"Gue bakal ke rumah sore nanti. Temenin jelasin ke Oma, ya?" pinta Rendy sambil melompat naik ke motornya.
El mengangguk. "Iya. Nanti cari aja alamat yang gue kasih."
Rendy mengangguk. "Sekali lagi, gue minta maaf, El. Sampai ketemu nanti sore." Cowok itu melambaikan tangannya pelan ke arah El, sebelum akhirnya cowok itu melajukan motornya keluar pagar.
Sesuai keputusan Pak Aidan, Rendy diskors selama dua minggu. El tidka tahu apa yang terjadi pada Rania atau pun beberapa temannya yang ikut membantu. Beruntung masalah ini tidak sampai dibawa ke ranah hukum seperti keinginan teman-temannya. El yang menentang ide itu. Dia paham kenapa Rendy melakukannya, dan dia juga tidak mau kehilangan 'keluarga'-nya lagi.
Begitu dia berbalik, El tersentak mendapati ketiga temannya yang berdiri beberapa meter di belakangnya. Tersenyum kecil melihat wajah terkejut dan bingung El.
"Kayaknya kita bertiga harus minta maaf, deh, sama lo, El," kata Karin pelan. Ia mengulurkan tangannya ke depan El, berharap gadis itu mau menyambutnya.
El tersenyum melihat uluran tangan itu, lantas tanpa pikir panjang ia melangkah mendekat dan menerima uluran tangan Karin. Melihat itu, Karin menyunggingkan senyum kecil padanya. Senyum yang sudah lama tidak El terima. "Sorry, karena gak bisa nemenin lo di saat-saat susah."
"Nggak, gue memang pantas dijauhin," ujar El santai. Tidak ada dendam sama sekali di nada bicaranya. "Gue paham kenapa lo bertiga marah sama gue. Dan gue terima kalau kalian ngejauhin gue. Gue minta maaf karena selama ini selalu bersikap menyebalkan dan egois di mata kalian. Gue minta maaf karena gak bisa jadi temen yang baik, terkhusus buat Fathia."
Gadis berkacamata yang namanya disebut itu tersenyum kecil pada El. Dia menggeleng. "Aku yang minta maaf karena nyimpen dendam buat kamu, El. Maaf kalau sempat membuat kamu merasa bersalah."
Nafisa menepuk pundaknya. Mata gadis itu tidak bisa berbohong. Terlihat sekali dia merindukan momen-momen kebersamaan mereka berempat. "Ah, pokoknya gue juga minta maaf, deh, karena sempat ngegas sama lo. Ish, sini peyuk dulu! Udah lama gue gak ngobrol sama lo, El!"
Gadis bermata hazel itu tertawa ringan dan membalas pelukan Nafisa. Melepas rindu seakan mereka sudah berpisah selama beberapa tahun.
"Lebay banget, sih, lo."
"Gue, kan, kangen banget sama lo!" Nafisa memanyunkan bibirnya. Membuat ketiga temannya tertawa.
"Oh, ya, terus gimana sama Calline?" El menatap ketiga temannya.
Fathia tersenyum. "Karin sengaja nuduh dia waktu itu buat mancing Raina dan Rendy. Dia juga udah dapat penjelasan, kok."
El mengangguk-anggukan kepalanya. Syukurlah kalau begitu. Ia sedikit kasihan melihat Calline sempat uring-uringan karena tuduhan Karin yang tiba-tiba.
"Kalau Rendy?" Karin bertanya.
"Dia diskors, tapi dia gak mempermasalahkan hal itu lagi. Kami juga udah ngomong dan sepakat buat ketemu Oma sore ini," jelas El sambil tersenyum kecil. "Mungkin habis ketemu Oma, dia bakalan diajak tinggal di rumah sama kami."
"Alhamdulillah, wah, enak, dong, ya, ada abang baru," sahut Fathia sambil menyenggol sahabatnya itu pelan.
"Gue malah kasian sama yang mau deketin El habis ini. Begitu tau El punya abang, pasti mereka mundur pelan-pelan. Abangnya Rendy pula, tuh," celetuk Nafisa yang membuat keempatnya kompak tertawa bersama.
"El, lo masih nyimpen baju gue?" tanya Karin tiba-tiba. Pertanyaan itu membuat El sedikit mengernyit.
"Baju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & Luka {Tamat}
Fiksi RemajaSMA Series 1 - Eliza & Aslan "Karena pada akhirnya luka itu yang membuat kita kuat." Tentang Eliza Lahima, gadis pemberontak dan tak tahu aturan karena kejadian buruk yang terjadi padanya di masa lalu. Ia selalu bersikap semaunya dan menganggap apa...