Rumah dengan perpaduan cat putih-krem itu terlihat sepi. Hanya satu dua orang yang mondar-mandir di depan rumah. Selebihnya berada di dalam. Masih berkutat denngan pekerjaannya masing-masing.
Mbok Imah, salah satu pengurus di rumah ini terlihat berjalan tergesa-gesa ke gudang. Setelah sekitar setengah jam mencari sapu lain karena sapu yang sehari-hari ia gunakan telah dipatahkan oleh El, beliau akhirnya menemukan sapu pengganti dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Beberapa ruangan telah selesai ia bersihkan. Tinggal gudang saja.
Beliau melangkah memasuki gudang. Terbatuk sebentar karena debu yang bertebaran di mana-mana. Lantas mulai membersihkan ruangan itu dengan gerakan cepat. Tidak mau berlama-lama karena katanya gudang ini ada penunggunya.
Baru saja Mbok Imah mulai konsentrasi pada pekerjaannya, wanita paruh baya itu dikejutkan oleh bunyi kardus-kardus yang bergesek. Sontak Mbok Imah mematung dan meneguk ludahnya. Mulai berpikir yang tidak-tidak.
Jangan-jangan yang dibilang Neng El bener. Gudang ini ada penunggunya.
Mbok Imah mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Menatap sudut-sudut gudang. Ia bergidik.
Ah, mana mungkin ada penunggunya. Itu, kan, cuma akal-akalan Neng El biar anak-anak di sini takut. Pasti cuma tikus, kalau nggak kecoa.
Karena penasaran, akhirnya dengan sedikit keberanian Mbok Imah memutuskan untuk mendekati kotak-kotak tersebut. Takut-takut mengintip apa yang ada di balik kotak--kotak tersebut. Bersiap dengan sapu di tangannya kalau-kalau yang ia lihat adalah tikus atau kecoa.
"Eh, astaghfirullah, Neng El!" Mbok Imah spontan melempar sapunya ketika melihat El sedang tertidur nyenyak di sana. Benar-benar kaget. "Ya allah, ini anak kerjanya ngagetin mulu."
"Neng, bangun, Neng. Ih, kok, malah tidur di sini, sih?" Mbok Imah menggoyang-goyangkan bahu gadis itu. Membuat El mengerjap-ngerjapkan matanya dan perlahan mulai duduk.
"Mbok ganggu banget, deh. Ngapain, sih, Mbok?"
"Yeee, Mbok, kan, beresin gudang. Lagian Neng ngapain di sini? Bukannya sekolah juga," ujar Mbok Imah. Gemas dengan ekspresi tidak bersalah El.
El berdecak. "Sekolah? Aduh, Mbok, ini, kan, masih libur. Ngapain sekolah?"
"Libur dari Hongkong?!" Mbok Imah mulai ngegas. Mulai merasa jengkel dengan gadis ini. "Temen-temen Neng udah pergi dari tadi, kok. Tuh, Neng aja pakai seragam."
Sontak saja El bangkit dari duduknya. Baru tersadar. "Oh, iyaaa!! Aduh, Mbok, kok, gak bilang dari tadi, siihh? El pasti telat, nih!" Ia bergegas merapikan seragamnya yang tampak kusut. Setelah itu bergegas memakai kaos kaki.
Kelakuannya membuat Mbok Imah untuk sekian kalinya terlonjak kaget. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memperhatikan El yang buru-buru memakai kaos kaki. "Udah salah, marah-marah lagi. Aduh, Neng, tuh, ya. Oma Melati pasti marah kalau tau Neng masih di sini."
El meringis. "Makanya, biar Oma Melati gak marah, Mbok jangan kasih tau!"
Wanita paruh baya itu melengos. "Kalau nggak dikasih tau, Neng El malah keenakan terus ngulang kesalahan yang sama. Nanti pokoknya Mbok kasih tau sama Oma," jawab Mbok Imah dan melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya yang sempat tertunda.
Gadis itu tidak menyerah. "El beliin daster, deh, Mbok!"
"Mbok nggak akan bisa disuap."
"Plus jilbab, deh!"
"Nggak."
"Plus gamis dari merek terkenal!"
"Nggak, Neng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & Luka {Tamat}
Teen FictionSMA Series 1 - Eliza & Aslan "Karena pada akhirnya luka itu yang membuat kita kuat." Tentang Eliza Lahima, gadis pemberontak dan tak tahu aturan karena kejadian buruk yang terjadi padanya di masa lalu. Ia selalu bersikap semaunya dan menganggap apa...