Chp 23

2.1K 184 12
                                    

.
.
.
Hari ke-54

🍂

.
.
.

Belakangan Seokjin kerap mendatangi kamar Jungkook saat dini hari. Dengan telaten ia memberikan salep di bekas-bekas goresan Jungkook.

Tidak lagi Seokjin berusaha menasehati Jungkook dengan kata-kata. Mungkin benar apa yang dikatakan orang-orang, bahwa tidak selalu kalimat 'kamu akan baik-baik saja' atau 'semua pasti akan berlalu' dapat memberikan ketenangan.

Karena Seokjin tidak merasakan apa yang Jungkook rasakan. Jadi bagaimana mungkin dia dapat memberikan sebuah nasehat atau kalimat picisan lainnya.

Jadi lebih baik Seokjin melakukan tindakan nyata, dengan mengobati langsung luka-luka Jungkook.

Sesekali air matanya masih jatuh, melihat guratan lelah yang tercetak jelas diwajah Jungkook. Bahkan Jungkook beberapa kali menangis dalam tidurnya. Tapi yang terjadi saat matahari terbit adalah Jungkook yang kelewat ceria. Sejak dua hari lalu, Jungkook memutuskan kembali mengurus kafe. Tesisnya benar-benar dibiarkan terbengkalai, begitu yang terlihat, namun Seokjin meyakini Jungkook sudah mengurus surat penundaan untuk penelitian tesisnya.

Jungkook itu tidak main-main dengan dunia Pendidikan, maka tidak mungkin dia menyia-nyiakan langkah terakhir untuk gelar magisternya.

Pagi hari, Seokjin mendapat sebuah pesan dari Namjoon. Yang berisikan bahwa Taeby menghilang sejak pertemuan mereka di kafe.

Sialnya, Jungkook ada dibelakangnya dan ikut membaca pesan itu. Yang kemudia terjadi, Jungkook merebut ponsel Seokjin dan men-dial­ nomor Namjoon.

Namjoon kaget saat mendengar suara Jungkook yang tersambung dari nomor Seokjin. Namun, Namjoon tetap menjelaskan keadaan yang ada.

Jungkook dan Seokjin mendengarkan dengan seksama semua arahan Namjoon untuk tetap tenang. Karena Namjoon juga sedang berusaha tersambung dengan Taeby.

Namun Jungkook tetap gelisah. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui Namjoon.

"Hyung, berikan alamat Namjoon hyung." Ucap Jungkook sambil mengenakan jaket dan mengambil kunci mobilnya.

"Hyung ikut dengan mu.."

Seokjin pun kemudian mengambil jaketnya dan pergi dengan Jungkook untuk menemui Namjoon.



🍂



Disini mereka sekarang, ruang kantor Namjoon. Namjoon berkata mereka saat ini hanya bisa menunggu kabar selanjutnya dari Taeby.

Beberapa menit berlalu, sampai ponsel Namjoon kembali berbunyi. Sebuah pesan dari Taeby.

"Hyung aku akan menuju kantor sekarang."

Isinya begitu. Dan akhirnya mereka bertiga makin gelisah menunggu kedatangan Taeby.

Menunggu sekitar 45 menit. Taeby muncul dari balik pintu. Penampilannya tidak sepenuhnya baik-baik saja. Itu yang Jungkook lihat.

Mata Taeby membola saat menemukan Jungkook dan Seokjin ada diruangan itu juga. Ingin berbalik dan menghindar namun Seokjin sudah lebih dulu memeluknya dan membawanya untuk duduk di sofa.

Namjoon mengambilkan air untuk Taeby. Menyerahkannya kepada Seokjin, untuk membantu Taeby minum. Mereka semua menunggu Taeby bercerita, terlebih Seokjin dan Jungkook. Namun Taeby terus diam dan seolah enggan menjelaskan apapun.

Seokjin memakluminya, meski belum sepenuhnya paham apa yang baru Taeby alami, namun Seokjin tetepa mengelus Pundak Taeby dengan sayang.

Jungkook disana hanya diam. Namun matanya tidak salah menangkap ruam merah di tulang selangka Taeby, sama persis seperti dia lihat di hari mereka putus.

Namjoon juga melihat ruam itu, keadaan Taeby sama kacaunya saat ia menemuka Taeby di club dulu saat Chanyeol menculiknya .


[🍂]

100 Days After Breakup | #KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang