Bab 49: Reunion

52.3K 8.3K 881
                                    

Ares dan Alastair berkuda selama hampir tiga jam untuk tiba di kediaman Hades. Hari yang sudah mulai gelap dan kawanan burung gagak yang terlihat terbang kembali ke sarangnya telah menambah derajat kemuraman Istana Hades saat itu.

Ares tidak membawa cukup perbekalan karena terdesak waktu. Jam biologisnya bekerja mengingatkannya untuk membasahi kerongkongannya dengan air, namun Ares mengabaikannya. Dia tidak singgah sedetik pun untuk menyesap segarnya air sungai yang dilewatinya. Ares fokus untuk secepatnya tiba di kediaman Hades dan berharap dia belum terlambat.

Halaman kediaman Hades dipasangi kawat-kawat berduri serta papan-papan kayu bertuliskan seruan untuk jangan mendekat, serta peringatan adanya monster. Jelas sekali kalau Hades tidak suka akan kehadiran tamu.

Hades membiarkan sulur-sulur tanaman poison ivy tumbuh liar di dinding dan pagar kediamannya. Seakan menegaskan kalau setiap langkah yang dilakukan oleh para pelancong tidak diundang akan disambut secara menyakitkan.

"Hades!" Sang Dewa Perang berteriak lantang. Merasa gusar dan tidak sabar.

Tidak ada jawaban.

Kendati Hades adalah kepala lembaga penelitian Titan dan juga ilmuwan terbaik mereka, Hades enggan menggunakan peralatan komunikasi canggih di istananya. Semua Dewa pasti mengalami betapa sulit dan menyebalkannya ketika mereka berupaya menghubungi si Dewa Kematian.

"Hades! Aku tahu kamu mendengarku! Aku tidak akan bersikap baik padamu kalau sesuatu terjadi pada Istriku! Kau dengar itu?!" Ares berteriak di depan pintu gerbang Hades.

"Pssst! Ares!" Ares mendengar seseorang memanggilnya.

"Apollo? Apa yang kamu lakukan di sini?" Ares dan Alastair tampak terkejut melihat Apollo.

Dewa Ramalan dan Musik itu bagaikan anomali di area kediaman Hades yang gelap dan menakutkan. Apollo dan auranya yang ceria secara misterius membuat segala kemuraman itu mencair dan terasa tidak terlalu mengintimidasi.

"Aku sudah sampai beberapa menit sebelum kamu. Hades sama sekali tidak membukakan pintu. Aku pikir kita harus cari pintu masuk yang lain," kata Apollo. Dia mengendarai Aldebaran, kuda pegasusnya yang berbulu cokelat keemasan.

"Oh yang benar saja! Kau tahu tidak kalau Istriku Putri Sparta tersesat di sini! Aku tidak bisa membuang waktuku lagi!" Ares tampak tidak sabar.

"Hades! Hei, Hades! Aku tahu kau mendengarku!Buka gerbangmu!" Ares melanjutkan panggilannya.

"Iya aku tahu, Ares, sebenarnya sedikit banyak aku bertanggung jawab atas keberadaan Portia di sini," Apollo menggumam membuat pengakuan dengan sedikit diliputi perasaan takut.

"Apa maksudmu, Apollo?" sergah Ares.

"Apa maksud dari tatapan mengerikan itu? Aku menyelamatkan nyawanya!"

"Menyelamatkan nyawanya dengan cara membawanya ke Hades maksudmu?" kata Ares emosional.

"Umm, Ares, sebaiknya kita fokus menyelamatkan Putri Sparta. Hari sudah gelap, haruskah kita memaksa menerobos masuk?" Alastair akhirnya bersuara.

"Apa kau sudah hilang akal sehat? Hades memelihara monster-monster paling mengerikan di istananya. Belum termasuk jebakan-jebakan berbahaya. Tidak pernahkah kau mendengar kalau Hades gemar mempermainkan orang yang melanggar teritorinya dengan ujian-ujian mematikan?" Apollo mengingatkan.

"Oke, kita akan menerobos masuk," Ares kelihatannya tidak menggubris peringatan Apollo.

"Apa? Hei, Hades! Buka pintunya!" Apollo yang sedari tadi menahan diri untuk mempertahankan keeleganannya akhirnya menyerah dan ikut ribut meneriakkan nama Hades. Dia tidak ingin pada akhirnya Ares saudaranya yang brutal benar-benar menerobos masuk dan malah merusak semuanya.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang