19. Rasya dan Regina

9.9K 665 1
                                    

Naafi masuk ke rumah Pramesti dengan wajah berbinar bahagia. Hari senin mereka akan berangkat untuk berlibur. Sebelum pulang tadi, Wahid mengatakan jika ia sudah selesai mengurus liburannya Naafi dan Reva, jadi besok mereka hanya perlu bersiap-siap dan hari senin berangkat.

Ah, ia tidak sabar menantikannya.

"Aku pulang..."

Suara itu berhasil membuat Evan dan Reva yang sedang lesehan di ruang tamu menoleh, Evan segera merangkak menuju Naafi yang kini berjalan cepat ke arah anaknya itu, tasnya ia letakkan di lantai dan kedua tangannya siap memeluk Evan. Segera saja Naafi menghujani kecupan-kecupan di wajah Evan hingga membuat anak itu tertawa geli.

Reva mendekat, mengambil tas Naafi, memberi intruksi agar lelaki itu membuka jas kantornya. Mengerti, Naafi memberikan Evan kepada Reva dan ia membuka jasnya sendiri. Setelahnya ia meletakkan di sofa dan kembali membawa Evan dalam pelukannya. Reva mendengus, sedikit kesal sebenarnya. Gadis itu segera mengambil jas dan tas Naafi ke kamar, meletakkannya di tempat seharusnya.

Ketika ia turun kembali, ia mendapati Evan yang masih asik bermain dengan Naafi, tawa anak itu terdengar jelas, bahkan saking bahagianya ia memukul wajah papanya itu menyalurkan rasa senangnya.

"Pin, sana ganti baju dulu." Ujar Reva membuat Naafi menoleh padanya.

"Entar..."

Reva berdecak.
"Pinn.."

Naafi mendesah, mengerti jika Reva tidak ingin ia membantah. Maka, ia segera membawa Evan menuju Reva yang berdiri menatap kesal kearahnya, ia memberikan Evan kepada Reva dan tersenyum lebar bak orang tak bersalah.

"Gue mandi, oke?"

Naafi berjalan menuju ke kamar, namun ia berbalik, menahan Reva yang ingin beranjak ke ruang keluarga. Ketika gadis itu berbalik, satu kecupan mendarat dikeningnya. Hal yang membuat ia melotot kaget, sedangkan si pelaku tertawa dan segera melarikan diri ke kamar mereka.

Sial, Reva blushing.

"Ehem." Deheman itu membuat Reva tersentak kaget.
"Merah amat wajahnya, kak."

"Gi-Gina! Lo ngapain? Sejak ka-kapan disitu?" Tanya Reva tergagap, sedangkan Evan bertepuk tangan seolah senang dengan kegugupan mamanya.

Regina, sang adik, bersedekap dada dan menatap kakaknya penuh godaan seolah ia memenangkan Lottery yang bernilai besar kali ini.
"Cukup lama sehingga gue bisa melihat seorang suami yang mencuri satu kecupan di kening sang istri."

Reva melotot kaget, wajahnya makin memerah.
"Gina!!" Wajah Gina menyeringai lebar.
"Lo ngapain sih ngintip-ngintip!"

"Nggak ngintip ya kak, gue itu hanya mau pergi ke kamar, hanya saja gue melihat live drama di hadapan gue, jadi stop dulu sebentar dan nonton." Jelas Gina begitu santai, tak memperdulikan wajah Reva yang memerah sukses seperti kepiting.

"Ih!"

Malu, Reva segera pergi dari sana menuju ruang keluarga dimana Rasya dan Bundanya sedang bercerita. Meninggalkan Gina yang tertawa senang karena sukses menggoda kakaknya, walau sebenarnya ia jadi gemes sendiri dengan tingkah Naafi yang kini terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya kepada Reva.

Memang sudah dari dulu Gina memperhatikan mereka, sedikit kesal karena kakaknya itu tidak peka dengan perasaannya sendiri, sama juga dengan Naafi yang bertingkah seolah-olah dia tidak punya perasaan pada Reva.

Naafi yang jahil dan Reva yang sok galak.

Padahal mah sama-sama suka memperhatikan satu sama lain, sama-sama saling peduli dan suka nyariin, cih dasar!

Gina aja yang masih kecil sadar, apa lagi yang kayak kak Nanda dan kak Rasya.

"Kawin beneran juga kan, dasar pasangan yang tidak peka!" Ujar Gina sambil melanjutkan langkahnya ke kamar.

●●●
Naafi turun dan mendapati Reva yang duduk sambil memakan cemilannya, Rasya sudah bermain dengan mobil-mobilan bersama Evan, sedangkan Lidya sibuk membaca majalah.

Lelaki itu duduk di samping Reva dan mencuri satu kue yang gadis itu makan. Hal yang membuat gadis itu menatapnya. Tapi yang membuat Reva marah bukan makanannya yang diambil, melainkan fokusnya jatuh ke rambut Naafi yang tidak kering benar.

Berdecak, gadis itu bangkit membuat Naafi hanya menatapnya dan tak peduli banyak. Kembali memakan cemilan yang ditinggalkan gadis itu sambil memperhatikan Evan yang kini melempar mobilnya ke arah Rasya.

"Sini!" Ujar Reva yang kini sudah berdiri di belakang Naafi dengan hairdryer di tangan.

"Apa?" Tanya Naafi bingung.

"Deketan." Reva memberi intruksi agar Naafi mundur dan segera saja dilakukan lelaki itu.

Dengan segera Reva menghidupkan si pengering dan mulai mendekati alat itu di rambut Naafi, mulai mengeringkan rambut sang suami dengan usapan pelan di rambut yang Reva berikan.

"Habis mandi itu, rambutnya di keringin dengan baik." Ujarnya membuat Naafi bergumam tak jelas.

"Aku kok nggak pernah lo gituin, Rev? Padahal biasanya juga aku malas ngeringin rambut." Rasya memberikan protes atas tindakan adiknya itu.

"Lah, mana aku perhatiin." Reva memberikan alasan yang membuat Naafi terkekeh merasa senang.

Reva memperhatikannya.

"Aku abang kamu ya, Rev." Rasya hampir saja khilaf melempar mainan Reva yang masih setia mengeringkan rambut suaminya itu.

"Apin suami aku ya, kak." Balas Reva membuat Rasya mengumpat dalam hati.

"Bun, kak Rasya kebelet mau nikah. Mau diperhatiin kayak aku." Ujar Naafi santai membuat Rasya kali ini melempar mainan Evan betulan kepada laki-laki itu.

Hal yang jelas membuat Evan menangis, dan tentu saja Rasya panik karena sudah membuat keponakannya yang gembul itu menangis.

"Rasya! Kamu apakan Evan." Tegur Lidya yang segera mengangkat Evan dalam pelukannya.

"Wah, kakak ih!" Reva berseru kesal. Memeriksa rambut Naafi yang sudah tidak sebasah tadi dan segera mematikan hairdryer.

"Anak aku tahu kalau omnya mau nyakitin papanya." Ujar Naafi memanasi.

Rasya melayangkan tatapan tajam kepada Naafi yang terkekeh puas, segera saja ia mendekat ke arah Evan yang kini masih sesegukan di pelukan Lidya.

"Maafkan om ya Embul." Ujarnya membuat Reva mendelik kesal dan Naafi yang melotot tak terima.

"Apaan Embul?" Tanya Naafi protes.

"Gembul." Jawab Rasya seadanya membuat Reva makin mendelik.

"Nama Evan udah bagus, nggak usah di ganti-ganti, kak!"

"Nama kesayangan dari gue. Ah, kalian baperan." Balas Rasya tak perduli banyak.

Reva mendesah, Naafi menghela nafas pasrah. Rasya itu memang makin aneh sekali sekarang, ada saja tingkah menyebalkan yang dilakukannya, harusnya dia yang cepat-cepat nikah.

■■■
Chika, lihat noh tunangan lo! Makin aneh tingkahnya.
.
.
Jadi, mau tau gimana liburannya Reva dan Naafi? Ayoayoayo, kita nantikan ya guys..

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang