7. The Day

12K 849 23
                                    

Selama mengurus pernikahan, Evan tinggal di rumah Ramaditya. Kadang juga gantian tinggal di rumah Pramesti. Anak itu pun makin berisi karena Sandra dan Lidya sangat memperhatikan nutrisi dan gizi si kecil.

Sedangkan Naafi dan Reva terpaksa harus pindah dari apartment mereka, sekarang keduanya sudah tidak tinggal di sana melainkan tinggal di rumah masing-masing.

Mereka benar-benar merencanakan ini dengan baik, bahkan Nanda saja sempat protes karena pernikahannya tidak semegah dan semewah pernikahan Naafi dan Reva

Di kampus juga sangat heboh ketika mereka mendengar kabar bahwa idolanya kampus dan bintangnya Fakultas MIPA akan menikah. Kabarnya bahwa mereka memang sudah menjalin hubungan sejak masih sekolah, ada yang mengatakan bahwa mereka memang kekasih semenjak masih kecil, ada yang bilang bahwa mereka adalah sahabat jadi cinta.

Intinya bahwa mereka akan menikah.

Undangan sudah tersebar, persiapan sudah sangat matang, gaun dan cincin sudah di pesan, semuanya sudah siap. Pernikahannya 2 hari lagi dan malam ini, Naafi menelfon Reva.

"Hallo."

"Hallo, Re."

"Ada apa?" Tanya Reva yang saat ini baru saja masuk ke dalam kamar setelah memastikan Evan sudah tidur di kamar Lidya.

"Dua hari lagi kita nikah." Ujar Naafi yang terdengar gugup.

"Iya." Reva keluar, menuju balkon kamar yang memang menghadap langsung ke kamar Naafi yang berada di samping rumahnya. Gadis itu bisa melihat bagaimana cowok itu bersandar di kursi belajarnya.

"Lo nggak keberatan kejebak gini dengan gue? Lo masih bisa batalin kalau memang lo nggak mau."

"Lo mau gue batalin?" Tanya Reva yang masih memandang Naafi yang seketika langsung bangkit dari posisi duduknya dan tanpa sengaja menoleh ke arah Reva saat ini.

Naafi berjalan, ikut keluar ke arah balkon kamar, menatap Reva yang saat ini juga menatapnya.

"Ini pernikahan lho, Re. Gue nggak mau entar lo nyesal." Naafi mengingatkan sambil tetap menatap Reva.

Reva tersenyum.
"Iya, gue tahu kita akan nikah."

"Gue ingatin, gue nggak mau ada pernikahan kedua. Gue maunya nikah sekali seumur hidup." Naafi berujar sungguh-sungguh yang membuat Reva tertawa.

"Itu dialog cewek."

"Ih, ngomong serius juga." Naafi berujar kesal.
"Gue belum pernah ngelamar lo kan?"

"Kenapa?" Tanya Reva tak mengerti.

"Kalau gitu, Re will you be mine? I wanna marry you, make you my wife and Evan's mother."

Reva terdiam, tak menyangka akan mendapatkan lamaran seperti ini. Saling berdiri berhadapan di balkon kamar masing-masing, dengan telfon genggam yang tertempel di telinga.

Tidak ada cincin, tidak ada restaurant mewah, tidak ada pantai, tidak ada bunga, intinya tidak ada adegan romantis.

Tapi entah kenapa berhasil membuat jantung Reva berdegup kencang.

"Re." Panggil Naafi ketika ia tidak mendengar jawaban dari Reva.
"Will you?" Tanyanya sekali lagi

"Yes, i will." Jawab Reva.

Untuk kali ini saja ia ingin menyakinkan dirinya bahwa ia akan mencoba memulai sebuah hubungan. Tidak ada pacaran. Ia akan langsung menikah dan menjadi seorang ibu.

Dengan pria dihadapannya ini. Tetangganya. Temannya sejak kecil.

Naafi Faizin Ramaditya.

"Yes, i will." Jawaban Reva berhasil membuat Naafi menghela nafas lega.

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang