Ini adalah hari pernikahan Rasya dan Chika. Si sulung Pramesti itu sangat bahagia sekali, terlihat jelas bagaimana binar cerah di wajahnya dengan senyum lebar yang tercetak jelas di wajah pria itu. Pun sama dengan sang istri, Chika juga terlihat bahagia, wajahnya bersinar dengan senyuman indah di wajah cantiknya.
Mereka bahagia di hari besar mereka.
Itulah yang Reva pikirkan ketika melihat kebahagiaan di wajah kakak dan kakak iparnya itu. Hingga senyum dari kedua pengantin itu tertular diwajahnya.
Malam itu Reva terlihat cantik dengan dress putih yang ia kenakan, dengan kalung yang memperindah leher gadis itu dan rambut yang tergerai bergelombang. Ia cantik.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?"
Pertanyaan itu membuat Reva berbalik, ia tersenyum mendapati Naafi tengah tersenyum melihatnya. Cowok itu tampan dengan setelan jas hitamnya.
"Ah, mereka." Tunjuk Reva ke arah pengantin itu berada.
"Kak Rasya terlihat bahagia banget. Gue bisa rasain itu."Naafi tersenyum gemas mendengar apa yang istrinya katakan. Dalam hati ia setuju dengan apa yang dikatakan. Wajah kakak iparnya memang terpancar aura bahagia yang terlihat jelas. Wajar saja memang, ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu sedari dulu.
"Ini hari pernikahannya, jelas dia bahagia, Re."
Reva mengangguk, tanpa sungkan ia mengapit tangan Naafi. Evan tidak dengan mereka. Putra mereka itu telah diambil oleh sang Oma yang tak lain adalah Lidya. Katanya mau dikenalkan dengan teman-temannya yang datang. Ah biarlah, yang penting Evan aman dan tidak rewel.
"Mereka manggil kita."
Naafi menunjuk ke arah Dimas dan Bayu berada, ada Dania dan Ajeng juga disana. Mereka memberi isyarat untuk bergabung. Reva mengikuti arah pandang Naafi dan dia pun mengangguk, dengan tangan yang masih merengkuh lengan kekar Naafi, mereka berjalan menuju sahabat-sahabatnya berada.
"Heh Pasutri, mentang-mentang udah punya dunia sendiri nggak gabung-gabung sama kita lagi."
Baru saja sampai, Bayu sudah berujar hal yang membuat Naafi mendesah tak peduli dan Reva yang memutar matanya bosan. Ada-ada saja laki-laki itu.
"Tolong ya Bay, kalau lo iri sono, cepat-cepat lamar si Ajeng." Balas Reva membuat Ajeng memukul lengan Reva karena malu dan Bayu yang mendelik kepada wanita itu.
"Jangan terang-terangan dong Mba. Itu masih rahasia ya!! Agar kejutan gitu kayak kalian berdua." Dimas yang malah menjawab membuat Bayu pun ikut mendelik padanya.
"Kenapa sih kalian itu kalau ngomong nggak pernah gitu baik-baikin gue."
Semuanya malah tertawa mendengar apa yang Bayu katakan. Ajeng mengelus tangan kekasihnya itu walau jelas masih berusaha meredam tawa.
"Apaan sih lo kutu kerbau, lebay amat ngalahin ciwi-ciwi." Ujar Dania yang membuat Bayu mengumpat dan yang lain tertawa makin keras.
"Terima aja, Bay. Hidup lo memang ditakdirkan untuk dihujat." Reva menepuk pundak cowok itu dua kali sambil masih tertawa.
"Kalian nggak pernah dengar jika menghujat orang ganteng itu bis mengakibatkan yang dihujat bakal makin ganteng dan sukses?" Tanya Bayu dengan wajah sungguh-sungguh yang membuat Dimas berpura-pura muntah, Naafi dan Dania melempar tatapan penuh hujatan dan Reva menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Minum parasetamol sana. Lo sakit." Ujar Naafi membuat Bayu hampir saja khilaf menendang cowok itu.
"Untung lo udah nikah."
"Kenapa? Istri gue galak." Naafi balas tak takut sedangkan Reva menatap galak padanya membuatnya berdencih sinis sedangkan yang lain tertawa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Coincidence✓
Fiksi PenggemarCover by : @jelyjeara ------ Naafi adalah mahasiswa semester 7 yang sebentar lagi akan menjemput gelar sarjananya. Tapi selama 21 tahun hidupnya, ia tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang gadis yang membuat sang Mama khawatir akan mas...