1 - Surat

411 20 0
                                    

"SANDRA! BERHENTI KAMU!"

"CASSANDRA!!"

Sang empu pemilik nama sama sekali tidak mengindahkan panggilan dari orang yang memanggilnya. Ia terus berlari memecah koridor sekolah yang telah sepi. Suara teriakan yang terus menerus menggema diiringi suara hentakan sepatu yang cukup keras membuat seluruh pemilik bola mata yang mendengarnya melemparkan pandangannya ke arah jendela atau pintu kelas yang terbuka.

"CASSANDRA CAROLINE KENA KAMU!" Pak Marzuki menarik kerah bagian belakang seragam Sandra.

"Aduh Bapak ganteng, kumisnya makin menawan aja nih pak? Eh? Bapak kurusan ya? Kok saya lihat, semakin hari Bapak tambah gimana gitu deh pak."

"Memang saya menawan. Sudah banyak yang bilang sama saya. Kenapa? Kamu berminat jadi istri ke empat saya?" Dengan percaya diri Pak Marzuki menawarkan sebuah penawaran yang membuat bulu kuduk Sandra berdiri. Penawaran ini serius. Mari kita ulangi, SERIUS.

"OGAH!" Sandra refleks berteriak dengan suara yang cukup nyaring.

"KAMU INI! UDAH TELAT, GAK SOPAN LAGI! BERDIRI DI LAPANGAN SAMPAI JAM ISTIRAHAT!!" Pak Marzuki menghentakkan kakinya, ia terlihat sangat geram terhadap perilaku Sandra, atau mungkin lebih tepatnya beliau geram karena penolakan Sandra? No one knows. Hanya Pak Marzuki dan Tuhan yang tau.

"Ih Bapak. Sandra kan gak telat pak. Sandra udah disekolah dari jam 6 pagi malah." Sandra tau ia bodoh karena tetap berusaha membela dirinya dengan argumen yang ia tau hanya akan berujung sia sia. Setidaknya pernah mencoba, pikirnya.

"Tapi kamu tidak memasuki ruang kelas untuk pembelajaran!"

"Sandra kan dikamar mand-."

Perkataan Sandra terpotong karena Pak Marzuki yang merupakan guru piket hari ini menarik kerah bagian belakangnya. Menyeretnya menuju lapangan basket outdoor sekolahnya.

"Ih Bapak!! Saya bukan kucing paaakk." Sandra merengek, meronta meminta dilepaskan. Namun apa daya, organ pendengaran Pak Marzuki seakan tidak berfungsi seketika -atau memang tidak berfungsi?-.

Sandra kini hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal.


Sandra tahu sejak awal perdebatan dengan Pak Marzuki, banyak siswa yang diam-diam mencuri pandangan menonton hal yang menurut mereka adalah tontonan serial komedi gratis. Sandra tau ia ditertawakan. Ia tentunya tidak peduli dengan hal itu. Jika kalian berpikir Sandra tidak tidak memiliki rasa malu, ya, kalian benar, ia TIDAK memilikinya.

Jangan pernah berpikir bahwa Sandra merupakan anak nakal yang senang membolos sekolah atau Sandra adalah biang masalah yang dibenci oleh teman-temannya. Kalian salah besar. Cassandra Caroline merupakan gadis cantik dengan senyuman ramah. Memang , jika dilihat dari nilai di bidang akademik, ia memang dibawah temannya yang lain. Selama tidak menjadi yang terbawah, tak menjadi masalah menurutnya.

Sandra memiliki tubuh ideal dengan kulit putih bersih. Rambut sepundak, ditambah dengan senyumnya yang menawan. Masalah percintaan, Sandra bukanlah orang yang mudah memberikan hatinya untuk orang lain. Ia cenderung menutup diri dan memilih tidak perduli dengan kisah percintaan yang menurutnya tidak penting dan hanya akan membuatnya sakit. Namun, tak sedikit siswa yang telah menyatakan perasaan pada Sandra sejak setahun yang lalu, saat dimana ia resmi menjadi siswi SMA Binus Hartanegara. Walau hanya berujung penolakan, mereka terus berjuang untuk mendapatkan hati seorang Cassandra Caroline.

Saat bel istirahat berbunyi, Sandra melangkahkan kakinya lesu. Ia merasa sangat haus dan kedua kakinya tak dapat ia rasakan lagi. Berlebihan memang, tapi ia bersungguh sungguh. Ia sangat lelah dan ingin mengistirahatkan kedua kakinya.

"S- Sa- Sandra" Suara yang menghentikan langkah Sandra untuk memasuki kelasnya.

"Iya?" Sandra menoleh dan menampakkan senyumnya, walau hanya sekedar senyum paksaan. Ia lelah, sungguh. Bahkan hanya untuk tersenyum pun ia terlalu lelah.

"Alan disuruh kasih ini buat Sandra" Alan menyerahkan sebotol air mineral dan sepucuk surat yang telah terlipat rapi kearah Sandra.

Fyi, Alan merupakan siswa cupu dan kutu buku yang dijauhi oleh kebanyakan siswa SMA Binus Hartanegara. Namun tidak bagi Sandra, Sandra merupakan siswi yang ramah, tak memandang apapun.

"Dari siapa?" Sandra mengernyitkan dahinya bingung. Tangannya terulur menerima pemberian Alan.

"A- Alan pergi dulu" Setelah berucap, ia langsung pergi dengan tergesa-gesa. Sandra mengendikkan bahu bingung, namun ia memilih untuk mengabaikannya.

"Sandraaaaaa." Erika berteriak lantang seraya berlari membentangkan tangannya kearah Sandra saat melihat Sandra memasuki kelas.

"Berisik lo kutil onta." Celetuk Raka, salah seorang teman kelas Sandra.

"Eh kecoa Afrika nyahut." Erika menatap Raka dengan sengit. Sementara Raka memilih berjalan keluar menuju kantin dan mengabaikan Erika. Ia tidak ingin waktu istirahatnya terbuang sia-sia hanya untuk meladeni celotehan Erika yang tak ada ujungnya.

Sandra mengabaikan Erika dan segera duduk dibangkunya. Ia meminum air mineral yang ia dapatkan entah dari siapa. Sebenarnya, dilubuk hatinya yang terdalam ia berspekulasi bahwa air yang tengah diminumnya saat ini mengandung sianida yang dapat membunuhnya saat itu juga. Namun, ia menyadari bahwa prasangkanya terlalu klise dan bodoh, karna yang ia tahu hidupnya tidak serumit sinetron.

"Gue kok gak yakin lo cewek tulen?" Erika tercengang saat melihat Sandra menghabiskan air mineral berukuran sedang ia habiskan dengan sekali tegukan. Sementara Sandra menghembuskan napasnya lega, ia tak mengindahkan ejekan Erika dan memilih membuka surat yang berada didepannya.

Lo cantik, Cassandra. -J

Sandra berdecih, ia lantas meremas surat yang sebelumnya telah ia buka itu. Melemparnya kedalam kolong meja miliknya. Tak lagi memperdulikannya.

Amour Et Histoire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang