34. Boneka Domba dan Komentar

9K 555 4
                                    

Evan sangat senang ketika Safari Bonekanya ketambahkan anggota baru. Si kecil berkepala botak itu yang baru saja mandi dan berganti baju, duduk di atas karpet putih berbulu yang ada dikamarnya, sibuk bermain dengan boneka-boneka domba yang baru saja dibeli oleh sang Ayah.

Naafi sekarang sedang mandi setelah tadi dipaksa Reva membawa tas-tas yang telah ia beli untuk dimasukkan kedalam lemari khusus yang isinya adalah tas-tas wanita milik sang istri. Sekarang Reva yang mengenakan daster bermotif bunga-bunga berwarna merah dengan warna dasar hitam itu dan rambut yang diikat asal sedang duduk menemani Evan bermain.

Anak itu sudah bisa duduk sendiri, tidak lagi jatuh, juga sudah cukup lancar merangkak. Walau jika sudah lelah, ia akan duduk sebentar sebelum lanjut merangkak. Nanda, sang kakak ipar, pernah berkata jika Evan bisa saja sudah bisa berjalan sebelum usia setahun jika perkembangannya cepat seperti ini. Reva tidak menjawab apa-apa dan hanya tertawa, dalam hati dia mengamini ucapan kakak iparnya itu.

Berbicara soal kakak, Rasya dan Chika sekarang sedang berbulan madu di Bali. Sebenarnya Rasya inginnya di Perancis, negara yang dikenal dengan keromantisannya. Tapi Chika berkata jika di dalam negeri pun bisa romantis tanpa harus bepergian sejauh itu. Maka sebagai seorang pria dengan predikat bucin yang melekat, Rasya hanya mengangguk tanpa bantahan dan mengikuti keinginan istrinya untuk berbulan madu di Bali.

Evan, sang bayi yang berusia 9 bulan itu, mengambil satu boneka domba yang ada di depannya, satu kaki boneka itu hendak si bayi masukkan ke dalam mulut yang langsung ditahan oleh sang ibu.

"No, Baby. No." Larang Reva membuat bocah itu mengerti.
"Jangan masukkan boneka ke dalam mulut, oke? Itu kotor, sayang."

Evan berbicara dalam bahasa bayi yang masih cukup sulit untuk dimengerti. Tapi dari gerak-geriknya yang tidak memasukkan kaki boneka domba ke dalam mulut lagi, rupanya dia paham akan larangan dari Mamanya.

Sebagai gantinya, anak kecil itu meletakkan domba itu di atas kepalanya yang luar biasanya kepala domba itu persis di atas kepalanya, benar-benar posisi yang sempurna untuk seorang bayi kecil berumur 9 bulan.

Reva memekik antusias dan segera mengambil ponselnya di atas meja yang ada di kamar sang anak. Segera membuka kamera untuk mengambil foto Evan yang terlihat luar biasa menggemaskan.

"Evan... Lihat mama, sayang."

Ucapan Reva berhasil membuat Evan menatapnya, bocah itu menjawab seolah-olah orang yang sudah lancar berbicara.

"Mamama..."

"Iya sayang, lihat mama."

Reva mengambil gambar Evan beberapa kali. Setelah selesai, dirinya berseru antusias melihat hasilnya. Anaknya itu terlihat sangat menggemaskan. Dengan melihat sebentar ke arah Evan yang dengan boneka domba dikepalanya, Reva membuka akun Instagramnya, dirinya mengupload foto Evan dengan caption singkat. Setelahnya dia kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan melanjutkan acara bermainnya dengan sang anak.

Naafi datang dengan rambut setengah basahnya. Ikut bergabung dengan istri dan anaknya. Kedatangan sang ayah jelas langsung disambut antusias oleh Evan, mungkin karena dia tahu jika pria itu adalah orang yang memberinya boneka tadi.

"Papapa!"

"Yes, boy." Jawab Naafi sambil mengambil tempat di samping Evan.
"Suka dengan boneka dombanya?"

Evan tertawa sambil memeluk satu boneka dombanya. Seolah menjawab jika dia suka dengan pemberian dari sang ayah.

"Bagus kalau begitu. Nanti papa belikan yang lain kalau anak papa suka."

Oh tentu saja ide itu langsung ditolak oleh sang Nyonya. Jangan gila! Mainan Evan sudah sangat banyak, bahkan lebih banyak dari punya Naufal.

"Tidak ada yang lain, Papa. Tunggu jika ada yang rusak maka bisa dibelikan. Mainannya sudah sangat banyak."

The Sweet Coincidence✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang