12. Evan ke Kantor Papa

11.5K 794 8
                                    

"Apin bangun!"

Kembali, seperti pagi yang kemarin-kemarin. Naafi masih meringkuk nyaman di atas ranjang sedangkan Reva sudah selesai berganti baju. Ia ada UTS jam 8 ini.

Dengan wajah yang belum memakai polos belum tersentuh oleh make up dan rambut yang masih setengah basah, ia berjalan menghampiri Naafi yang belum juga bangun.

"Apin ih! Gue udah mau ke kampus. Lo kalau nggak bangun sekarang nanti bisa nggak masuk kantor!"

Reva mengguncang tubuh Naafi dengan kesal

"5 menit lagi."

"Nggak ada 5 menit, Pin! Bangun atau dasi lo nggak gue simpulin. Biar mampus lo wakil direktur nggak pakai dasi ke kantor."

Naafi berdecak kesal, ia bangun dengan wajah yang masih sangat mengantuk. Kepalanya ia jatuhkan di pundak kanan Reva, menghirup aroma buah dan mawar khas gadis itu.

"Jangan manja! Sana mandi!" Ujar Reva menutupi rasa gugupnya.

Sedangkan Naafi yang kini sudah menegakkan tubuhnya, menatap wajah Reva dan kemudian menyelutuk jahil.

"Pipi lo merah."

"APIINNN"

●●●
Reva sudah selesai dengan sarapannya, Evan juga sudah selesai makan, sekarang bocah itu sedang mengemut biskuat bayinya. Sedangkan Naafi, lelaki itu tak lekas mandi, katanya ia akan berangkat agak siang ke kantor. Reva sudah membuat simpul di salah satu dasi yang kata lelaki itu akan ia pakai sebentar nanti.

Reva mencium pipi Evan gemas dan memberikan bocah itu kepada Naafi yang sedang duduk santai di ruang tamu.

"Gue berangkat, bye." Ujar Reva sambil berlari ke arah pintu dan segera masuk ke dalam mobil, dimana Pak Udin sudah menunggunya.

Naafi diam sebentar sambil memainkan sedikit rambut di kepala Evan yang masih sibuk menghabiskan biskuatnya yang memang tinggal sedikit. Namun tiba-tiba, pikiran jahil itu muncul dalam otaknya.

"Bi Elaa!!" Panggil Naafi membuat Bi Ela segera berlari mendatanginya.

"Ya Tuan?"

"Ini Bi, nanti kalau Evan sudah selesai makan, jam setengah sembilan nanti, mandiin dia dan ganti bajunya, yang rapi. Sambil tolong siapin susu untuk dia."

"Oh, iya Tuan." Bi Ela tak curiga, namun ucapan Naafi selanjutnya membuat Bi Ela merutuk dengan tingkah majikannya yang pasti akan membuat sang Nyonya mengumpat kesal.

"Tolong siapin ya, Bi. Evan mau saya ajak ke kantor."

"Nanti Nyonya tanya gimana?" Tanya Bi Ela takut-takut dengan amukan nyonya mudanya itu.

"Rere pasti akan menyusul ke kantor." Ujar Naafi dengan seringai jahil.

Ah, Bi Ela berdoa asal Nyonya tidak akan mengamuk di kantor nanti.

●●●
Jam setengah sebelas, Reva sudah tiba di rumah yang tampak sepi. Jam tidur siang Evan biasanya setengah dua belas atau bahkan jam satu siang. Biasanya anaknya itu sedang bermain saat ini.

"Eh, Nyonya sudah pulang?" Sambut Bi Ela dengan wajah meringis kecil.

"Evan udah bobo?" Tanya Reva sambil membuka sepatunya.

"Eng, Tuan Muda di bawah oleh Tuan ke kantor."

"Oh, ya sudah kalau gitu Evan--- APA??"

Reva melotot kaget mendengar ucapan Bi Ela. Astaga! Naafi benar-benar ingin dia mati di usia muda

"Kenapa orang itu harus jadi suami gue sih!!" Rutuk Reva segera berlari ke arah lantai dua. Dia tidak mungkin memakai celana jeans ke kantor Naafi, sekalipun bisa, ia tidak ingin membuat wakil direktur itu malu dengan penampilan istrinya.
"Bi, bilangin ke Pak Udin untuk mengantar aku ke kantor Naafi." Teriaknya dari tangga.

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang