Chp 15

2.4K 214 10
                                    

.
.
.
Hari ke-41
🍂
.
.
.


Langit malam itu cerah. Bintang-bintang bersinar begitu gemerlap seolah mengejek Taeby yang sedang memandangnya.

Jepang. Taeby pilih kembali ke Jepang. Mengasingkan diri, memilih sibuk dalam pekerjaannya. Padahal tidak ada hal yang penting yang harus dia lakukan di sana.

Hanya saja agar tidak larut dalam kekesalan dan kesedihannya, atau sebut saja melarikan diri dari kenyataan.

Tapi sialnya, bayang-bayang Jungkook mencium Eunji masih terlintas jelas.
Bahkan sangat jelas.


Sadar jika air matanya kembali mengalir, kali ini Taeby membiarkannya.

Selama seminggu kebelakang, ia selalu menyangkal dan menolak perasaannya untuk bersedih.

Tidak ada air mata!

Itu pilihannya. Namun sudah pasti gagal. Buktinya malam ini.

Ini kali kedua Taeby dikhianati. Pertama lewat seks dan kemudian ciuman. Sakit.

Apa sudah benar-benar tidak ada Taeby di hati Jungkook?

Padahal dalam hati Taeby sendiri, Jungkook masing yang utama.




Sebuah ketukan menyadarkan Taeby, segera menghapus jejak air mata yang ada. Taeby berjalan menuju pintu, untuk melihat siapa yang bertamu tengah malam seperti ini.

"Oh. Namjoon hyung, ada apa?"

Taeby mendapat Namjoon berdiri di depan pintunya. Tidak biasanya Namjoon mengetuk pintu kamarnya.

"Sedang sibuk? Hyung mau mengobrol.."

Pertanyaan yang retorik. Tapi Taeby paham Namjoon butuh teman bercerita. Kebetulan juga sepupunya itu mengangkat dua gelas coklat panas. Taeby jadi bersyukur akhirnya ada pengalihan untuk malam ini agar dia tidak menangis dan setahunya coklat selalu mampu mengembalikan moodnya.

"Ceritalah hyung, Taetae dengar.."

Taeby mempersilakan Namjoon untuk memulai saat mereka sudah menemukan posisi nyaman di sofa.

"Kau tahu, ini tentang hubungan ku dengan kekasih ku." Namjoon memulai ceritanya.

"Aku pikir, belakangan kemarin adalah hari tersulit yang pernah kami lalui. Dia bersama dengan adiknya. Dan aku bersama dengan adik ku. Sehingga tidak ada waktu untuk kami.."


Namjoon menjeda kalimatnya, untuk melihat ekspresi sang adik yang malah asik menyesap coklatnya perlahan.

"Taeby, hyung tidak tahu alasan mengapa kau tidak ingin kembali ke Seoul. Dan tidak juga menyalahkan mu karena kita ada disini. Tapi hyung rasa kau harus menyelesaikan masalah mu, baby.."

Air mata itu tidak dapat dicegah. Taeby menangis tanpa menurunkan gelas dari mulutnya.

"Hey, hey.. it's okay. Hyung tidak akan paksa. Tapi kau tahu kan, melarikan diri tidak akan menyelesaikan apapun."

Taeby semakin terisak, namun ia tetap melanjutkan meminum coklatnya.

Namjoon menunggu sampai isakan Taeby mereda dengan sabar. Sampai Taeby menurunkan gelasnya, Namjoon masih setia menatap wajah sang adik sepupu tersayangnya.

Jelek juga kalau dilihat-lihat saat menangis. Tapi tetap manis. Mutlak!






"Hyung, coklat ini enak!" Rengek Taeby kemudian.

Namjoon menjatuhkan rahangnya. Sebenarnya anak ini mendengar atau tidak sih apa yang Namjoon ucapkan.

"Kau dengar tidak sih yang tadi hyung katakan?"

Tanya Namjoon sangsi. Setelahnya Taeby hanya diam.

Tak ada percakapan setelahnya. Namjoon pun memilih kembali ke kamarnya.

Taeby merenungkan apa yang sepupunya itu katakan. Memang melarikan diri tidak menyelesaikan apapun. Dan Taeby bukan bermaksud seperti itu!

Hanya saja iya membutuhkan waktu kan?


Omong-omong, coklat tadi mengingatkan nya pada Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Omong-omong, coklat tadi mengingatkan nya pada Jungkook. Itu coklat kesukaan mereka. Membuat mereka merasa lebih baik setiap kali mereka salah paham. Sepertinya kali ini coklat itu gagal membuatnya lebih baik..

[🍂]













100 Days After Breakup | #KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang