Hari ini sangat menyebalkan bagi Reva, lihat saja tingkah ayah dan anak itu. Matahari sudah meninggi, jarum jam menunjukkan pukul 10 dan kedua manusia berbeda umur itu sudah tidur lagi.
Setelah sarapan tadi, Reva membantu Bi Ela membersihkan rumah dan juga mengepak beberapa pakaian yang akan ia bawa ke rumah orang tuanya nanti. Evan dititipkan ke Naafi selagi Reva berkemas.
Tapi lihatlah sekarang!
Di ruang keluarga dengan tv yang menyala, Evan tidur dengan posisi tengkurap di atas tubuh Naafi, dan orang yang mengaku menjadi suaminya itu tidur terlentang di atas sofa.
Dasar!
Ayah dan Anak sama saja!Reva menghela nafas sebelum ia mengambil Evan, anak itu mengeliat tidurnya terganggu, dan sesaat kemudian menangis. Hal yang berhasil membuat Naafi bangun.
Sang ibu sibuk menenangkan Evan dengan berbagai cara agar anak itu berhenti menangis, Naafi yang melihat Reva kerepotan menjadi tak tega.
"Sini, sama Papa."
Anak itu mengerti, masih dengan mata penuh dengan air mata dan wajah memerah, ia merentangkan tangan minta di peluk.
"Evan mandi bareng Papa, mau?" Ajak Naafi membuat Reva mendengus.
"Awas aja kalau tidur lagi." Ancam Reva membuat Naafi tertawa.
"Ini benaran mandi, Re" Naafi mencoba meyakinkan
Percaya saja, Reva membiarkan ayah dan anak itu menghabiskan waktu di kamar mandi, sedangkan ia sibuk mengambil baju dan perlengkapan lain seperti minyak telon dan bedak untuk Evan yang ia bawa ke kamar utama, tempat dimana ayah dan anak itu mandi. Reva juga mulai menyiapkan baju yang akan Naafi pakai. Memilih warna senada dengan Evan.
"Jangan kelamaan mandinya, Pin." Teriak Reva mengingatkan.
Cukup lama mereka mandi. Keduanya tampak segar, Evan terlihat senang dan itu membuat Reva pun tersenyum.
Naafi memberikan Evan kepada Reva, sedangkan dirinya mengambil baju yang sudah disiapkan itu untuk ia pakai. Mengeringkan tubuh sang anak terlebih dahulu, sebelum ia mulai memakaikan minyak telon dan bedak bayi untuk Evan, kemudian mulai memakaikan pakaian, merapikan rambutnya dan memakaikan parfume khusus untuk Evan.
Evan sudah siap.
Begitu pula sang ayah yang tampak tampan dengan setelan yang Reva pilih.
"Ini, Evannya sama Papa dulu. Mama mau siap-siap." Ujar Reva sambil menghadiahi satu ciuman di pipi gembul anaknya itu.
"Anaknya aja? Papanya nggak?" Tanya Naafi membuat Reva yang akan masuk ke kamar mandi menoleh bingung.
"Apa?"
"A kiss." Jawab Naafi dengan seringai jahil.
"In your dream!"
Naafi tertawa melihat wajah merah Reva yang masuk ke kamar mandi. Dengan iseng ia berujar pada anaknya.
"Mama kamu lucu, ya?"●●●
Naafi, Reva dan Evan masuk ke dalam rumah keluarga Pramesti yang langsung disambut oleh Lidya dengan heboh, begitu pula Gina. Sandra juga ternyata ada di rumah itu."Evannn!!!"
"Astaga, cucu nenek makin tampan ya? Sini sini!"
Reva menyerahkan Evan kepada Bundanya yang sudah sangat antusias membawa Evan ke dalam pelukannya.
"Kalian masuk saja ke kamar Reva. Mama sudah siapin kamarnya." Ujar Sandra dan berbalik menuju Evan yang sudah di bawa oleh Lidya masuk lebih dalam ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Coincidence✓
Fiksi PenggemarCover by : @jelyjeara ------ Naafi adalah mahasiswa semester 7 yang sebentar lagi akan menjemput gelar sarjananya. Tapi selama 21 tahun hidupnya, ia tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang gadis yang membuat sang Mama khawatir akan mas...