.
.
.Hari ke-51
🍂
.
.
.Jungkook, lost him self.
Setelah pertemuannya dengan Taeby, mantan kekasihnya itu memutuskan untuk meninggalkannya. Padahal saat itu inginnya Jungkook mematri Taeby dalam ingatannya, bahkan berharap waktu berhenti untuk saat itu.
Jadi, itukah pertemuan terakhir mereka?
Pertanyaan itu terus mengganggu Jungkook. Bahkan tiga sayatan tak lagi memberi rasa sakit untuknya.
Pintu kamarnya diketuk. Jungkook tinggal bersama Seokjin sejak hyungnya itu tahu dengan kebiasaan buruk yang belakangan sering dilakukannya.
"Jungkook.. sudah bangun? Ingin sarapan bersama hyung ?"
Jungkook tidak menjawab. Sibuk memperhatikan darah yang mengalir dari lengan sebelah kirinya. Tentu saat Seokjin dan Namjoon kembali ke kafe waktu itu Jungkook menjawab seperti yang Taeby katakana, ada urusan mendadak. Dan dirinya berhasil menyembunyikan seberapa sakitnya melihat kepergian Taeby.
Seokjin tidak menaruh curiga, jadi dia hanya tersenyum canggung pada Namjoon, dan setelahnya Namjoon berpamitan untuk kembali ke kantor.
Namun Seokjin sekarang gelisah, pasalnya saat kembali ke apartmentnya, Jungkook tidak keluar dari kamarnya. Bahkan melewatkan makan malamnya.
"Jungkook?"
Seokjin coba memutar knop pintu kamar yang Jungkook tempati.
"Jungkook! Buka pintunya sekarang!"
Seokjin gusar, perasaanya tak menentu. Tidak ingin berpikiran buruk, namun Jungkook dan segala hal gilanya, sungguh smenakutkan.
"Jungkook! Buka—"
Jungkook membuka pintunya, menampilkan sosok dirinya yang seolah baru bangun dari tidurnya.
"Hyung berisik. Padahal aku baru tidur tahu!"
"Kau—uehmm, hyung sudah buatkan sarapan. Temani hyung ya, baru lanjutkan tidurnya.."
Jungkook berjalan malas kearah meja makan. Mendudukan dirinya dan bersikap seolah baik-baik saja.
"Jungkookie, bagaimana ngobrol dengan Taeby? Apa lebih baik ?"
Seokjin menjaga suaranya, agar tidak terlalu terdengar begitu penasaran.
"Oh, ya baik. Kami sepakat untuk selesai dan tidak berhubungan lagi. Jadi hyung, jangan hubungin Taeby lagi ya. Uhm— ku rasa itu sudah terbaik untuk kami berdua. Aku akan kembali tidur, hyung?"
Jungkook bangkit dari duduknya, bahkan sarapannya belum tersentuh sama sekali.
"Jungkookie.."
Jungkook menghentikan langkahnya, berbalik dan menunggu Seokjin melanjutkan kalimatnya.
"Kau tidak akan melakukannya lagi kan?"
Jungkook mengerti maksud Seokjin. Berapa banyak kebohongan yang harus dilakukannya hari ini ? Bahkan kedepannya, mungkin akan lebih sering menampik dirinya untuk berkata baik-baik saja.
"Oh tentu, tidak akan lagi hyung. Kan sudah janji. Lagi pula aku dan Tae sudah bertemu. Terimakasi hyung untuk sarapannya dan untuk sudah mempertemukan ku dengan Taeby."
Jungkook berlalu, meninggalakn Seokjin dalam tangisnya. Untuknya Jungkook begitu berharga, sedari dulu keinginannya adalah untuk memiliki seorang adik. Dan Jungkook ada, mewujudkannya. Meski hanya sekedar sepupu, tapi untuk Seokjin kebahagiaan Jungkook adalah kebahagiannya. Segalanya. Lebih dari seorang sepupu.
Tangisnya tak lagi mampu ia tahan, saat melihat setetes darah terjatuh dilantai. Jungkook berbohong padanya.
[🍂]
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days After Breakup | #KookV
RandomTentang Jungkook yang minta putus dari Taehyung. kaya biasa : Top! JK Bot! Tae End : ../../....