You loved me because I'm fragile, when I thought that I was strong
Sandra baru saja keluar kelas dengan wajah pucat tanpa warna, di sebelah tangannya,terdapat selembar kertas ulangan yang baru saja dibagikan oleh Radit,si ketua kelas atas perintah guru fisika yang mengajarnya dua kali dalam satu minggu.
Di sela-sela langkahnya yang lunglai,Sandra sesekali melihat kertas itu,memastikan dengan teliti apakah ia tidak salah lihat dengan nominal angka di pojok kanan atas yang tertulis dengan tinta merah. Angka 20. Lagi-lagi Sandra berdecak.
Sandra menghela nafas panjang dengan pandangan matanya yang sayu. Begitu melihat sebuah tong sampah di sisi kanannya, Sandra dengan spontan membuang lembaran tersebut, lalu melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.
Setibanya di perpustakaan, Sandra langsung menuju rak panjang khusus buku pelajaran dan mengambil beberapa buku fisika dengan judul berbeda ,semuanya berukuran tebal. Semua ini ia lakukan semata -mata untuk memperbaiki nilai fisikanya yang sudah anjlok tak karuan. Padahal biasanya, ia tidak akan pernah pergi ke tempat ini jika bukan karena Gavin yang memaksanya.
Ia mendengus, mengingat bahwa ia harus melakukan remedial lisan karena telah dua kali mendapat nilai ulangan fisika dibawah KKM. Sandra merasa sungguh hancur selama ini sehingga ia tidak peduli dengan dirinya sendiri dan disibukkan oleh perasaan sedihnya yang tak kunjung usai.
Ponsel Sandra bergetar dalam waktu lama,sempat tak ia hiraukan selama beberapa detik. Namun akhirnya, ia meraih benda itu dari saku rok almamaternya dan menjawab telepon dari Erika. Sandra menjepit ponsel itu diantara bahu dan telinga agar ia bisa melanjutkan aktivitasnya mencari beberapa buku lagi.
"Woi, lo dimana?"
"Perpus"
"Yaudah gue kesitu. Bhay!"
Sambungan telepon terputus.
Sandra telah selesai dengan tumpukan buku tebal di kedua tangannya yang tampak berat. Beberapa saat kemudian ia sudah selesai mengurus buku-buku yang akan dipinjamnya, dan Erika sudah berada disisinya, membantu Sandra membawa sebagian dari buku buku itu.
"Tumben lo perduli nilai ulangan?" Erika yang mengerti betul akan Sandra. Baru kali ini Sandra dengan niatnya sendiri untuk belajar, memperbaiki nilai ulangannya yang hancur.
"Karna nilai gue terendah. Gak terendah sih ogah gue belajar." Sahut Sandra santai.
"Emang itu buku bakal lo baca?"
"Nggak sih. Pencitraa-"
Brakk
Semua buku di tangan Sandra sudah tercecer sempurna di lantai, spontan membuat Sandra memekik ketika tubuhnya mencium dinginnya lantai koridor sekolah. Ia baru menyadari bahwa ia telah menabrak seseorang sehingga orang yang ditabraknya itupun bernasib sama dengannya.
"Aduh, sorry banget. Lo nggaㅡ" belum sempat Sandra menyelesaikan kalimatnya, gadis itu telah buru-buru bangkit dari jatuh dan berlari dengan langkah tergesa, Sandra mengerutkan keningnya bingung.
"Anjir itu kan Anna?! Pindah ke sekolah kita? Sejak kapan?" Erika berseru menatap kepergian Anna. Sandra mengerutkan alis, lalu mengikuti arah pandang Erika.
"Anna siapa sih? Gue aja baru kali ini ngeliat dia. Murid baru?" Bola mata Sandra masih tertuju pada Anna yang berlarian menuju sebuah kerumunan di ujung lapangan. Sedetik setelahnya,ia meraih satu persatu buku yang masih berceceran.
"Yaampun, San. Lo keterlaluan kalo lo nggak tau sama dia!"
"Anna siapa coba?" Sandra tertawa hambar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. Menertawai kebodohannya tentang kehidupan sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Et Histoire [COMPLETE]
RomanceCassandra Caroline merupakan gadis yang terkebelakang dalam urusan otak dan hati. Ia pernah menaruh hati pada seseorang yang dibencinya, Juna Alvaro, seorang pria berketurunan Australi-Indonesia yang notabene adalah senior disekolahnya yang hanya me...