Naafi memarkirkan mobilnya di area parkiran, kemudian turun sambil bersenandung pelan, cowok itu berhenti di depan lift yang akan membawanya ke lantai 4 kamarnya.
Iya, karena jengah dengan desakan sang mama, ia memutuskan untuk tinggal sendiri di apartment. Alasan yang ia berikan adalah tempat ini lebih dekat dengan kampus dan perusahaan. Walau sebenarnya ia hanya lelah mendengar rengekan mamanya yang terus mendesaknya untuk mendapatkan pasangan.
Pintu lift terbuka, ia masuk dan sesaat kemudian pintu perlahan tertutup.
"TUNGGU!!!!"
Suara itu membuat Naafi segera menahan pintu lift dan kembali membuat pintu itu terbuka.
"Thanks." Ucap gadis itu yang tampak kelelahan karena berlari sambil membawa barang belanjaan.
"Rere?" Panggil Naafi ketika gadis itu sudah masuk ke dalam lift dan pintu lift pun mulai tertutup.
"Eh?" Reva, gadis itu menoleh melihat tetangganya berada di dalam lift yang sama dengannya.
"Lantai berapa?" Tanya Naafi membuat Reva mengerjap pelan.
"Tiga." Jawab Reva membuat Naafi mengangguk dan segera menekan angka yang dimaksud.
"Lo ngapain disini?" Tanya Naafi penasaran, bingung juga sebenarnya. Karena selama sebulan lebih ia tinggal disini, cowok itu tidak pernah melihat Reva berkeliaran di sekitar sini.
"Ah, gue baru pindah beberapa hari yang lalu. Ini baru beli stok buat di dapur nanti." Jawab Reva sambil memperlihatkan kantong belanjaannya.
Naafi mengangguk mengerti.
"Lo tinggal disini?" Tanya Reva penasaran juga.
"Iya, udah lama sih. Makanya gue bingung karena tiba-tiba aja lo muncul disini." Jawabnya jujur.
Reva hanya terkekeh kecil, bunyi ting pelan diikuti pintu yang mulai terbuka membuat Reva menyadari ia sudah sampai.
"Duluan, Pin." Pamit Reva sambil keluar dan mulai berjalan menuju kamarnya.
Naafi mendengus mendengar Reva yang terus saja memanggilnya Apin. Walau kemudian ia juga terkekeh, menyadari bahwa dirinya pun sama masih memanggil gadis itu dengan nama Rere.
Padahal jika diingat, semenjak Naafi lulus SMA dan masuk kuliah, keduanya sudah jarang menghabiskan waktu bersama, walau kadang jika Reva bosan dirumah, ia akan datang ke rumah Naafi dan mengajak cowok itu menonton atau hanya numpang tidur saja. Kadang juga gadis itu akan merengek minta agar Naafi membantunya mengerjakan tugas atau mengajari materi yang ia tak paham.
Lift berhenti, pintu terbuka, hal itu membuat Naafi tersadar dari lamunannya. Cowok itu perlahan keluar dan berjalan menuju kamarnya.
413.
●●●
Reva meletakkan kantong belanjaannya di atas meja, gadis itu mulai memisahkan barang-barang sesuai dengan kategori masing-masing. Kemudian ia mulai memasukkan bahan makanan, sayuran, dan buah-buahan ke dalam kulkas.
Setelah selesai, ia bergegas ke dalam kamar mandi dan meletakkan shampoo, sabun, pasta gigi, pembersih wajah dan skincare lainnya di dalam rak kecil yang ada di kamar mandi.
Selanjutnya gadis itu mulai membersihkan apartementnya, mengatur letak vas bunga, buku-buku ia rapikan di dalam rak buku, mulai melipat baju yang sudah kering, dan mencuci piring kotor.
Gadis itu benar-benar merasakan hidup seorang diri sekarang.
Sedikit kesal sebenarnya jika ia mengingat bagaimana bundanya itu sering mendesaknya agar segera mencari pacar, takut anak gadisnya jadi perawan tua, di tambah kedua makhluk yang ikut-ikutan mengompori bunda dan ayah, siapa lagi kalau bukan kakaknya Rasya dan adiknya Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Coincidence✓
FanfictionCover by : @jelyjeara ------ Naafi adalah mahasiswa semester 7 yang sebentar lagi akan menjemput gelar sarjananya. Tapi selama 21 tahun hidupnya, ia tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang gadis yang membuat sang Mama khawatir akan mas...