"Senyuman lo itu matahari gue.
Jadi jangan pernah redup."-Alvarel Gavino Altair-
"Vin, lo ma- mau ng- ngapain sih?" Ucap Sandra terbata.
Gavin tersenyum. Bukan senyuman manis ataupun senyuman tulus. Ia menyunggingkan bibir kanannya keatas, menyeringai.
Tangan kanan Gavin terjulur kebagian tengah meja. Otomatis membuat jarak tubuh mereka terpaut sangat tipis. Secara tiba-tiba, Gavin mendekatkan wajahnya ke telinga Sandra. Sandra memejamkan matanya kuat-kuat. Entah apa yang akan terjadi setelahnya, Sandra tidak tau.
"Gue mau ambil kecap manis dibelakang lo." Gavin berbisik dengan sangat lirih tepat di telinga Sandra. Sandra terperanjat. Ia mendorong tubuh Gavin kuat. Wajahnya kini semerah buah tomat.
"Hahaha!! Lo mikir apaan san? Hahahaha!!" Gavin terbahak terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya Sendiri. Sandra bergeming, ia mengamati tangan Gavin. Ternyata memang benar, tangan kanan pria itu sedang memegang botol kecap manis berukuran sedang.
"Lo mikir gue bakal nyium lo? Lo pengen gue cium?" Gavin menghentikan tawanya. Ia mengamati Sandra dengan seringai mesum yang terpancar jelas di wajahnya. Gavin tidak benar-benar serius dengan ucapannya, ia hanya menggoda Sandra. Tetapi jika Sandra mengatakan 'ya', tentu saja Gavin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Rona merah pada wajah Sandra yang semula telah memudar, namun kembali menjadi merah padam setelah mendengar godaan dari Gavin.
"Tau ah!!" Sandra menghentakkan kakinya kesal. Ia beranjak dari dapur menuju ruang keluarga. Sandra kemudian duduk di sofa panjang yang menghadap langsung dengan televisi datar didepannya.
"San, yakin gak mau gue cium? Pangeran siap kapanpun puteri mau." Gavin meninggikan suaranya dari arah dapur. Sementara Sandra menyalakan televisi ukuran 42 inch didepannya dan mensetting volume sekeras mungkin untuk dapat meredam suara Gavin.
Gavin terkekeh geli dengan tingkah Sandra yang sedang salah tingkah. Ia memutuskan untuk melanjutkan aktivitas memasaknya yang tertunda. Selang sepuluh menit, masakan Gavin siap. Ia menghampiri Sandra dengan membawa 2 piring nasi goreng seafood ditangannya.
"Udah dong princess ngambeknya. Makan dulu nih." Gavin menyodorkan salah satu piring ditangannya kearah Sandra. Sementara Sandra tidak bergeming. Gavin kemudian meletakkan piring ditangan kanannya ke meja yang terletak didepan mereka.
"Yaudah sih kalo ga mau. Gue sanggup-sanggup aja tuh ngabisin dia piring sekaligus." Gavin siap-siap menyantap nasi goreng yang ia pegang saat ini.
"Lo jahat! Bujuk lagi kek! Masa cuma sekali bujuknya!!" Sandra menghentakkan kakinya kesal,ia meraih sepiring nasi goreng di hadapannya dan menyantapnya dengan raut kesal.
Gavin hanya tersenyum simpul kemudian melanjutkan makannya. Ia mengamati gadis disampingnya dalam diam. Cara gadis itu makan, raut wajahnya saat menyantap makanan,dan semuanya yang ada pada Sandra.
"Gue cuma bisa berandai, San."
Setelah piring itu bersih tak bersisa, Gavin melirik jam yang bertengger di tangan kirinya,dan waktu menunjukkan pukul enam petang.
"Masih ada 3 jam, lo mau liat film?" Tawar Gavin, Sandra tampak menimang. Sandra yang masih belum selesai dengan nasi gorengnya tiba-tiba meletakkan piring itu di meja, lalu beranjak menaiki tangga kelantai dua, kearah kamarnya. Gavin mengernyitkan dahinya bingung.
Beberapa menit kemudian, Sandra kembali menuruni tangga dan duduk di tempat semula,namun kali ini ia bersandar ke bahu Gavin yang duduk disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Et Histoire [COMPLETE]
RomansaCassandra Caroline merupakan gadis yang terkebelakang dalam urusan otak dan hati. Ia pernah menaruh hati pada seseorang yang dibencinya, Juna Alvaro, seorang pria berketurunan Australi-Indonesia yang notabene adalah senior disekolahnya yang hanya me...