10. New Day

11.2K 781 8
                                    

Pagi itu mulai menyapa, membuat Reva mengerjap pelan, tidurnya terusik. Gadis itu mulai membuka mata dan ia dapat mencium aroma khas citrus yang familiar, pemandangan pagi yang mungkin akan sering ia lihat, tangannya melingkar di perut pria dihadapnnya, pun sama dengan tangan besar lelaki itu yang memeluknya erat, ditambah deruh nafas lelaki itu yang cukup dekat dengan wajahnya.

Rona di pipi Reva tak bisa ditahan.

Perlahan, gadis itu mengangkat tangan Naafi yang merengkuhnya, kemudian ia bangkit dan mulai membuka horden kamar hingga sinar matahari langsung menyapa seisi ruang kamar.

Sosok yang masih berada di atas ranjang itu sedikit mengeliat, kemudian selimut ia angkat untuk menutupi tubuhnya hingga kepala. Reva menggeleng-geleng, sedikit lucu melihat tingkah suaminya.

Perlahan gadis itu mendekat, menarik kembali selimut itu hingga menampilkan wajah mengantuk Naafi.

"Pin, bangun, lo ada rapat pagi ini." Ujarnya membangunkan sang suami.

Naafi mengeliat, tak ingin bangun.

"Apinn, bangun." Kembali Reva mengguncang tubuh Naafi sedikit kuat.

"Ntarr.."

Jawaban itu membuat Reva berdecak tak suka.
"Bangun ih! Kebo banget."

Naafi sedikit merengek sebelum ia sedikit membuka mata.

"Ayoo bangun." Reva menepuk pelan pipi Naafi agar cowok itu membuka mata.

"Hm."

Naafi membuka matanya, dan ia dapat melihat iris coklat istrinya yang entah kenapa begitu cantik. Ah, atau memang sangat cantik, hanya saja baru kali ini Naafi benar-benar memperhatikan.

"Jangan tidur lagi." Reva menegakkan tubuhnya.
"Gue siapin air untuk lo mandi."

Naafi menguap sedikit, kemudian mulai merenggangkan tubuhnya. Tidur kali ini memang benar-benar nyenyak.

Jika diingat, Naafi selalu bangun tepat pukul 5 subuh, tapi baru kali ini ia bangun jam setengah 7. Itupun masih mengantuk. Tidurnya semalam memang benar-benar lelap.

Ah, apakah karena sudah ada yang menemaninya tidur?

Naafi terkekeh sendiri dengan pikirannya. Sedikit malu juga. Mungkin efek karena belum pernah berhubungan dengan perempuan, sekalinya punya hubungan langsung nikah.

Reva kembali menghampirinya, atau tidak, karena nyatanya gadis itu mulai merapikan bantal dan selimut, kemudian ia mendongkak, menatap Naafi tajam, lihat saja cowok itu malah merebahkan tubuhnya sedangkan Reva sedang mengatur tempat tidur.

Menarik nafas panjang, Reva berjalan menghampiri Naafi, memukul tubuh kekar si cowok yang menimbulkan suara mengadu.

"Lo makin lama makin nyebelin ya?" Ujar Reva membuat Naafi memberikan cengiran tak berdosa.
"Sana mandi, lo punya rapat jam 8 jika lo lupa."

"Morning kiss?" Tanya Naafi sambil menegakkan tubuhnya.

Sedangkan Reva melotot kaget mendengar permintaan gila laki-laki itu.

"APINNN!!!"

Naafi terkekeh, mengajak rambut Reva gemas, apa lagi wajah gadis itu yang sudah memerah. Ia berlari ke arah kamar mandi, masih dengan tawa. Meninggalkan Reva yang mengumpati sosok yang menjadi suaminya itu, juga merutuk bagaimana ia berdebar akibat ucapan jahil si Apin. Wajahnya panas, dan dia tahu pasti memerah.

Sial, dia blushing.

●●●
Reva sedang asik menyusui Evan, anaknya itu sudah selesai sarapan tadi. Tak berniat menunggu sang ayah yang masih berkutat di kamar.

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang