14 - Healer

152 9 0
                                    

"Lo itu kayak air dingin pas musim panas. Sejuk. Tapi sekeras apapun gue berharap lo adalah dia, lo ga akan pernah jadi dia."

-Cassandra Caroline-

Bel rumah Sandra berbunyi, membuat sang pemilik tergugah dan melirik jam yang berada diatas nakas sebelah tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul tiga sore hari. Besar kemungkinan bahwa Gavin yang menekan bel rumahnya.

Dengan lunglai, Sandra berjalan menuruni tangga menuju lantai dasar. Ia meraih kunci gerbang dimeja yang terletak tak jauh dari lemari pendingin.

"Hai. Princess udah ga sedih?" Sapa Gavin dengan senyum yang dipaksakan,menahan perih di sudut bibirnya yang sedikit robek.

"Vin, lo kenapa? Kenapa babak belur gini?!" Sandra berdesis cukup nyaring begitu ia membuka pagar rumah, mendapati Gavin yang sudah melepas helmnya dengan keadaan babak belur. Sudut bibir Gavin berdarah, pelipis nya lecet,rahangnya lebam dan kemeja seragamnya sudah lusuh dan kotor.

Setelah itu,Sandra membuka gerbang dengan lebar, memberi celah agar Gavin dapat lebih leluasa membawa masuk motor ninja kesayangannya itu.

"Ayo buruan masuk. Gue obatin luka lo." Setelah selesai Gavin memarkir motornya, Sandra menarik pergelangan tangan Gavin dan memberi intruksi untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Tunggu!" Dengan bergegas,Sandra berderap ke lantai dua kemudian kembali lagi dengan membawa kotak obat.

Kini,Sandra duduk di samping Gavin dengan tangannya yang sudah memegang kapas dibalut antiseptik, berniat membersihkan luka dan sisa darah yang sudah mengering di wajah Gavin.

"Sini." Sandra memberi isyarat agar Gavin lebih mendekat dan berbalik menghadapnya.

"Lo berantem? Sama siapa? Kenapa? Kok bisa? Di tonjok ya? Dibagian mana?" Gavin lalu dihujani oleh pertanyaan Sandra yang bertubi-tubi.

"Lo beneran khawatirin gue kan, San? Gue ga mimpi kan?"

"Pelan atuh neng, selow aja selow. Gausa kayak kereta express gitu dong." Gavin berusaha untuk mencairkan suasana. Sementara Sandra kesal dengan jawaban yang diberikan Gavin. Ia dengan sengaja menekan luka Gavin saat ia membersihkan lukanya.

"Aduh!! Sakit curut!" Gavin meringis memegang lukanya yang mengering.

"Salah lo." Sandra menatap Gavin dengan pandangan mata malas.

"Iya iya gue cerita. Gue tadi dihajar preman belakang sekolah." jawab Gavin sembari menyentuh perutnya perlahan. Ia merasa sangat sakit pada bagian perutnya. Sementara Sandra membulatkan kedua matanya saat mendengar penjelasan Gavin.

"Lo nyopet?!!"

"Ngaco!! Gue digebukin preman, San. PREMAN. P-R-E-M-A-N. Yang ada preman yang mau nyopet gue." Sahut Gavin tak sabaran.

"Emang lo punya apa? Duit juga receh." Sandra mendengus meremehkan,seolah lupa bahwa laki-laki dihadapannya itu lebih dari sekedar terlalu kaya.

"Tadi ada preman yang mau malak gue. Maksa banget. Ya gue gak mau lah. Secara duit gue RECEH yakan. Ntar gue beli bensin pake apa dong? Pake daun? Atau ngutang di POM? Kan gak mungkin. Eh si abang malah sensi. Lagi PMS abangnya tuh. Gue ditonjok masa. Ya gue kan gak terima yakan. Wajah tampan bak pangeran gue ternodai. Ya gue tonjok balik lah. Si abang kabur. Yaudah gue mau cabut. Eh ternyata doi panggil temen, banyak pula. Dihadang motor gue tuh. Dikeroyok gue. Babak belur deh pangeran. Untung ada emak emak yang suaranya udah ngalahin toa masjid neriakin. Kabur deh doi." jawab Gavin dengan santai.

"Udah storytellingnya?" Sandra menatap mata Gavin sinis.

"Udah. Lo gausa liatin gue gitu. Ntar lo naksir gue kan berabe urusannya." Sahut Gavin sembari mencolek dagu Sandra.

Amour Et Histoire [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang