Star pt.1

386 40 0
                                    

Aku masih setia memandangi langit malam ini. Duduk di balkon hotel dimana aku tinggal untuk beberapa hari ke depan dengan pemandangan hamparan lautan di darat dan bintang di langit. Hari begitu indah, membuat langit dengan bintang bersinar itu bisa aku lihat dengan jelas. Bahkan sang bulan juga seolah tersenyum menemaniku dengan desiran ombak sebagai musiknya.

"Apakah kau masih disana? Di bintang yang sama?" Monologku masih dengan memandang langit.

Angin malam ini begitu sejuk, tidak dingin dan cuaca juga tidak terlalu panas. Membuatku betah berlama-lama di balkon jika saja suara seseorang tak menggangguku.



"Masuklah, nanti kau bisa masuk angin"



Aku menoleh padanya yang sudah berdiri bersilang tangan di depan dadanya dengan pandangan khawatir. Aku terkekeh melihat wajah yang dulunya sering memandangku dingin menjadi seperti ini. Pun aku menuruti perkataannya, masuk kembali ke kamar lalu menutup pintu kaca ke arah balkon.

"Suamiku bawel juga ternyata"


































3 tahun yang lalu...



Aku terlambat. Bahkan sekedar untuk sarapan saja aku tak sempat, namun kini aku harus berlari menggunakan tangga darurat ke lantai 5 gedung tempatku bekerja ini untuk bertemu dengan seorang klien. Untung saja aku memakai sepatu flat.

Pertanyaannua kenapa tidak pakai lift? Karena lift di pagi hari selalu penuh, belum lagi lamanya waktu untuk menunggu.

Sebenarnya ini bukanlah pekerjaanku. Ini pekerjaan Yuri, teman sebidangku. Tapi karena dia sedang di rawat karena sakit dari beberapa hari lalu, maka aku yang mengambil alih pertemuannya. Belum lagi pekerjaanku yang makin menumpuk karena ketidakhadiran Yuri membuatku begadang semalaman dan berakhir seperti sekarang. Mengejar waktu keterlambatan demi profesionalitas.

Setibanya di depan pintu ruangan tempatku bertemu dengan klien tersebut aku kembali membuka map, takut isinya tertukar saat aku menitipkan beberapa berkas dan tas di meja resepsionis kepada Miran. Setelahnya aku sedikit membetulkan pakaianku yang sedikit kusut juga mengelap beberapa bulir keringat sehabis berlari tadi.

Setelah dirasa penampilan sudah membaik, aku mengetuk pintu bercat abu-abu itu lalu membukanya.

Huft...untung saja aku tidak terlambat. Ternyata kliennya belum ada. Akhirnya aku menunggu sebari meminum air dari dispenser yang ada di ruangan itu. Duduk di salah satu sofa tunggal dan kembali menelaah laporan kerja sama yang dibuat Yuri sebelum sakit itu untuk menghilangkan rasa bosan. Karena jujur saja, aku tak suka menunggu tapi sering menunggu seperti saat ini.

10 menit berlalu. Seseorang memasuki ruangan saat aku hendak pergi. Lelaki berbadan tegap dengan wajah tampan, dan jangan lupakan setelan rapi juga tatanan rambut yang membuatnya terlihat sangat berkarisma.

 Lelaki berbadan tegap dengan wajah tampan, dan jangan lupakan setelan rapi juga tatanan rambut yang membuatnya terlihat sangat berkarisma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Story [ BTS x You Imagine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang