Film baru akan diputar setengah jam lagi. Sandra dan Gavin memilih untuk duduk di ruang tunggu dengan bubble tea yang baru saja mereka beli, sambil memperhatikan orang-orang yang lalu lalang membeli tiket, membeli panganan, atau ke toilet.
"Lo tau nggak, kenapa pejabat kita banyak yang korupsi?" Gavin tiba-tiba bertanya tentang topik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan film yang akan mereka tonton. Terkadang, cowok satu itu memang aneh.
"Karna mereka punya anak-anak yang rakus kayak lo." jawab Sandra asal.
"Salah. Tapi karna korupsi itu gampang dan nyenengin. Lagian gue ga rakus kok, buktinya jaket ini cuma seratus ribu."
Lagi-lagi Gavin memamerkan jaket murahnya. "Papa jelas korupsi, dan dia keliatan banget nikmatin itu."
"Emang dia cerita sama lo kalo dia korupsi? Siapa tau dia 'bersih'?"
"Ga mungkin. Gajinya termasuk tunjangan ga sebanyak itu. Dia kan doyan ikutan proyek. Lo tau sendiri kan proyek itu gimana?"
"Lo terlalu berprasangka buruk."
"Bokap gue emang buruk kok. Yah.. Setidaknya sebagai pejabat dia nggak oke." jawab Gavin dengan yakin.
"Tapi sebagai seorang ayah.. Dia oke banget kan? Bukti nya lo bener-bener di manja."
Gavin hanya tersenyum.
"Bentar lagi gue mau bikin bokap gue naik darah."
"Apa lagi?" tanya Sandra. "Emang lo nggak pengen bikin bokap lo seneng, sekali aja?"
"Gue udah sering bikin bokap gue seneng. Sekarang giliran gue bikin gue seneng."
Gavin pasti sedang merencanakan sesuatu yang gawat.
"Gue ga akan masuk jurusan hukum atau kedokteran."
"Hah? Bukannya orangtua lo pengen lo jadi dokter atau pengacara?"
"Justru itu, princess. Gue mau bikin gebrakan. Lagipula gue gak minat jurusan hukum atau kedokteran. Gue mau ambil sastra Prancis. Seru kan? Trus habis lulus gue mau ajak lo touring deh di Paris, secara kan negara itu negara yang paling kita pengen buat singgahin. Atau mungkin juga gue bakal menetap sana.Widihh gege gak tuh." Gavin menceritakan rencananya dengan senyum kemenangan.
"Bayangin gue jadi translater atau tourguide. Bokap bakalan mencak-mencak. Lucu kali ya."
"Gila sih lo,Vin." Sandra bergidik ngeri.
"Atau kalo gue gak memenuhi kriteria, gue jadi pelayan atau bartender club aja. Tapi di Paris, kalo disini mah tembok rata semua. Kalo disana, widihh bule bule bertebaran. Otak gue encer amat yak." Gavin membanggakan dirinya sendiri seolah semua argumennya adalah suatu hal yang benar.
"Gue kira lo bukan tipe orang yang doyan pergi ke tempat dugem."
"Emang sih. Gue baru dua kali ke tempat kayak gitu, dan dua-duanya cuma bertahan lima belas menit karna gatahan sama berisiknya. Puyeng gue nyium bau alkohol, ditambah bau parfum atau keringet orang orang yang mencak mencak disana."
"Terus ngapa lo mau jadi bartender bego. Nggak salah?"
Gavin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, ya? Tapi itukan opsi terakhir gue, pas gue gak memenuhi kriteria buat jadi tourguide atau translater. Eh atau bisa juga jadi pelayan cafe sih. Intinya gue cuma pengen kelilingin kota Paris. Kota yang udah lama gue suka, dan lo juga. Gue pengen bawa lo pergi San." ucapnya enteng.
"Niat nyulik lo?" Selidik Sandra.
"Kaga sih. Ngapain juga nyulik monyet." Sahut Gavin disertai kekelan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Et Histoire [COMPLETE]
RomanceCassandra Caroline merupakan gadis yang terkebelakang dalam urusan otak dan hati. Ia pernah menaruh hati pada seseorang yang dibencinya, Juna Alvaro, seorang pria berketurunan Australi-Indonesia yang notabene adalah senior disekolahnya yang hanya me...