Di pelukan Gavin,tangisan Sandra mereda. Sandra menatap mata Gavin lekat. Tatapan mata yang seakan berkata agar Gavin tidak meninggalkannya.
"Gue bakal ada buat lo, San. Kapanpun." Seperti mengerti arti tatapan mata Sandra, Gavin menjawab dengan penuh ketenangan dan kemantapan dalam tatapannya.
"Gue mau pulang, Vin." Gavin menghapus air mata Sandra yang masih mengalir, namun tak sederas sebelumnya.
"Iya, ayo pulang. Gue minta surat ijin dulu ya. Lo siap siap oke? Jangan nangis. Pangeran gak suka liat putrinya nangis." Sandra terpaku mendengar kata kata Gavin. Ia mengangguk meng-iyakan ucapan Gavin dan beranjak dari tempat duduk mereka. Gavin menggenggam tangan Sandra erat, menuntun Sandra menuju kelasnya. Bel masuk kelas telah berbunyi 10 menit yang lalu sehingga koridor kelas tampak sepi saat ini, hanya ada beberapa anak OSIS yang selalu disibukkan oleh agenda kegiatan.
"Andai Kak Juna itu lo, Vin. Gue pasti udah bahagia banget."
Mereka jalan beriringan dan tibalah keduanya didepan kelas Sandra. Gavin melepaskan genggaman tangannya dan berkata jika ia akan meminta surat ijin kepada pihak kesiswaan terlebih dahulu. Gavin ingin Sandra bersiap siap dan berpamitan kepada guru mata pelajaran yang sedang mengajar dikelasnya.
"Assalamualaikum." Tanpa keraguan, Sandra membuka pintu kelas dan menyalami Bu EveㅡGuru bahasa inggis yang sedang mengajar dikelasnya.
"Sandra, dari mana kamu? Kenapa wajah kamu pucat? Kamu sakit?" Tanya Bu Eve bertubi tubi. Ia melihat raut kekhawatiran yang sangat nyata pada wajah cantik gurunya yang satu ini.
"Sandra tidak enak badan bu. Sandra ijin untuk pulang lebih awal." Sahut Sandra dengan suara parau. Teman kelas Sandra melempar tatapan dengan berbagai macam arti. Tidak luput dari mata Sandra jika sebagian temannya berbisik satu sama lain. Mungkin membicarakan hubungannya dengan Gavin atau Juna, pikirnya.
"Kemasi barang kamu dan cepat istirahat dirumah." Bu Eve tersenyum ramah dan menepuk bahu Sandra pelan. Sandra hanya mengangguk dan menuju bangkunya yang terletak di sisi jendela yang tertutup tirai biru muda.
"San, are you okay? Tadinya gue mau marah karna lo ninggalin gue tadi. But, liat lo kayak gini, gue jadi ga tega deh. Cepet sembuh ya patung ragunan kesayangan gue. Barbie ga suka sendirian. " Erika berbicara dengan berbisik karena ia sadar seluruh mata manusia yang berada dikelas ini mengarah pada mereka berdua.
Sandra tersenyum simpul,lalu berkata, "Gue duluan." Sandra sudah menggendong tasnya lalu kemudian beranjak pergi keluar kelas. Sebelumnya ia juga telah mengucapkan terimakasih kepada Bu Eve yang telah mengijinkannya untuk tidak mengikuti pelajaran Bahasa Inggris yang seharusnya Sandra ikuti saat ini.
Gavin telah menunggu didepan kelas Sandra. Dapat Sandra lihat bahwa banyak keringat yang bercucuran di wajah pria tampan yang memegang predikat sahabatnya ini. Ia berspekulasi jika Gavin berlari menuju kesiswaan, kemudian mengambil kunci motor kesayangannya kemudian bergegas untuk menunggu Sandra didepan kelasnya.
Gavin menggenggam tangan Sandra erat dan melangkahkan kakinya kearah sepeda ninja hitam miliknya yang terparkir rapi di parkiran khusus sepeda motor siswa.
"San, pegangan. Gue ga mau lo jatuh." Saat Sandra telah naik ke motor milik Gavin, Gavin menarik tangan Sandra agar melingkar di pinggangnya. Sandra tidak menolak karena ia juga merasa cukup pusing dan oleng, ia tidak ingin jatuh dari sepeda Gavin karena ia masih menyayangi nyawanya.
Sepanjang perjalanan, Sandra menyandarkan kepalanya pada bahu kiri Gavin, bahu yang ia harap selalu ada untuknya bersandar kala sedih. Tangan kiri Gavin menggenggam tangan Sandra yang terlingkar di pinggangnya, tidak rela jika mengendur sedikitpun. Setelah lima belas menit perjalanan, tiba lah mereka di depan rumah Sandra. Rumah yang samar-samar terlihat dari luar karena tinggi pagarnya yang menjulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/165215015-288-k505662.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Et Histoire [COMPLETE]
RomanceCassandra Caroline merupakan gadis yang terkebelakang dalam urusan otak dan hati. Ia pernah menaruh hati pada seseorang yang dibencinya, Juna Alvaro, seorang pria berketurunan Australi-Indonesia yang notabene adalah senior disekolahnya yang hanya me...