Hari ini Aslan pergi dari rumah itu. Haziq dan teman-temannya membantu Aslan untuk mengemasi semua barang-barangnya. Qonita berbincang dengan Oma Melati. Mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mengurus Aslan selama di sini.
El memperhatikan semua itu dengan tatapan sendu. Ia harusnya bahagia karena dua hal. Satu, ia baru mendapat kabar kalau Zia bisa pulang besok. Berkumpul lagi dengannya seperti dulu. Dua, dia bisa bisa melihat Aslan menemukan kebahagiaan yang ia cari selama ini.
"El?" Karin menyikut El pelan. Membuat gadis itu sadar dari lamunannya. "Jangan ngelamun. Aslan cuma pindah rumah, nggak sampe pindah sekolah. Lo tetap bisa ketemu dia di sekolah, walaupun nggak tinggal satu rumah."
Nafisa ikut nimbrung. "Tinggal satu atapnya nanti aja, El. Pas udah selesai ijab kabul, dan sudah halal."
Ketiga temannya tertawa renyah melihat wajah El yang memerah karena malu luar biasa. Ia segera menyuruh mereka untuk diam.
"El, Fathia, Haziq, anak-anak semuanya, makasih, ya, udah nemenin Aslan selama ini. Tante sampe gak nyangka kalau Aslan punya temen banyak sekarang." Qonita terkekeh pelan.
Reyhan dengan iseng menyahut, "Santuy, Tante. Untuk seterusnya di sekolah, Tante gak perlu khawatir. Kita bakal terus mantau Aslan biar gak ngapa-ngapain. Termasuk pacaran sama yang di situ, tuh. Yang pakai jilbab merah marun."
El menatap ke arah Reyhan dengan tatapan galak. Juga Aslan yang langsung menyikut sahabatnya itu, menyuruhnya untuk diam saja. Namun, terlambat, teman-teman mereka sudah lebih dulu menyoraki.
"Oh, berarti bener, nih, rumor-rumornya kalau El dan Aslan itu saling suka? Wah, fix ini, mah, kisah cinta kalian ini namanya dari benci jadi rindu! Dari temen debat sampai naksi-naksiran! Cieee!!" Haziq ikut mengompori kedua sahabatnya itu. Membuat Aslan yang malu hanya bisa menepuk jidatnya.
Qonita dan Oma Melati tertawa melihat tingkah anak-anak ini.
Mereka kemudian kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Karena sedang tidak ada yang mengawasi, El akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Aslan. Ia ingin berbicara sebentar pada cowok itu.
"Gimana perasaan lo sekarang, Slan?" tanya gadis itu saat sudah berada di sebelah Aslan.
Cowok itu menoleh padanya. Lantas menjawab, "Lega. Gue gak pernah merasa selega ini, El."
"Sama. Gue juga lega dan bahagia di saat yang sama. Gue juga gak nyangka kalau luka di hati gue bisa sembuh seperti ini." El mengakhiri kalimatnya dengan senyum. "Gue juga masih gak nyangka kalau gue bisa hijrah. Bisa dapat hidayah buat berubah jadi lebih baik lagi. Ini semua berkat Allah, dan tentunya lo juga."
Mendnegar itu Aslan mengernyit heran. "Kok, gue?"
"Iya, karena lo yang ngingetin gue kalau luka ikut yang membuat kita kuat."
Seulas senyum terlukis jelas di wajah Aslan. Ia menatap El dengan pandangan yang agak berbeda. Hari ini, dia merasa senang karena bisa melihat cewek yang dulu bahkan ia menolak melihat sosoknya.
"Hadeh, ternyata ditinggal kayak gini, ya, kelakuannya. Awas zina mata!" Mereka berdua kaget dan langsung memalingkan wajah begitu mendengar suara Haziq. Fathia menyenggol sahabatnya itu sambil menatapnya dengan tatapan curiga.
"Ma, pulang aja, yuk. Ini, nih, Aslan udah berani deketin cewek!" Teman-temannya sontak tertawa mendengar laporan Nathan. Aslan menghela napas dan melotot tajam pada cowok itu. Menyuruhnya untuk diam saja.
Qonita tertawa mendengarnya. Ia lantas pamit pada mereka semua dan segera masuk ke dalam mobil SUV itu. Sebelum masuk ke mobil, Aslan sempat melirik El sejenak. Ia tersenyum, lalu berbisik, "Assalamu'alaiku, El. Sampai ketemu di sekolah."
El tersenyum tanpa menatap cowok itu. "Wa'alaikumussalam. Hat-hati, ya."
"Udah sana lo, Slan! Ya allah, inget setan ada di mana-mana! Jaga pandangan! Dih, lama-lama gue nikahin lo berdua!" seru Haziq gemas.
Lagi-lagi mereka tertawa sebelum akhirnya Aslan masuk ke mobil. Mobil SUV itu melaju meninggalkan halaman rumah mereka.
Terima kasih, Aslan. Semoga aku dan kamu bisa merasakan kebahagiaan yang kita cari untuk selamanya setelah luka dalam hati ini sembuh seutuhnya.
- Kita & Luka -
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & Luka {Tamat}
Ficção AdolescenteSMA Series 1 - Eliza & Aslan "Karena pada akhirnya luka itu yang membuat kita kuat." Tentang Eliza Lahima, gadis pemberontak dan tak tahu aturan karena kejadian buruk yang terjadi padanya di masa lalu. Ia selalu bersikap semaunya dan menganggap apa...