25. Reva Sakit?

9.3K 619 6
                                    

Pagi ini Reva terbangun dan langsung berlari ke arah toilet yang berada di kamar, wanita itu mual tapi tidak muntah, hal yang sangat menyebalkan baginya. Dengan kaki yang bergetar dan wajah pucat, dia keluar dari toilet, berjalan menuju ranjang dan duduk disana sambil masih menstabilkan kondisinya.

Naafi sudah bangun, entah mengapa pria itu bangun lebih cepat darinya hari ini dan sekarang Reva tidak tahu dimana keberadaan suaminya itu.

Beberapa menit berlalu, pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok tampan yang tampak berkeringat. Ah, rupanya orang itu sedang berolahraga.

Naafi dengan hoodie abu-abu miliknya dan celana pendek selutut, masih dengan sneakers hitamnya berjalan mendekat ke arah Reva yang masih duduk diam di ranjang.

"Lo kenapa?" Tanya Naafi sambil berjongkok di depan istrinya itu. Tangannya terangkat menuju dahi Reva, bermaksud mengukur suhu.
"Sakit?" Reva masih diam membuat Naafi menatapnya khawatir.
"Wajah lo pucat."

Reva menggeleng, entah apa maksud wanita itu.

Naafi mendesah melihat reaksi istrinya, pria itu tahu bahwa wanita yang dihadapannya ini tak baik-baik saja.

"Nggak usah ke kampus, ya?"

Reva menggeleng, tubuhnya masih lemas akibat pusing dan merasa mual. Melihat bagaimana wanita itu bersikap keras kepala, Naafi menghela nafas lagi.

"Re, lo sakit."

Reva kembali menggeleng, dia tidak mau berdebat dengan suaminya. Tapi memang ia akui, dirinya tidak baik-baik saja saat ini.

"Sayang..."

Reva menatap Naafi diam, tahu jika pria yang berada dihadapannya ini mulai merasa kesal akibat sifat keras kepalanya ini. Tangan Reva terangkat menuju pundak Naafi, kemudian melingkar di leher pria itu, sedetik selanjutnya menarik suaminya mendekat, bermaksud memeluk.

"Gue keringatan, Re. Habis olahraga."

Reva tidak mendengarkan, tetap memaksa agar Naafi memeluknya. Melihat bagaimana sifat Reva yang tak biasa itu, si bungsu Ramaditya hanya bisa mengikuti apa yang Reva mau.

Ketika Reva mencium aroma tubuh Naafi, pusing dan rasa mual yang ia rasakan entah mengapa mulai mereda, hal itu membuat wanita itu menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Naafi. Menghirup aroma citrus yang menguar dari tubuh sang suami, dan itu berhasil membuat pusing dan rasa mualnya mereda.

"Nggak usah masuk kampus, ya? Istirahat aja dulu di rumah."

"Nggak mau." Jawab Reva dengan nada merengek khasnya.

"Sayang..." Naafi masih berusaha membujuk.
"Lo lagi sakit."

Reva menggeleng yang bisa dirasakan oleh Naafi.
"Pusingnya udah reda. Nggak mual lagi."

Naafi melotot, sontak melepaskan pelukannya yang membuat Reva melayangkan tatapan protes.
"Lo mual? Muntah?"

Reva mendengus, kembali memeluk Naafi. Entah kenapa dia ingin berlama-lama dalam pelukan suaminya itu, apa lagi aroma Naafi bisa menenangkan dan menghilangkan pusing di kepalanya, juga meredakan rasa mual yang tadi menyerangnya.

"Tadi rasanya mual banget tapi nggak muntah. Kepala juga pusing. Tapi sekarang nggak lagi."

Naafi berdecak kesal mendengar itu.
"Ck. Makan apa di kampus hingga bisa mual begini? Dijajanin apa sama Dania dan Ajeng?"

Reva menggigit pundak Naafi yang membuat suaminya itu mengadu dan sontak kembali melepaskan pelukannya.

"Sakit, Re."

Reva mendelik.
"Kenapa malah nyalahin Dania dan Ajeng? Gue nggak makan sembarangan! Apa sih main nuduh begini."

Mata Reva memerah, entah mengapa dia ingin menangis mendengar bagaimana suaminya itu menuduhnya dan hal ini membuat Naafi panik seketika.

"Re, gue nggak nuduh. Hanya kan khawatir jangan sampai lo salah makan. Buktinya kan sekarang lo sakit dan mual gitu." Jelas Naafi sambil menenangkan Reva yang sekarang sudah menjatuhkan air matanya.
"Sayang, jangan nangis."

Dalam hati ia bertanya-tanya, apa tadi ia mengucapkan kata-kata kasar atau kalimat yang menyinggung perasaan istrinya itu? Tapi perasaan, tidak. Lah terus kenapa Reva bisa menangis.

"Lo jahat banget sih nuduh gue gitu. Iya! Gue salah jajan sembarangan di kantin kampus! Tapi lo nggak perlu juga sampai nuduh sahabat-sahabat gue, mereka nggak salah. Gue yang sembarang makan hingga sekarang malah ngerepotin lo!"

Reva yang malah memarahinya dengan wajah basah karena menangis mendorongnya menjauh, gadis itu menuju ke kamar mandi berniat meredam emosinya dengan mandi. Entah kenapa dia merasa kesal karena ucapan Naafi seolah dia adalah anak 5 tahun yang jajan sembarangan dan sekarang muntah-muntah akibat makanan itu.

Dan Naafi, dirinya melongo bingung dengan sikap Reva yang berubah tiba-tiba. Selain itu dia panik juga karena istrinya itu marah dan menangis.

Astaga, tolong jelaskan sebenarnya dimana sikapnya yang salah disini?

Dering ponsel yang berada di atas nakas itu menarik perhatian, Naafi bangkit dan melihat nama Bunda sebagai pemanggil, tanpa pikir panjang ia mangangkat ponsel itu.

"Hallo, sayang."

Naafi berdehem sebelum menjawab.
"Hallo, Bun. Ini Naafi, Revanya lagi mandi."

"Oh Naf, jam berapa Reva bisa kesini bantu Bunda? Masih banyak soalnya yang harus dipersiapkan. Revanya ke kampus dulu, ya?"

Naafi menutup mata, ah, pesta pernikahan kakak iparnya, Rasya, tinggal seminggu lagi.

"Bun, Reva tadi ngeluh pusing. Kayaknya nggak enak badan. Aku bakal suru dia istirahat bentar dulu, ya Bun? Kalau udah enakan nanti langsung suru ke sana buat bantu-bantu ngurus pernikahannya kak Rasya."

Naafi bisa menangkap pekikan kaget dari ibu mertuanya itu.
"Astaga, Naf. Reva sakit? Yaudah, suru dia ke dokter. Nanti aja kesininya. Bunda bisa nelfon kakakmu buat gantiin dia. Kamu juga nggak usah kerja atau ke kampus dulu kalau nggak ada urusan penting. Reva sakit suka manja. Bi Ela suru bantu ngurus Evan dulu."

Sejenak ia tertarik ingin menjelaskan Reva yang emosinya tiba-tiba berubah-ubah, tapi lebih baik itu tidak dikatakan saja. Ini urusan pribadinya dan Reva. Bundanya juga itu sedang sibuk, jadi dia lebih memilih menjawab singkat dan menutup telfon.

"Iya, Bun."

Setelah meletakkan kembali ponsel istrinya itu di tempatnya semula, Naafi menghela nafas sambil menatap toilet yang masih memperdengarkan suara gemericik air pertanda sosok yang di dalam masih asik menikmati ritual mandinya.

Ia bertanya dalam hati apa kesalahannya dan mengapa tiba-tiba emosi Reva berubah-ubah. Tapi lebih dari itu ia khawatir akan kesehatan istrinya itu.

Reva mengeluh pusing dan tadi gadis itu mual.

Apakah mereka harus ke dokter?

■■■
Reva sedang sakit, guys:)

Iya, sakit:)

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang