Reva dan Naafi, pasangan suami istri ini sudah menghabiskan waktu selama 5 hari di Seoul, Korea Selatan. Sekarang adalah hari ke 6 dan besok mereka akan pulang.
Mereka berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan dan membeli hadiah kecil untuk orang-orang terdekat mereka. Pasca malam dimana Naafi mengungkapkan perasaannya, cowok itu makin tidak menahan diri untuk menunjukkan kasih sayangnya dan sialnya, Reva masih belum terbiasa, degub jantungnya tetap menggila.
"Re, ini untuk Evan kayaknya cocok deh."
Suara itu membuat Reva menoleh, mendekat ke arah topi anak yang memiliki telinga rubah berwarna coklat yang sedang dipegang Naafi.
Reva mengangguk senang, ia setuju, pasti anaknya itu akan terlihat menggemaskan ketika menggunakannya.
"Iya iya, Evan pasti ngegemesin pakai ini." Jawab Reva membuat Naafi tersenyum. Ia pun meletakkannya di troli belanja.
Mereka melanjutkan kegiatan mereka, mulai memilih barang-barang untuk teman-teman dan keluarga, sesekali terdengar debat diantara keduanya, entah Naafi yang tak setuju atau Reva yang kurang suka dengan pilihan. Yang berakhir dengan mereka tak akan membeli itu dan beralih ke barang lain.
Setelahnya berbelanja mereka melanjutkan kembali ke hotel tempat mereka menginap dan mulai mengatur barang-barang mereka.
"Huaaaaa capeh bangetttt!!!!" Ujar Naafi sambil berbaring setelah tadi selesai membantu Reva untuk berkemas.
"Gue pesan makan dulu, udah waktunya makan siang."
Naafi hanya mengangguk sambil menutup mata, Reva mulai memesan makanan yang akan mereka makan, setelahnya ia menuju kamar mandi untuk mandi.
Suara gemericik air perlahan terdengar, menandakan gadis itu tengah mandi. Cukup lama sebelum akhirnya suara itu tidak terdengar lagi.
Setelah Reva selesai mandi, ia melihat ke arah ranjang dimana Naafi sudah tertidur. Gadis itu hanya membiarkan dan beranjak untuk menonton tv. Bel berbunyi, Reva bangkit dan firasatnya benar itu adalah layanan pengantar makanan.
Gadis itu cekatan mengambil pesanan mereka dan mengaturnya di meja makan.
"Apin!!"
Tak ada jawaban, Reva mendengus sambil mendekat ke arah sang suami yang masih terlelap.
"Apin! Ayo, makan dulu."
Reva menguncang pelan tubuh kekar suaminya itu, namun sang empunya hanya mengeliat tapi tak ada reaksi berarti.
"Apin! Bangun dulu, makan."
Naafi mengerjap, merenggangkan tubuhnya sebelum bangun dengan benar.
"Ayo, gue udah siapin makanannya." Ajak Reva sambil menarik tangan Naafi agar segera beranjak.
Jika tidak cepat, laki-laki itu akan tidur lagi. Reva sudah paham dengan tabiat cowok itu yang memang sudah ia kenal dengan baik. Tidur adalah hal paling menyenangkan bagi Naafi.
Mereka makan dengan tenang, hanya ada dentingan alat makan yang saling beradu terdengar. Setelah itu, Reva membaringkan diri, sedangkan Naafi pergi mandi.
Reva diam, larut dalam pikirannya, bersamaan dengan gemericik air yang mulai terdengar. Ah, besok mereka akan kembali ke Indonesia, dia pun harus masuk kuliah lagi, seminggu tidak hadir pasti akan banyak materi yang tertinggal, belum lagi tugas-tugas. Apa lagi UAS sebentar lagi. Naafi pun harus mulai menyelesaikan skripsinya, target cowok itu ia akan wisuda bulan februari. Sedangkan saat ini sudah awal november.
Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat.
Dan memang banyak yang sudah berubah.
Sejak malam itu ketika Evan datang.
●●●
Mereka baru selesai makan malam, Reva tengah membersihkan alat makan sedangkan Naafi sudah larut dalam tontonan tv."Barang-barang udah rapi semua, Pin?" Tanya Reva ketika gadis itu sudah ikut bergabung dengan Naafi menonton.
"Udah." Jawab Naafi tak melirik Reva, tetap fokus menonton.
"Lagian kan sebagian besar udah lo atur tadi siang, jadi sisa sedikit aja tadi gue lanjutin."Reva mengangguk, dalam hati membenarkan ucapan laki-laki itu. Kemudian ia teringat akan sesuatu.
"Skripsi lo udah aman?"
Naafi melirik kecil ke arah Reva.
"Iya."Kini Reva memfokuskan pandangannya ke arah cowok itu.
"Terus sidangnya kapan?"Naafi diam sebentar, mengingat.
"Kalau nggak ada perubahan, januari, gue narget wisuda februari."Reva mendesah, kepalanya ia sandarkan ke sofa.
"Gue udah mau UAS, Pin. Tapi tugas gue pasti numpuk banget."Naafi tersenyum kecil, ia mengangkat tangannya, mengusap kepala gadis itu.
"Nanti gue bantuin."Reva menggeleng.
"Lo banyak kerjaan kantor, belum lagi persiapan wisuda lo."Tangan kekar itu mencubit hidung si gadis yang berhasil menimbulkan pekikan.
"Kalau gue banyak kerjaan nggak bakal gue nolongin lo, pasti kan ada waktu gue senggang."Reva mendelik.
"Emang lo bisa? Lo jurusan bisnis, gue statistika."Naafi melotot mendengar pertanyaan cewek itu.
"Heh, lo pikir di bisnis nggak ada statistikanya?"Reva mengulum bibirnya ke dalam, pura-pura tak bersalah dan sibuk menonton. Melihat gelagat istrinya itu, Naafi menyeringai jahil, tangannya terulur menggelitik gadis itu hingga membuat Reva kegelian.
"Hahahahahahaha u-dah Pin hahahahaha geli hahahahaha iya gue tobat hahahaha Apin geli...."
Naafi menghentikan gerakannya, terpaku melihat Reva yang masih tertawa sambil menstabilkan nafasnya. Ia meneguk air liurnya sendiri, gemuruh aneh tiba-tiba ia rasakan melihat istrinya itu.
"Re.."
Suara Naafi yang terdengar serak basah itu membuat Reva terdiam, ia melirik ke arah cowok itu yang menatapnya dengan pandangan tak biasa.
"Ada apa? Kok ngeliatin gue kayak gitu?"
Naafi mengacak rambutnya frustasi, ia berdehem, gemuruh aneh ini tidak hilang.
"Pin." Panggil Reva sambil memegang tangannya.
Dan sial, tangan Reva yang menyentuhnya membuat jantungnya berdegup.
"Re."
"Ada apa?"
Naafi menarik nafasnya panjang, kemudian menatap Reva mantap. Pertanyannya--ah tidak, lebih tepatnya permintaan cowok itu berhasil membuat mata Reva melebar dengan raut wajah yang merona jelas. Jantungnya bergemuruh hebat. Untuk kali pertama, cowok itu mengutarakan keinginannya secara jelas.
"Kalau gue minta jatah malam pertama gue hari ini, lo mau?"
■■■
Mamaaaa....
Ini Naya kenapa jadi begini???
Huaaa, jangan tanyakan Naya macam-macam!Apakah Naya berlebihan?
Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Coincidence✓
Fiksi PenggemarCover by : @jelyjeara ------ Naafi adalah mahasiswa semester 7 yang sebentar lagi akan menjemput gelar sarjananya. Tapi selama 21 tahun hidupnya, ia tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang gadis yang membuat sang Mama khawatir akan mas...