8 - Ada apa?

132 9 0
                                    

Setelah selesai menonton, Sandra dengan antusias mengajak Juna untuk ke timezone untuk bermain-main disana. Begitu keluar dari studio bioskop, keduanya langsung menuju lift untuk ke lantai tiga, tempat timezone berada.

"Main apa?" tanya Sandra begitu mereka tiba di tempat tujuan.

"Terserah." jawab Juna tak minat begitu Sandra baru saja membeli beberapa koin. Sandra hanya tersenyum kecut lalu menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru timezone.

"Basket mau?" Sandra kembali menoleh pada Juna yang sibuk dengan ponselnya.

"Woi" panggil Sandra sekali lagi, Juna mendongak.

"Main basket." ajak Sandra.

"Lo aja. Gue males." jawab Juna lalu beralih lagi pada ponselnya dan duduk di salah satu bangku yang bersebelahan dengan permainan Maximum Tune.

"Yaudah, gue ke sana bye." kata Sandra dengan isyarat mata menunjuk pada permainan basket yang berjarak cukup jauh dari tempat mereka sekarang. Ia masih memandang Juna yang tak kunjung menjawabnya. Ia mulai ragu dengan Juna, dengan sikap seperti itu, benarkah Juna menyukainya? Atau bahkan Juna telah bosan padanya? Hanya sebulan? Secepat itukah?

Sandra menepiskan pikiran buruknya tentang Juna, benar kata Erika, ia harus belajar menerima bukan menuntut. Sandra mendengus kesal. Jika saja ia tidak terjerat pesona Juna. Mungkin pikirannya tak akan sekalut ini.

Saat ia baru saja akan memasukkan beberapa koin ke dalam mesin di hadapannya, ia mendengar suara yang familiar berseru memanggil namanya.

"Ngapain lo disini?" tanya Sandra begitu Gavin tiba di sisinya.

"Ngehibur diri, sumpek gue dirumah. Bokap cicicuit mulu." Gavin berkata seraya memutar kedua bola matanya.

"Cicicuit?"

"Ceramah incess." Gavin berseru menepuk kepala Sandra pelan.

"Ohhh." Sahut Sandra kemudian kembali memfokuskan dirinya ke timezone yang berada didepannya kini.

"Basket? Gue tantang lo, mau gak?"

"Apaan?"

"Kalo lo menang, lo boleh minta apapun ke gue. Apapun."

"kalo kalah?"

"Kalo lo kalah, lo harus nraktir gue. Gimana? Deal?" Gavin mengulurkan tangannya.

"Deal." jawab Sandra sembari membalas uluran tangan Gavin.

Sandra dan Gavin saling memasukkan tiga buah koin ke dalam mesin masing-masing. Lalu, bola basket pun menggelinding tanda dimulainya permainan. Keduanya saling berlomba-lomba memasukan bola ke dalam ring.

Beberapa saat setelahnya, waktu dinyatakan usai dan bola tidak lagi menggelinding.

"Gue berhasil masukin empat puluh dua. Lo?" tanya Gavin dengan senyum menawan yang tercetak di wajahnya.

Sandra mendengus. "Dua puluh delapan."

Ah, kalau saja sedari tadi ia fokus dan tidak sibuk menoleh ke arah Juna, bisa jadi ia memenangkan permainan itu. "Gue pengen main lagi ah, tapi sendiri." kata Sandra sambil meraih beberapa koin dari saku celana dan memasukkannya ke dalam mesin.

Sandra pun memulai permainannya, sementara Gavin hanya memandang gadis itu yang sedang sibuk melempar bola ke dalam ring. Namun sayang, hingga waktu hampir dinyatakan usai pun, kebanyakan bola yang ia lempar tidak tepat sasaran.

"Lo megangnya salah, incess bego." Gavin langsung mengambil alih bola di tangan Sandra lalu memposisikan dirinya di belakang gadis itu. Gavin meraih telapak tangan Sandra, "Yang bener tuh tangan kanan lo gini."

Amour Et Histoire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang