Minggu pagi, teriakan Eyang Mira sudah menggema diseluruh ruangan. Seperti biasa, saat hari Minggu para pekerja yang mayoritas tetangga sekitar diberi libur. Membuat mereka, sipenghuni rumah harus mengerjakan tugas yang sudah dijadwalkan oleh Eyang Mira. Di akhir pekan, seluruh penghuni rumah wajib ada di rumah.
Setiap Minggu Eyang Mira dan eyang Gusti akan berkebun di belakang rumah, kebun kecil yang berisi sayuran hijau dan buah-buahan. Mami Sonya akan membersihkan seluruh ruangan sekaligus mencuci pakaian. Dan dua pemuda di rumah itu, Saga dan Aga akan menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dan menjemur pakaian.
Dua pemuda yang masih tertidur di sofa mulai mengerjapkan mata mereka setelah teriakan eyang kembali menggema. Mereka berdua ketiduran di sofa setelah semalam begadang menonton pertandingan sepakbola Euro. Mami Sonya yang kebetulan lewat hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan keduanya, sejak Euro dimulai, keduanya sering begadang dimalam Minggu. Mumpung besoknya libur katanya.
Mami Sonya kemudian membangunkan Aga, "hey, bangun. Udah siang ini," Sambil mencolek lengan Aga, karena anak itu sensitif dengan sentuhan.
" Bangunin Abang kebo mu ini Ga, Mami gak sanggup," Kata Mami Sonya setelah melihat Aga membuka mata, kemudian diakhiri kekehan ringan saat melihat Aga mendengus pelan.
"Bang!"
"Berat anjir!!!"
Aga mendengus, kemudian berdiri membuat Saga yang tertidur di atas perutnya terjengkang ke lantai. Hanya cara ini yang dengan instan membuat Saga terbangun tanpa membuat emosi jiwa dan raga.
"Anjir!!"
Tuh kan, bangun tidur bukannya baca doa malah mengumpat.
"Banguninnya dengan perikemanusiaan dong Ga, sakit nih," Saga mengumpat dengan mata setengah terbuka.
"Dih, kalo bangunin Lo dengan perikemanusiaan bukannya bangun malah nambah ngorok. Buruan ah, Eyang keburu balik abis Lo," Kemudian Aga berjalan pelan menuju kamarnya, untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setiap hari Minggu dia jarang mandi pagi.
"Dasar adek laknat!!!"
Saat Aga keluar kamar, ternyata Saga sudah tidak ada di ruang tengah. Dia berjalan menuju luar rumah untuk menyiram bunga-bunga cantik milik eyang Mira dan mami Sonya. Saking banyaknya, Aga sempat berfikir jika halaman depan rumahnya ini adalah penangkaran bunga.
Setelah memasang selang di keran, diiringi senandung ringan, Aga mulai menyiram tanaman dari yang kecil hingga yang besar. Ternyata halaman sudah di sapu sehingga tidak ada daun-daun berserakan.
Grasak-grusuk mulai terdengar, Aga menoleh, ternyata Saga sedang membuka garasi.
Tak lama Mami Sonya muncul di pintu samping yang terhubung dengan dapur.
"Kalian gak sarapan dulu?" Kata Mami Sonya.
Aga melihat kedua tangan mami Sonya penuh dengan pakaian kotor miliknya dan Saga. Sedikit meringis, kemudian menggeleng pelan.
"Gak usah deh Mi, kita udah makan pas nonton bola," Kata Aga sambil memutar keran.
Mami Sonya mengangguk, kemudian menoleh ke arah putranya yang baru keluar dari mobil.
"Saga udah mandi belum?" Tanya Mami Sonya pada Saga.
"Belum mi, tanggung," Jawabnya dengan cengiran khas Saga yang membuat kedua mata pemuda itu menghilang.
"Nanti kita mandi kok Mi," Kata Aga sambil tertawa pelan.
Mami Sonya menggelengkan kepalanya pelan sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYAN (end)
Teen FictionJika bisa memilih, mungkin seorang Abyan Naraga juga tidak ingin lahir dari 'sebuah kesalahan'. Sejak lahir, Aga di rawat oleh eyang dari Papa, karena kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah, usia yang masih muda membuat mereka merasa tak bisa m...