terlu dekat.

"A.. a.. ada. Tapi aku rasa itu baik-baik saja," jawab Saint sambil menunduk karena menyembunyikan rona merah di wajahnya

"Tapi luka tetap luka Saint. Biarkan aku mengobatinya," terang Perth

"Ehm.. lukanya ada di perut, Perth", bisik Saint

Entah kenapa wajah Perth juga memanas sekarang.

"Kalau begitu aku akan mengobatinya. Kau bisa membuka bajumu sekarang," kata Perth pelan.

Saint langsung mendongakkan wajahnya menatap Perth karena terkejut.

"A..aku tidak ada niatan buruk Saint. Aku hanya ingin mengobatimu" saut Perth setelah melihat wajah Saint yang dipenuhi dengan rasa terkejut.

Saint hanya mengangguk dan segera melepas kancing bajunya satu persatu sehingga nampaklah tubuh seputih salju milik Saint.

Perth tidak berkedip memandangnya. Pindang ramping, perut rata, dan dada yang ehm.. cukup besar. Melihat itu saja bagian selatan Perth berkedut.

Perth segera menggelengkan kepalanya. Dan segera fokus kembali. Ia baru sadar kalau memang ada memar yang mulai membiru di perut Saint.

Perth pun segera mengambil salep dan mengoleskannya ke perut Saint. Tangannya bergetar hebat. Begitupun jantung Saint yang bahkan tidak dapat diajak berkompromi sama sekali.

Meskipun tangan Perth sangat nyaman mengelus perut Saint saat ini, tapi setelah selesai mengoleskan salep, ia segera menjauhkan tangannya dari perut Saint.

author : si Perth takut keblablasan

Seolah-olah tidak bernafas selama beberapa jam, mereka menghembuskan nafas pelan. Karena mereka sama-sama gugup saat ini.

"Ehm Saint, sebenarnya apa ada masalah yang menimpamu? Sudah dua kali kau dipukuli seperti ini" tanya Perth

"Kau sendiri yang bilang padaku Saint, jika bercerita maka masalah yang kau hadapi akan meringankan bebanmu. Aku teman bicara yang baik. Kau bisa percaya padaku" jelas Perth lagi sambil memegang kedua tangan Saint

Saint menghembuskan napasnya pelan

"Ayahku meninggal saat aku masih dalam kandungan sedangkan ibuku meninggal saat aku masih kecil. Karena aku tinggal sebatang kara, paman dan bibiku mulai mengurusku saat itu. Mereka juga memiliki anak yang dua tahun lebih muda dari aku. Gulf. Iya dia yang memukulku pertama kali" mulai Saint

Perth mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa seorang sepupu bisa berlaku kurang ajar seperti itu.

"Setelah beberapa waktu, aku sadar apa sebenarnya alasan mereka mau mengurusku. Mereka hanya ingin warisan yang ayah dan ibuku tinggalkan untukku.

Mereka memperlakukanku seperti budak. Meskipun seperti itu, aku tak pernah mempermasalahkannya. Sampai akhirnya mereka tak memperbolehkan dan tak mau membiayai kuliahku. Untung saja aku sempat mengikuti ujian beasiswa dan juga sudah mendapat pekerjaan.

Aku juga mulai mengerti mengapa Gulf terus menggangguku. Itu karena suruhan paman dan bibiku. Mereka tidak ingin aku mendapat pendidikan tinggi. Karena mereka ingin  aku selalu menjadi budak mereka.. hikss.. aku tak tau.. hikss... harus berbuat apa lagi. Aku benar benar ingin lepas dari mereka. Aku tak membutuhkan harta peninggalan ayah dan ibuku. Aku hanya ingin ketenangan dan kebebasan hidup. Hiks.. aku tak ingin dikekang", Saint tergugu menceritakan kisahnya

Melihat Saint menangis, Perth langsung menarik Saint dalam pelukannya

"Menangislah Saint, jika itu membuat bebanmu berkurang. Mulai sekarang biarkan aku memberikan bahuku untukmu. Aku akan menjagamu. Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhmu. Mulai sekarang kau tak perlu takut pada siapapun. Ada aku disini", ucap Perth sambil menatap mata Saint

"Dan soal bekerja, aku rasa itu sudah tidak aman untukmu Saint. Lagi pula uang beasiswa cukup untuk membiayai kuliahmu. Soal uang kebutuhan sehari hari biar aku yang tanggung. Aku khawatir kau dalam kondisi bahaya dan aku tak ada disana. Bisakah kau berhenti bekerja?" ucap Perth lagi sambil menghapus air mata Saint

"Tidak.. tidak Perth. Aku tak ingin merepotkanmu. Aku bisa mencari uang sendiri", tolak Saint

"Kau sama sekali tak merepotkan Saint. Sudah kubilang aku akan selalu bersamamu dan menjagamu. Aku lebih khawatir jika ada orang yang melukai Saint. Kumohon", jelas Perth penuh harapan

"Kenapa kau ingin menjagaku?", tanya Saint


















"Karena aku mencintaimu"
------------------------------------------------------

Hai.. author is back. Uwuuu ini sebagai permintaan maafku.

Jangan lupa vote + komennya yaaa😘


LOVE SLAVE "PerthxSaint"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang