7 - First love

148 9 0
                                    

Aku seperti merasakan
Sebuah cinta yang memanggilku tanpa takut
Dan sebuah kehadiran seseorang
Yang mencuri keseluruhan
Hanya dalam sekejap

Bel pulang sudah berdering sekitar dua puluh menit yang lalu, tetapi Sandra tidak kunjung menemukan tanda tanda keberadaan Juna untuk mengajaknya pulang. Selama hampir sebulan semenjak mereka berstatus pacaran, memang Juna selalu mengantar atau menjemput Sandra. Hingga kini Sandra dengan sengaja menunggu di dalam kelas, bertingkah seolah sedang membaca atau mengerjakan sesuatu dengan buku catatan fisika yang masih ditangannya. Ia malu jika harus mengakui jika ia sedang menunggu Juna.

Sandra menatap sekitar,ia mendesah begitu mengetahui tidak ada orang yang tersisa di dalam kelas kecuali dirinya. Semua bangku sudah kosong tak berpenghuni, Erika juga sudah pulang sepuluh menit yang lalu. Kepalanya sesekali melihat ke arah luar ruangan,berharap Juna datang dan mengajaknya untuk segera pulang.

Sandra tidak kunjung putus asa, ia bersikeras untuk menunggu karena ia yakin bahwa Juna akan segera datang, kini Sandra memasukkan buku catatan fisikanya ke dalam tas yang tergeletak di atas meja. Tiba tiba saja, siluet seseorang di ambang pintu dapat Sandra ketahui keberadaanmya,walaupun kepalanya tidak mendongak. Ia tersenyum lebar sembari merapikan sisa buku di mejanya.

Ketika Sandra mendongak ke arah ambang pintu, senyum yang tadinya tersungging di bibirnya perlahan-lahan memudar.

"Ga pulang,San? Ngapain sendirian disini?" tanya cowok itu sembari melangkahkan kakinya menghampiri Sandra yang masih terdiam di tempat.

"Nungguin kak Juna, Vin." jawab Sandra lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Emang lo janjian pulang bareng?" tanya Gavin setelah duduk di hadapan Sandra.

"Ya nggak sih, tapi kan biasanya emang pulang bareng."

"Lo pulang sekarang. Gausah ditungguin, gue liat dia jalan ke parkiran bareng temen-temennya. Kayaknya dia udah pulang dari tadi,San."

Sandra terkesiap, ia tidak lagi menyandarkan punggungnya. "Serius?"

"Serius." ungkap Gavin jujur.

"Dasar, padahal gue udah busuk nungguin dia." Sandra menggendong tasnya dengan kasar lalu berdiri.

"Dia udah ngabarin lo kali, coba cek notification lo."

Sandra menggeleng. "Enggak, gue udah pantengin handphone gue dari tadi."

"Yaudah pulang sama gue. Eh, tapi dia bakalan marah ga ya?" Gavin turut bangkit dari duduk.

"Ngapain marah?"

"Ya kali aja, kayak pas kita di bioskop. Haha, gue ga nyangka dia bakalan semarah itu."

"Udah ah ayo cabut!" Sandra telah mendahalui Gavin dengan langkah tergesa keluar kelas. Gavin pun menyusul dan berusaha menyamakan langkahnya dengan Sandra yang masih menekuk wajahnya.

"Serem juga ya si eneng kalo marah." goda Gavin, Sandra tidak menyahut.

"Lo suka dia ya?" Ucapan Gavin membuat langkah kaki Sandra terhenti seketika. Sandra terlihat berfikir sejenak. "Bacot lo." ia lalu melanjutkan langkahnya.

●●●

Sepeninggal Gavin yang mengantarnya pulang, Sandra langsung masuk ke dalam rumah dan menuju dapur untuk minum air karena tenggorokannya yang sudah kering tak tertahankan dari tadi. Dalam waktu beberapa detik saja, satu gelas air sudah ia teguk dengan kasar.

Saat Sandra berbalik hendak menuju kamar. Marissaㅡmama Sandra tengah berdiri di depan lemari es. Wajahnya tertekuk.

"Kenapa sih? Kok wajahnya gitu,cantik?" Marissa mengelus pucuk kepala Sandra.

Amour Et Histoire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang