11. Papa

11.3K 806 5
                                    

Reva menghela nafas ketika dosen itu meninggalkan ruang kelas. Ia melirik jam tangan yang ia kenakan, sudah pukul 15.47, ah semalam Naafi mengajaknya untuk pulang bersama.

Apakah pria itu masih berada di kampus?

"Rev, lo balik ama siapa?" Tanya Ajeng yang duduk didepannya.

"Nggak tahu, Apin- eh maksud gue Naafi ada di kampus, kalau dia belum balik gue mungkin pulangnya bareng dia." Jelas Reva sambil memasukkan alat tulisnya di dalam tas.

"Nanti kabari gue, hari ini Bayu bawa mobil. Jadi kalau lo mau nebeng bilang aja." Ajeng berujar, ia tahu suami dari sahabatnya memang rada sibuk, apa lagi semenjak setahun lalu ia ditunjuk menjadi wakil direktur, Naafi sudah jarang terlihat berkeliaran di kampus.

"Nggak perlu, Jeng. Noh lihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu mengabaikan jeritan-jeritan fansnya karena lihat Tuan Ramaditya pakai jas." Ujar Dania jahil sambil melempar tatapan menggoda ke arah Reva.

"Cielah, di jemput di depan kelas oleh suami." Ajeng pun ikut menggoda membuat wajah Reva memerah malu.

Reva bergegas mengambil tasnya dan beranjak.
"Gue duluan ya?" Pamitnya.

Gadis itu segera berjalan cepat menghampiri Naafi yang tadinya berwajah datar kini tersenyum. Dan itu berhasil membuat penggemarnya memekik bahagia karena bisa melihat sang idola tersenyum.

"Kok nggak ngabarin dulu?" Tanya Reva yang sudah berdiri didepannya.

"Katanya semalam mau bareng pulangnya." Ujar Naafi sambil berbalik mulai berjalan dengan Reva disampingnya. Mengabaikan berbagai tatapan yang ditunjukkan kepada mereka.

"Tau dimana kelas gue disini?" Tanya Reva yang memang tidak memberitahukan kelasnya.

"Tadi sama Dimas dan Bayu, mereka yang kasih tahu. Makanya gue langsung kesini."

Reva mengangguk, mereka menuju parkiran dimana mobil Naafi terpakir rapi. Setelah keduanya sudah duduk, Naafi mulai melajukan mobilnya menuju ke rumah mereka.

"Eh, besok lo ada kelas?" Tanya Naafi membuat Reva menoleh sekilas.

"Pagi, besok UTS. Jam 8 jadi gue harus bangun cepat, habisnya sekitar jam 11 gitu kalau nggak ngaret. Satu mata kuliah." Jelas Reva membuat Naafi mengangguk penuh arti.

"Jadi setelah UTS nggak ada jadwal lain?" Tanya Naafi memastikan.

"Nggak ada. Setelah UTS gue langsung pulang."

Naafi mengangguk.

"Gimana tadi rapatnya?" Tanya Reva membuat Naafi menoleh sekilas.

"Nggak gimana-mana. Lancar kok, proyek kerjasamanya akan mulai berjalan bulan depan setelah semua matang." Jelas Naafi walau Reva tak banyak mengerti.
"Oh ya, lo tahu Candra?"

"Sekretaris lo yang merangkap menjadi tangan kanan lo?" Tanya Reva membuat Naafi tertawa.
"Kasihan tahu, lo cari dia teman gih, buat bantu dia. Kerjanya lebih banyak dibanding lo."

Naafi tak membantah, Candra memang kadang mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan kerjaannya.

"Nah itu, tadi setelah rapat gue mewawancarai karyawan baru yang nanti bakal jadi sekretaris kedua gue. Nanti dia bisa kerja bareng Candra." Jelas Naafi membuat Reva menoleh.

"Cewek?" Tanya Reva memastikan.

"Jealous lo?" Naafi menggoda membuat Reva mendelik.

"Ngapain? Lo udah jadi milik gue. Lagian kita udah punya Evan. Tuh cewek kalah telak ama gue." Ujar Reva percaya diri membuat Naafi tertawa keras, dalam hati membenarkan.

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang