31 - Your promise

441 13 0
                                    

Hari libur merupakan hari yang paling membahagiakan untuk Sandra. Setidaknya ia bisa beristirahat untuk hari esok yang lebih menenangkan. Namun kini, tak seperti minggu-minggu yang lalu. Saat dimana Sandra masih sibuk bergulat dengan guling kesayangannya. Kini Sandra telah tampil menawan dengan sebuah dress hitam dengan aksen putih dan biru tua pada bagian bawahnya.

Sandra mengetuk ngetukkan kakinya bosan. Sudah hampir 1 jam ia menunggu Gavin. Gavin berjanji akan menemuinya pukul 9 pagi ini. Saat ini jam telah menunjukkan pukul 09.48 WIB, namun sosok Gavin tak menghiasi halaman rumahnya saat ini.

Lelah menunggu, Sandra kembali masuk kedalam rumah. Mendudukkan dirinya disofa dan memilih untuk mengotak atik ponsel dengan gambar apel dibelakangnya.

Gavino Alvarel

Vin

Ih lo dimana sih?

Vin!!

Galucu sumpah

Gue badmood

Demi apa lo biarin gue nunggu hampir sejam

Kesemutan kaki gue bego

Lo mah tega

Sumpah gue badmood Vin

Lo udah janji

Mana sih

Gila sih lo

GAVIN TAI

Vin

Udah 1 jam

Lo mana L

Lo php in gue anjir. Tega sumpah

Gue males sama lo.

Sandra menghentakkan kakinya kesal. Ia memilih untuk menelfon Erika. Ia ingin mencurahkan kekesalannya kini.

Setelah dering kelima, Erika mengangkat dengan suara sesegukan khas orang menangis.

"Rik? Lo kenapa?" Sontak Sandra melupakan kekesalannya. Ia lantas menanyakan keadaan Erika. Erika bukanlah orang yang mudah menangis seperti dirinya. Jika Erika menangis, berarti hal buruk telah terjadi.

"San? Lo dimana? Gavin, San. Ga-Gavin." Suara Erika tersamarkan oleh suara sesegukannya. Namun Sandra menangkap suatu hal yang pasti. Ada yang salah dengan Gavin.

"Gavin... Kenapa?" Suara Sandra memberat. Kini tangannya mulai bergetar. Kini Sandra takut. Sangat takut. Perasaannya kalut.

"Rumah Sakit Adidarma." Erika mengucapkan sebuah nama rumah sakit ternama di Jakarta pusat. Saat Sandra ingin bertanya lebih lanjut, Erika sudah memutuskan sambungan telepon mereka.

Perasaan Sandra bertambah kalut. Jantungnya berdegub dengan sangat kencang. Dengan tergesa ia memesan mobil pengantar dari salah satu aplikasi online ternama di Indonesia. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Sandra berangkat ke alamat yang diberikan oleh Erika. Ia tidak tahu apa maksud Erika, tetapi ia yakin ada sesuatu yang salah disini.

●●●

Sesampainya di rumah sakit, Sandra langsung mencegat seorang perawat yang tampak sedang sibuk menulis beberapa laporan, ntah itu apa.

"Maaf sus, apa mungkin ada pasien bernama Alvarel Gavino Altair?"

"Ah ya. Gavino salah satu korban tabrakan beruntun. Sekarang masih ditangani di ruang operasi mbak." Sahut suster tersebut setelah membaca buku catatan pasien didepannya.

Mendadak tuli. Semua suara seolah menghilang dari pendengarannya. Bulir air mata mendesak keluar dengan derasnya. Tanpa pikir panjang Sandra langsung berlari menuju ruang operasi rumah sakit tersebut. Diperjalanan menuju ruang operasi, tangan Sandra ditarik oleh seseorang, yang tak lain adalah Marissa, mamanya. Marissa memeluk Sandra erat, berusaha menenangkan Sandra.

Amour Et Histoire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang